Bab 9: Hari H

671 87 2
                                    

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Seno berangkat sekitar jam 9 pagi bersama dengan orang tua dari hotel. Selain orang tuanya, Seno juga berangkat bersama pamannya, alias adik ayahnya yang akhirnya dipilih untuk menjadi saksi nikah dari pihak keluarga Seno. 

Sekitar jam setengah 10 pagi, Seno sampai lebih dulu di KUA. Kedatangannya hampir bersamaan dengan pasangan sebelumnya yang baru selesai mengucapkan akad nikah.

Hari ini suasana KUA tidak terlalu ramai.

"Ini bapak yang mau akad jam 10, ya?" Tanya salah seorang petugas KUA.

"Iya, bu." Jawab Seno.

"Manten perempuannya belum dateng?" Tanyanya.

"Belum, bu." Jawab Seno, "Masih di jalan kayaknya."

"Nggak kabur kan?" Tanya ibu petugas KUA sambil bercanda

"Nggak lah, bu." Jawab Seno. "Jangan bikin saya panik kayak gitu."

Ibu petugas tertawa melihat kepanikan di wajah Seno.

Sekitar 10 menit kemudian Retna baru datang. Dia menggunakan gaun putih sederhana, dengan lengan 3/4 dan rok potongan A line yang posisinya sedikit di atas mata kaki. Rambutnya hitamnya dibuat bergelombang dengan sentuhan ornamen bunga melati di sisi kirinya. Retna menggunakan riasan yang tidak terlalu berlebihan, dan kombinasi semuanya membuatnya terlihat sangat anggun tapi tidak berlebihan.

Seno baru sadar mulutnya sedikit terbuka melihat kedatangan calon istrinya setelah ibunya menepuk rahangnya dengan lembut. "Mukanya dikontrol dikit gitu, le."

Seno tidak peduli dengan kondisi mukanya, dia memilih tetap memperhatikan Retna yang sedang menghampirinya.

"Pagi, cantik." Sapa Seno setelah Retna berdiri di sebelahnya. Retna hanya tertunduk malu dengan sapaan Seno.

Tidak lama kemudian, Pak Arief yang bersedia menjadi saksi juga sampai ke KUA. Setelah kedua mempelai siap, prosesi akad mereka langsung dilaksanakan dan tidak sampai 15 menit, Retna dinyatakan sudah resmi menjadi istri dari seorang Adiseno Sadputranto. 

Seno menunduk dan berbisik ke arah telinga Retna. "Sebenernya mau minta cium, tapi gak enak masih banyak orang." Bisik Seno.

Retna yang akhirnya kesabarannya habis langsung mendorong wajah Seno menjauh dari telinganya. Kesempatan ini tidak disia-siakan Seno untuk mengecup telapak tangan istinya. Retna hanya bisa terkejut melihat kelakuan suaminya, sementara Seno memberikan senyuman paling manis ke arah Retna.

Selesai akad, Retna ikut ke mobil Seno untuk mengantarkan orang tua dan paman Seno kembali ke hotel. Selanjutnya, mereka akan menuju acara penjamuan makan siang untuk merayakan pernikahan mereka bersama teman-teman kantor. Acara ini sengaja diinsiasi oleh Pak Arief, bos mereka yang ikut menjadi saksi nikah.

Sisa siang itu mereka habiskan untuk merayakan pernikahan mereka bersama teman-teman kantornya. Pak Arief sengaja memberikan dispensasi kepada semua karyawan untuk hanya datang setengah hari kerja karena mereka sama-sama merayakan pernikahan Seno dan Retna.

Sore harinya, Seno mengantarkan Retna kembali ke rumah orang tuanya. Rencananya, Retna memang baru akan tinggal di apartemen Seno setelah resepsi keluarga besok. Perjanjiannya dari awal sudah seperti itu. Jadi malam pertama mereka baru akan dimulai besok.

"Sampai ketemu besok, Mas." Sapa Retna sambil membuka pintu mobil Seno. Tetapi Seno ternyata belum membuka kunci mobilnya.

"Mas, aku mau keluar. Bukain kuncinya." Pinta Retna

"Nanti dulu," Ujar Seno. "Kamu masih punya utang sama aku?"

"Utang apa?" Tanya Retna.

"Utang ciuman." Jawab Seno

Cinta itu kubikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang