Bab 21: Ovulasi

473 58 0
                                    

Perjuangan untuk mendapatkan dua garis biru adalah perjalanan yang mungkin bisa sangat panjang dan melelahkan. Lalu, semua proses ini mungkin tidak beakhir bahagia. Retna sudah pernah merasakan hal itu di pernikahan pertamanya. Dan dia merasakan itu lagi di pernikahan keduanya.

Dulu dia juga diberi obat penyubur kandungan untuk memperbesar ukuran sel telurnya. Lalu, pada usahanya yang sekarang, ketika dia mulai meminum Chlomiphene, efek samping yang dia rasakan adalah perut yang terasa begah dan kembung, payudaranya juga terasa nyeri. Semua efek samping ini dia konsultasikan ke dokter kandungannya. Untungnya efek samping yang Retna rasakan masih berada dalam batas yang normal.

Dia sudah meminum obat penyubur kandungan, meminum susu hamil, tidak pernah lupa meminum vitamin. Tidak lupa juga meminum air kelapa hijau. Namun ternyata, usahanya ini masih menghasilkan sel telur yang ukurannya kecil. Dokter Anna memberi semangat, serta menjelaskan kalau memang efek chlomiphene baru akan terlihat di siklus menstruasi berikut. Sekali lagi Retna diminta untuk bersabar dan menikmati segala prosesnya.

Di kantor, dia juga masih aktif bekerja seperti biasanya, walaupun sekarang beban kerjanya seperti dikurangi oleh Pak Arief. Pak Arief sepertinya ikut merasa bersalah dengan keguguran yang dia alami beberapa bulan lalu. Kemungkinan besar Seno juga ikut andil dalam membuat Pak Arief merasa bersalah.

"Gak semuanya harus kamu genggam sendiri." Kata Seno, saat Retna curhat tentang rasa bersalahnya karena membenani orang lain. 

"Kita semua udah jadi tim kerja dari lama." Lanjut Retna. "Jadi mulai belajar kalau kita-kita ini udah bisa handling kerjaan kita. Lagian emang harusnya dari dulu kayak gitu, kok. Kamunya aja yang terlalu khawatir dan insecure. Makanya orang-orang pada seneng ada dibawah kepemiminan kamu, karena kamu terlalu care sama bawahan kamu."

"Tapi aku jadi ngerasa makan gaji buta, Mas." Jawab Retna.

"Sisi kamu yang ini adalah salah satu yang bikin aku jatuh cinta sama kamu." Kata Seno. "Ayang tetap pegawai teladan, kok. Ayang gak makan gaji buta atau jadi pemalas. Gak ada yang dirugiin juga kok dengan pembagian kerja sekarang. Jadi, udah jangan terlalu dipikirin. Kita lagi promil, loh! Gak boleh stress!"

Retna juga mulai belajar untuk lebih mempercayai bawahan dan rekan-rekannya di kantornya. Selama ini, secara tidak sadar dia terbiasa untuk selalu double crosscheck dan sebisa mungkin ikut turun tangan untuk pekerjaan yang berada di bawah naungannya. Tanpa dia sadari, kebiasaan ini justru membuatnya kelelahan. Padahal anggota timnya lebih dari cukup dan siap menangani pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka.

Sekarang, usahanya untuk menyuburkan kandungan dengan menggunakan obat penyubur sudah masuk ke siklus yang kedua. MInggu lalu, menstruasinya datang lagi sesuai dengan tanggal yang diperkirakan, dan seperti yang disarankan oleh dokter, hari ini dia harus kontrol dan melakukan USG transvaginal lagi untuk melihat kondisi telurnya apakah sudah ada perbaikan terhadap ukuran telurnya. 

Kali ini dia datang kontrol sendiri karena Seno sedang ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan. Walaupun dulu di pernikahan pertamanya dia sering datang ke dokter kandungan sendirian, ini adalah pertama kalinya dia datang tanpa suami di pernikahannya yang kedua.

Hal yang sangat sepele, tetapi ketika dia dikelilingi oleh 8 orang perempuan yang semuanya sudah memiliki baby bump atau sudah mulai hamil besar, Retna merasa dia terasing karena dia adalah satu-satunya perempuan yang tidak hamil. 

Retna merasa iri dengan perempuan-perempuan itu, kebanyakan dari mereka terlihat masih muda. Retna tahu seharusnya dia tidak merasakan hal ini, di luar sana banyak perempuan yang punya masalah jauh lebih berat dibandingkan belum bisa memiliki keturunan. Namun Retna tidak bisa membuang kecemburuan itu, terutama karena saat ini dia tidak punya Seno yang biasanya mengalihkan perhatian dan pikiran negatif.

Cinta itu kubikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang