Lion 🦁
Rion, bukannya tadi pagi kamu diantar Om Nara? |
Terus ke bioskopnya pakai apa? |
Kalau sekiranya repot it's fine kamu langsung pulang || Aku bawa sepedaku
Rion sebenarnya mampu untuk mengendarai motor atau mobil. Tetapi, Nara tidak pernah memperbolehkannya untuk mengendarai sampai dia resmi punya lisensi mengemudi. Meski kelihatannya santai, Nara lebih ketat soal aturan sosial dibanding ayahnya. Karena itu, motor dan mobil yang Rion dapatkan sebagai hadiah ulang tahun hanya mangkrak di garasi.
| Emang om-om itu apa susahnya coba kasih sehari aja pergi pakai motor?
| Padahal dulu doi sering banget ketilang sampai pernah masuk acara tvOrion, nggak boleh fitnah orang tua sendiri |
| OM SEPTI YANG CERITA LOH YIN
| MEREKA KEGAP PAS PAKAI SUPRA ENGKONGNYA ASAMeski sering berkeluh kesah soal dilarangnya dia bawa motor atau mobil padahal bisa, Rion itu lebih suka mengayuh sepeda. Setiap minggu pagi atau di tanggal merah, Rion biasanya menghabiskan waktunya untuk bersepeda. Memang maunya saja mencari-cari alasan untuk ngambek dan menggerutu soal Nara.
Aku uda keluar, kamu udah di food court? |
Menunggu beberapa saat, balasan Rion tak kunjung datang. Warna biru sebagai tanda pesan telah dibaca juga tidak nampak, Ayin cepat menyimpulkan bahwa Rion sedang di jalan.
"Yin," dia menoleh begitu Eji memanggilnya, "gue mau beli macaron di bakery langganan lo. Searah, nih, mau sekalian nebeng?"
"Gue meskipun nggak searah boleh nebeng nggak, Ji?" Rania memelas, berusaha memasang muka menyedihkan agar pintanya dikabulkan Eji.
"Bayar."
"Ji?" Rania makin memelas.
"Iya, Ran."
"Yeay," Rania berseru senang, memeluk Eji. Meski yang dipeluk bersikap jijik minta dilepaskan.
Tugas kali ini sebenarnya hanya seputar rensensi film. Bisa film apa saja, tidak harus yang baru tayang. Tetapi, karena banyak film baru naik layar, Ayin, Eji, dan Rania memutuskan untuk sekalian healing.
"Gue balik sama Rion."
"Dih, nge-date lo?" Kali ini, tidak seperti biasanya, tanya sinis itu justru datang dari Rania.
"Enggak!" Ayin mendelik, tidak terima, "Biasanya yang nanya gitu Eji, ya, Ran. Lo juga mulai suka Rion?"
Rania hanya mengangkat bahunya acuh, sedang Eji nampak tidak peduli dengan sarkasme Ayin, "Gue capek, terserah kalian mau gimana."
Setelah berbincang sebentar, mereka akhirnya berpisah. Eji dan Rania pulang, sedang Ayin berjalan menuju food court sebagai tempat janjian.
Food court ada di lantai paling atas, dia memilih menggunakan elevator sambil sekalian melihat-lihat sekitar. Mall saat ini ramai, karena jam pulang kantor dan banyak film baru tayang di bioskop. Tersebab itu pula, elevator lumayan penuh. Sambil menunggu elevator mengantarnya ke lantai yang dimaksud, Ayin mengedarkan pandangannya ke sekitar, menelusuri keramaian.
Banyak yang bergandengan, seseorang dengan tas belanja dan troli penuh belanjaan, ada juga seorang anak kecil yang asik naik turun tangga elevator yang membuat ayahnya was-was. Ada suara menangis keras sekali dari bocah yang sedang berguling di tengah mall. Ayin bisa melihat dunia sedang sibuk sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlite Sunshine
Fiksi RemajaHalo, panggil gue Nana aja biar akrab. Ini cerita tentang Ayin. Gue suka dia, tapi dia nggak suka gue. Sad but gwencanna.... Trope cerita doi klise banget, tapi jujur gue yang lihat kasihan, sih. "Denial? Astaga.... Gue sama Rion itu udah kayak sau...