열여섯

4.4K 238 1
                                        

Mark sudah selesai dengan acara memasaknya, ia menyajikan semua hidangan di atas meja makan yang sedari tadi sudah ada sosok penunggu duduk di kursinya, siapa lagi kalau bukan jung Jeno.

"Jean dimana?".
Tanya mark seraya mengambilkan nasi untuk tuan rumah.

"Tidur dikamar ku".

"Jangan terlalu membuat adikmu menangis, jeno. kesehatannya juga belum pulih jika kamu terus mengajaknya bermain".

Jeno menyipitkan matanya
"Itu bukan salah ku, bocah itu yang duluan_______

Ctakk

"Awww, yak! Apa yang kau lakukan, Lee?".
Protes Jeno saat centong nasi tiba-tiba mendarat di kepalanya.

"Aku hanya mengetes kewarasan mu. Bukankah orang dewasa harus mengalah jika bersama dengan anak kecil? Bahkan kamu seperti anak kecil sekarang".

Mark mendudukkan dirinya dan memulai makannya. Ia tak menghiraukan tatapan kesal dari si tampan.

"Dan kau juga seperti ibu-ibu yang kerjaannya cuma ngomel-ngomel tiap hari, kaya mau minta di nikahin saja".
Balas Jeno tak mau ngalah.

"Makanlah, tuan...protes mulu dah dari tadi".

Tatapan singa mark berikan membuat Jeno ciut dan langsung melahap segera makanannya.

"Masakanmu.......".

Mark menghentikan suapannya dan menatap Jeno yang sepertinya sedang mengoreksi rasa.

"A-ada apa?".
Tanyanya panik, ia takut selera jeno berbeda dengan nya.

"Rasanya.....".

"Yak, cepatlah jung! Ada apa dengan masakanku!".

"Ini enak, kau sangat pandai memasak".

'sepertinya aku harus segera memiliki mu'

Sambung Jeno dalam hati.

Mark menatap datar orang di hadapannya, dari tadi ia sudah menyiapkan mental buat jaga-jaga kalau dia akan dimarahi.

Tapi, ternyata... orang ini malah mempermainkannya. Mana digantung lagi, huuhhh menyebalkan!

"Gak jelas".
Ucapnya seraya melanjutkan makannya yang tertunda.

Mengunyahnya tanpa menyadari tatapan Jeno dengan kekehan pelan melihat pipi mark menggembung lucu karena makanan yang belum ia telan.

Sungguh menggemaskan.


_____________________________

Mark memasuki kamar jeno, berniat untuk memindahkan si bungsu jung ke kamar anak itu sendiri.

"Biarkan di sini saja".
Ucap jeno yang tiba-tiba datang menaiki kasur untuk bergabung dengan adiknya.

"T-tapi bisakah aku tidur di kamar yang berbeda, a-aku____".

"Baiklah, kau bisa tidur di kamar tamu".

"T-terima kasih".

Perlahan mark melangkah keluar, sungguh ia tak berniat menyinggung tadi.

Tahu kok kalau Jeno tidak keberatan jika mark tidur bersama mereka tapi masalahnya mark yang keberatan di sini.

Mark merasa tak pantas jika masuk ke dalam ruang lingkup keluarga Jung sedangkan dia hanya dokter yang tugasnya hanya mengobati pasien, tidak lebih dari itu.

Bahkan perasaannya saja ia tak mengerti.

"Bi, kamar tamu di mana ya?".

"Oh, mari saya antarkan".

~~

Mark kini berdiri di depan pintu berwarna turquoise, membuka gagang pintu dan memasuki ruangan tersebut sambil membawa barang-barangnya.

Serasa baru pindah ke rumah baru tapi ini hanya sebentar, ia belum tahu kapan tuan besar akan pulang.

Jeno pun sama sekali tidak memberitahunya, mungkin pemuda tampan itu belum dapat kabar dari kedua orang tuanya.

"Barang ini aku akan membereskannya besok".
Monolognya, barang itu ia letakkan di dekat lemari.

Matanya sudah memberat karena kantuknya yang mulai datang, mumpung besok bukan ia yang bertugas melainkan dokter pengganti seperti biasa.

Hari free biasanya mark akan menghabiskan waktu sendiri tapi kali ini berbeda, atensinya akan berfokus pada jeano, merawat anak itu seperti adiknya sendiri.

"Aku mengantuk~".


__________________________

Ceklek

'masih tidur? Bahkan pintunya tidak dikunci'

Jeno menutup pintu kamar itu kembali, ia berjalan mendekati ranjang yang di tempati makhluk cantik yang masih tertidur pulas.

Dokter itu pasti kelelahan.

Jeno merendahkan tubuhnya lalu mendaratkan tangannya ke arah pipi putih milik si namja manis.

Mengusap lembut bagian halus kulitnya, jeno tersenyum di sela kegiatannya.

Mark sungguh indah saat di pandang seperti ini.

'aku ingin selalu berada di dekatmu'

Nomark

TBC

true love {Nomark} End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang