열하나

5.2K 291 0
                                        

Mark kini tengah menyuapi bubur pada jeano, anak itu sangat lahap mengunyah makanannya berbeda seperti tadi.

Sungguh sangat sulit membujuknya.

Jeno ikut bergabung di sebelah kiri jeano dan mark di sebelah kanan.

Keduanya masih sibuk dengan kegiatan mereka sedangkan Jeno sibuk memandang wajah manis itu.

Ingin sekali ia bertanya pada mark, apakah namja manis itu sudah punya pacar atau tidak.

Jika mark menjawab iya, bolehkah jeno menyerah tentang perasaannya?

"Jen, kamu urus pekerjaan mu dulu, jeano biar sama aku".

"Aku tidak pu____".

"Bohong, tadi kata kak Jeno pekerjaannya tertunda karena Jean".
Potong sang adik yang masih menerima suapan dari mark.

Jeno mendelik menatap jeano, sungguh adik tampannya ini memang tak mengerti tentang modus sepertinya.

Dengan berat hati, ia pun beranjak dari kasur dan pergi begitu saja.

Mark dan jeano menatap bingung ke arah pintu yang baru saja di tutup oleh yang punya kamar.

"Kakakmu kenapa, Jean?".

Yang di tanya menggidikkan bahu
"Entah".

Kembali mark menyuapi jeano makan dan setelahnya meminum obat.

Tak tahu saja, itu Jeno masih stay berada di balik pintu.

Berharap kalau ada yang peka namun itu hanya sia-sia.

Huh, menyebalkan.












________________________

Jam 10 malam

Berkas-berkas kini sudah Jeno selesaikan, menutup laptopnya lalu menyandar pada punggung kursi.

Ragu untuk masuk ke kamarnya sendiri, sedari tadi pikirannya selalu di penuhi dokter manis itu.

Sepertinya ia akan tidur di ruang kerja pribadinya malam ini.

Yah, Jeno benar-benar tertidur di sana.











________________________

Akhirnya jeano sudah tertidur pulas, mark melepas pelan tautan tangan anak itu di jari telunjuknya.

Setelah berhasil, ia bangkit dan berdiri, meregangkan tubuh meringankan rasa lelahnya.

"Dimana jeno?".

Kemana namja tampan itu? Ini kamarnya kenapa jeno tak langsung masuk saja jika ia ingin tidur.

Dengan langkah pelan, mark keluar menemui maid yang masih bekerja.

"Bi, tuan Jeno ada dimana?".

"Tuan muda ada di ruang pribadi sebelah sana".

Mark mengangguk, tanpa pikir panjang ia pun langsung menghampiri ruangan tersebut.

'Apa aku lancang jika masuk tanpa izin?'.

Tidak, ia ke sini bermaksud baik bukan mau berbuat buruk.

Perlahan pintu itu di buka, menyembulkan kepala melihat seseorang sedang tertidur di kursi kerjanya.

Kaki mungil itu melangkah pelan menghampiri Jeno.

"Jen.. jangan tidur di sini, pindah ke kamarmu".
Ucap mark seraya menggoyangkan lengan lelaki itu.

Jeno terbangun dari tidurnya, menatap mark yang kini berjongkok menghadapnya.

"Mark, Kau tidak tidur?".

Mark menggeleng
"Aku akan pulang setelah ini".

Jeno menatap jam tangannya lalu kembali menatap orang di hadapannya
"Ini hampir tengah malam, kau di sini saja".

"T-tapi____".

"Aku akan mengantarmu besok".

Mendengar penuturan itu, mau tak mau mark hanya bisa mengalah.

Jeno meraih tangan mark lalu membawanya menuju kamarnya.

Mark membulatkan mata menatap tautan tangan mereka.

Ceklek

Saat mereka masuk, mark terkejut menatap makhluk mungil yang terduduk diam di kasur besar Jeno, wajahnya cemberut dengan tangan yang menyilang di dada.

"Jean? Kenapa terbangun?".

"Kak Jeno habis ngapain sama kak dokter?".

Mark segera melepas tangannya yang masih bertaut itu, berjalan menghampiri jeano yang sepertinya mengambek karena di tinggal sendirian.

Sedangkan Jeno bergidik acuh saat pandangan tajam sang adik mengarah padanya.

"Jean tidur lagi ya, sayang".
Ucap mark seraya mendekap tubuh kecil itu ke dalam pelukan.

"Eum, tapi tidurnya sama kakak".

Mark mengangguk
"Iya, kakak temenin kamu tidur".

"Yeayyy, kak Jeno".
Panggil jeano tiba-tiba.

"Ya?".

"Jean juga mau tidur sama kakak".

Jeno tersenyum kecil menatap adik kesayangannya ini.

Dengan langkah lebar, ia mendekat, menaiki kasurnya dan berbaring di sana.

Mark yang masih duduk pun hanya diam memandang kedua Jung bersaudara itu.

Tangan mungil jeano menarik kepala Jeno agar mendekat dan bisa ia dekap.

"Kak dokter, ayo tidur".

Mark mengangguk pelan, tangannya di tarik oleh jeano agar ikut berbaring dengan mereka.

Tangan kiri anak kecil itu sibuk menepuk pelan kepala sang kakak dan yang kanan memeluk lengan mark.

Ketiganya mulai hanyut akibat mengantuk, menyamankan posisi dan bersiap menyusul ke alam mimpi.

Tinggal menunggu terbitnya matahari di pagi hari.

Nomark

TBC

true love {Nomark} End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang