Mark seorang dokter yang waktu itu mendapat telpon dari donatur rumah sakit memintanya untuk datang ke mansion besarnya. Jeano, si bungsu keluarga Jung sedang sakit dan butuh perawatan.
Di sini awal mula mark bertemu dengan si sulung yaitu Jung Jeno...
Mark mencoba mencari kebohongan di mata tajam itu namun tidak bisa, hanya ada ketulusan di sana.
Entah kenapa, hati Jeno terasa sakit saat melihat dokter manis itu hanya diam tak meresponnya, jauh-jauh hari ia mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaan nya pada sang pujaan hati.
Namun, apa yang ia dapat? Satu kata pun tak keluar dari mulut mark.
Tatapan Jeno berubah datar, ia berdiri dari duduknya dan beranjak ingin pergi dari sana.
"Tunggu".
Langkah Jeno terhenti saat tangan mungil itu melingkari perutnya, mark memeluknya dari belakang.
"Hiks".
Jeno melepas tangan mark lalu berbalik badan menghadap si manis.
"Kenapa menangis, hm?". Tanya nya sembari menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi putih itu.
"K-kamu ingin pergi? Kamu bahkan hiks baru mengungkapkan perasaan mu, kenapa malah menjauh?".
Jeno menaikkan satu alisnya "Aku bukan menjauh, aku hanya menghindari sakit hatiku".
Mark menghapus kasar air matanya "Kenapa?".
"Kau tak merespon ku, bukankah itu penolakan?".
Mark mendengus "Teori dari mana itu? Kau bahkan belum mendengarkan ku". Jawabnya membuat Jeno semakin mendekatkan diri.
"Katakan, mark. Aku butuh jawaban".
Mark memainkan jari mungilnya gugup lalu bercicit "Iya".
"Apa yang kau sebut 'iya', hm? Katakan sekali lagi". Pancing Jeno.
Mark menatap kesal ke arahnya "Ish! Jelas-jelas aku udah jawab kok di suruh ngulang lagi sih".
Jeno menggidikkan bahu acuh "Satu kata tak cukup bagiku, aku ingin kalimat mu, jika tak bisa aku pergi sekarang juga".
Mark menahan tangan Jeno "Iya! Tuan Jeno, aku juga mencintai mu". Ucapnya sambil menunduk.
Sudut bibir Jeno terangkat, tersenyum tipis saat tahu perasaannya juga terbalas.
Segera ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat membuat si empunya tergagap karena tubuhnya di dekap.
"Katakan bahwa kau bukan kasihan padaku, mark".
Mark membalas pelukan Jeno lalu mengelus punggung nya.
"Ini tulus dari hatiku, Jen. Aku sungguh mencintaimu".
Tanpa sadar setetes air mata jeno turun begitu saja, orang yang selalu di kenal kuat kini menjadi orang yang lemah karena cintanya.
"Aku juga, mark. Aku juga sangat mencintaimu".
Mark membulatkan mata saat mendengar suara sendu itu, ia melepas pelukan mereka lalu memandang bingung.
"Kamu menangis?".
Mark menghapus air mata jeno dan tersenyum jahil.
"Cengeng banget sih samoyed aku".
Mendengar itu, Jeno tersenyum tipis lalu berniat membalasnya "Cantik banget sih bayi singaku".
Mark mendelik "Aku bukan singa!".
"Iya, tapi bayi singa".
"Ish tau ah".
Mark berbalik badan, niatnya tadi mau ngambek namun matanya membulat sempurna menatap lurus dihadapannya.
"J-jean? Kapan di situ?".
Tak menjawab, bocah itu malah berlari menghampirinya lalu meminta dokter itu untuk menggendong nya.
"Yeyyy, jean punya kakak ipar". Serunya memeluk leher kakak kesayangannya.
Mark syak syik syok mendengar nya "Jean, sama kak Jeno dulu ya. Kakak mau mandi". Ucapnya sembari memindahkan tubuh gendut bocah itu ke gendongan jeno.
Tanpa menoleh, ia langsung berlari ke dalam mansion dengan wajah bersemu merah.
Jeano menatap sang kakak jahil "Cepet nikahin, kak. Jean gak sabar kak dokter jadi kakak ipar".
"Itu urusan kakak, mending Jean belajar biar jadi anak pintar". Tutur Jeno meladani adiknya ini.
"Secepatnya, kak. Secepatnya!". Racau jeano dengan wajah yang lucu.
Jeno yang sudah lelah dengan kelakuan sang adik hanya diam dan membawa Jeano memasuki mansionnya.
Nomark
Bisa apa? Bisa gila!!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.