스물하나

3.7K 215 1
                                        

Jam 8 malam, siluet bermata bulat itu baru terbuka setelah tidur panjangnya.

Kepalanya menoleh sekitar mencoba mengingat apa yang terjadi, bukankah tadi sore dia berada di kamar jeano?

Tunggu, waktu itu dia gak sengaja ke pentok meja kan?

Lalu, bagaimana bisa dia ada di sini?

'j-jeno?'

Apa lelaki itu yang menggendongnya sampai kamar?

Oh tidak, untuk yang kedua kalinya Jeno mengangkat tubuhnya yang berat ini.

Berat?
Kata mark sih "iya" tapi kata Jeno "engga".

"Berapa lama aku tertidur?".
Monolog mark yang berusaha bangun dari duduknya.

Sibuk berpikir hingga kepalanya terasa pusing.

Ia memutuskan untuk membersihkan diri dulu sebelum mengecek keadaan jeano.
















_______________________

Mark membenarkan selimut jeano yang tersingkap, menyelimuti tubuh gendut itu hingga sebatas dada.

Rupanya jeano belum bangun juga, nyenyak sekali tidurnya.

"Good night, baby".

Mark mencium kening anak itu lembut, setelah memberi usapan kecil pada rambut jeano, mark memutuskan untuk keluar kamar, tak ingin mengganggu jeano yang terlelap dalam tidurnya.

Karena, jika ia berdiam diri di kamar anak ini, dipastikan jeano akan terbangun karena terusik sama tingkah jahil mark yang selalu merasa gemes jika melihat pipi gembulnya.

Hari ini, biarkan bocah tampan ini tidur sendiri di kamarnya.

Baru ingin memegang gagang pintu, sudah keduluan dibuka oleh seseorang dari luar.

"Apa yang kau lakukan?".
Tanya jeno yang baru pulang dari kantornya, niatnya tadi pengen jenguk jeano, namun malah ada mark di dalam kamar sang adik.

"A-aku hanya ingin memeriksa adikmu".

Jeno menaikkan satu alisnya, kenapa dokter manis ini terlihat gugup saat berbicara dengannya?

Mata tajamnya melirik ke arah sang adik yang masih tidur di kasur nya.

"Boleh aku bertanya?".

Mark mengernyit
"Tanyakan saja".

"Tapi tidak di sini".

Jeno menggenggam tangan mark lalu menariknya, menutup pintu kamar sang adik kembali dan membawa mark menuju ruang tamu.

Sesampainya di sana, mark semakin dibuat bingung karena namja tampan itu tak kunjung melepas tautan tangan mereka.

"J-jen, lepas dulu".

Jeno tersadar lalu segera melepasnya, saking nyamannya tangan mark untuk di genggam hingga lupa apa yang dia lakukan.

Keduanya duduk di satu sofa yang sama.

"Kau tinggal sendiri?".

"Y-ya".

"Bagaimana jika orang tua mu tahu, kalau anaknya menginap di sini?".
Tanya jeno sekali lagi.

Wajah mark berubah murung, pertanyaan ini seperti menusuk ke hati.

"Aku tinggal sendiri karena orang tuaku sudah tiada".

Jeno tertegun saat mendengar penuturan itu
"Maafkan aku".

Mark menggeleng, mungkin akan ia jelaskan sekarang juga
"Orang tuaku meninggal sejak beberapa bulan yang lalu, saat mengikuti seleksi kedokteran di korea, aku jadi jarang balik ke Canada, aku tidak tau mereka kenapa, tapi kata bibiku.... waktu itu ibu dan ayah sedang menghadiri acara sebagai tamu undangan dan setelah acara selesai, mereka memutuskan pulang menaiki mobil pribadi, tepat saat itu sebuah truk melaju kencang dari arah berlawanan dan menabrak mobil orang tuaku, orang-orang yang berada di sana segera membawa kedua orang tuaku ke rumah sakit terdekat dengan darah yang sudah mengalir di sekujur tubuh mereka, dokter berusaha menyelamatkan nyawa keduanya tapi takdir berkata lain, i-ibu dan ayah ku meninggal saat itu juga".
Jelas mark dengan liquid yang tertahan.

Jeno segera membawa mark ke dalam pelukan hangatnya, rasa bersalah semakin besar saat ia mengetahui fakta orang dihadapannya.

Seseorang yang periang rupanya banyak menyimpan kenangan.

Termasuk kehilangan.

"Menangislah, luapkan semuanya padaku".

Mark menumpahkan semua rasa yang ia rahasiakan selama ini, dirinya begitu rapuh dipelukan Jeno.

Sungguh ia tak kuat menahan beban sendiri, ia perlu sandaran saat ini.

Jeno mengusap lembut punggung yang bergetar itu dalam dekapannya
"Jika kau mau, aku siap menjadi teman hidup mu".

Nomark

TBC

true love {Nomark} End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang