Prolog

25 6 2
                                    

Dear Pembaca,

di prolog ini berisikan cuplikan konflik yang ada di season pertama. Sebagai sedikit informasi supaya kalian lebih mengerti dengan jalan cerita selanjutnya.

***

Xavier mengalihkan pandangannya pada Xena dan Jonathan. Mereka justru asik berduaan sembari menikmati hisapan nikotin. Xavier tersulut emosi melihat kedekatan mereka. Dia lantas menghampiri Xena lalu merebut rokok yang terselip di sela- sela jarinya. Dia membuangnya sembari menatap Xena sinis. Jonathan yang tak terima, menabrakkan dadanya ke Xavier.

"Loe mau cari masalah...?" tantang Jonathan.

"Loe yang cari masalah. Ini sekolah bro. Tapi loe malah sengaja cekokin Xena rokok?" hardik Xavier.

"Loe perduli sama Xena? Urusannya apa?"

Xavier dan Jonathan semakin meninggikan intonasi bicaranya. Mereka saling membusungkan dada. Xena tau pasti, mereka sebenarnya tidak sedang membahas masalah rokok. Xavier merasa emosi melihat Jonathan menyelipkan nikotin itu kebibir Xena. Di tambah lagi mereka asik berduaan di tengah- tengah keributan antara Xavier dan ke tiga sahabat Jonathan.

***
"Xena, apa sebelumnya kamu kenal Mamaku? Dan apa itu sebabnya, Mama datang bersamamu ke UKS?" tanya Xavier dengan sangat hati- hati.

"No...! Tentu saja tidak. Aku gak kenal Mamamu. Kita hanya kebetulan aja ketemu di koridor."

"Lalu..., kenapa foto Mamaku jatuh dari dalam bukumu?" tanya Xavier sembari menunjukkan foto wanita itu.

Mata Xena membulat sempurna, otaknya berpikir keras.'Bagaimana bisa foto itu sampai di tangan Xavier'. Dia berusaha berpikir tentang sebuah penjelasan. Haruskah dia bicara jujur saja agar Xavier bisa membantunya? Atau mungkin, merahasiakannya adalah pilihan yang lebih baik.

"Kamu yakin itu Mama kamu?" tanya Xena memastikan.

"Tentu saja. Dibaliknya bertuliskan Julissa Aveline Dewi. Itu adalah nama panjang Mama."

Xena menarik nafas panjang. Dia memalingkan mukanya. Matanya terpejam, telapak tangannya menekan keras kepalanya yang terasa hampir pecah. Xena gak percaya foto itu benar- benar Ibu Xavier. Apakah itu berarti, mereka bersaudara?

"Xavier, mungkinkah kita benar- benar bersaudara?"

"Kamu bercanda? Mana mungkin...!"

"Tapi, Itu adalah foto yang tersimpan di dompet Bapak. Berarti dia special dong...! Karena gak ada foto orang lain disana, bahkan fotoku aja enggak..." tegas Xena.

Kulit Xavier dingin dan pucat. Denyut nadinya berdetak cepat. Dia menunjukkan sebuah kecemasan yang dalam. Sungguh, bukan ini yang Xavier inginkan. Kenapa harus sekarang? Takdir benar- benar telah mempermainkan perasaannya. Mungkin, ini adalah karma untuk Xavier. Karena selama ini, dia tidak pernah serius berhubungan dengan lawan jenis. Xavier cenderung memainkan perasaan mereka dan kerap konta- ganti pasangan seperti yang Papanya lakukan.

"Itu gak mungkin Xena...! Aku gak mau kita bersaudara!"

***

Xavier menarik tangan Xena serta menggenggamnya dengan erat, "Ayo kita ke kantor sekarang sayang..." ujarnya.

Sementara Jonathan masih saja menikmati pertunjukan yang menyakitkan baginya itu. Giginya terkatup rapat, dan rahangnya mengeras, seakan menahan kata-kata yang ingin ia lepaskan dalam ledakan emosi.

"Jo, mereka beneran pacaran? Kamu kok diem aja? Bukannya tadi kamu gak suka Xena deket sama Xavier?" tanya Damian.

"Gak tau, itu hak Xena melakukan apapun yang dia suka."

"Kamu yakin Jo? Bukannya kamu juga__"

"Stop Dam...! Aku gak mau bahas lagi. Ayo kita pulang!"

***

Xavier menghentikan tawanya, kini ia menatap wajah Xena dengan serius dan tajam. Bersama wajah yang memancarkan aura kasih yang mendalam, "Kalau begitu gunakanlah aku. Gunakan aku untuk mencari tau bagaimana perasaanmu terhadap Jonathan. Dan kasi aku waktu satu bulan saja. Beri aku kesempatan untuk melukis hatimu Xena. Sampai waktu itu tiba, kamu boleh memilih, mau tetap atau pergi."

Xena terdiam sejenak dengan tatapan yang kosong. Suara gemericik air laut serta alunan musik dari air mancur itu seakan menemani jiwanya yang sedang bimbang, "Lalu soal mama kamu_"

"Dan jika memang benar, kita bersaudara. Aku akan ikhlas menyayangimu sebagai saudara saja."

Ketegangan di wajah Xena pelan- pelan mulai memudar. Dia terdiam sejenak di susul dengan anggukan pelan kepalanya.

Kemudian Xavier mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya, di dalamnya berisi sepasang gantungan tas couple yang tampak lucu.

Kemudian Xavier mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya, di dalamnya berisi sepasang gantungan tas couple yang tampak lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini buat kamu, simpanlah. Kalau kamu mau terima aku, gantungkan ini di tasmu besok."

***

"Dok, bagaimana teman saya?"

"Untuk saat ini dia tidak apa- apa. Saya sudah memberinya obat penenang. Lain kali, jangan memaksa otaknya bekerja keras untuk mengingat masa lalu."

"Memangnya dia kenapa dok?"

"Bukankah dia pernah mengalami cindera kepala? Hasil ct scan menunjukkan seperti itu. Sepertinya, dia mengalami trauma yang mengakibatkan kehilangan memori di masa kecil."

Mata Xavier membulat sempurna. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Xena amnesia?

"Xavier, Xavier..." teriaknya.

Dengan cepat Xavier menghampiri Xena yang sedang terbaring di balik tirai putih itu, "Iya Xena, aku disini. Kenapa?"

Wajah Xena terlihat panik dan pucat, dengan tarikan nafas yang tak beraturan dia berusaha untuk bicara, "Xavier aku melihatnya..."

"Melihat siapa?"

"Wanita itu..."

"Wanita siapa Xena...?"

"Mama kamu, aku dan Bapak. Serta anak laki- laki yang sedang bermain bersamaku. Aku melihat itu Xavier..."

Tatapan mata Xena kosong, namun air matanya mengalir cukup deras melewati pipinya. Terlintas kesedihan yang cukup mendalam pada dirinya. Xavier mengusap air mata Xena, kemudian mendekapnya dengan erat. Matanya terpejam, dia tidak ingin dengan cepat menyimpulkan apa yang baru saja Xena katakan.

***

Selamat membaca di season ke dua, kalau kalian bingung, gak ada salahnya baca dulu season pertama 🥰

Jangan pelit kasi vote yaa...🥰

Xena Love Hate Reletionship 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang