Bab 1 Kehilangan

57 8 15
                                    

Di larang melakukan Screenshoot, Copypaste atau hal lain untuk menyebarkan isi cerita ini tanpa seizin penulis. Plagiarisme adalah tindakan ilegal dan bisa terjerat hukum.
---

"Makasih, ya--uda nganterin aku pulang."

"Anytime for you my queen. Besok boleh aku jemput?"

"Emm... Gak usah, deh. Kita ketemu di sekolah aja, ya."

Xavier mengangguk, kemudian meraih tangan Xena dan menggenggamnya. "Makasih ya, udah ngasi aku kesempatan buat mengisi hatimu. Aku janji akan bahagiain kamu, Xena. Kamu adalah alasan kenapa aku harus berubah."

"Bener ya, awas aja kalau kamu masih suka ngeladenin cewek genit itu. Aku banting kamu jadi peyek!" gertaknya seraya tersenyum.

"Ugh... Takut..." ledeknya, sembari tertawa. "Xena, apa alasanmu menerima cintaku?"

"Xavier, maaf, ya. Untuk saat ini aku belum bisa mencintaimu. Dan alasanku kenapa terima kamu, adalah karena kita sama. Sama-sama butuh cinta dari orang tua. Aku juga akan belajar, belajar mencintai orang lain selain Jonathan."

Xavier terpaku mendengar pernyataan itu. Baginya, tak ada yang lebih menyakitkan daripada jatuh cinta dalam keadaan seperti ini. Rasanya seperti kutukan--membiarkan hatinya terperosok dalam cinta kepada seseorang yang hatinya masih terpaut pada orang lain.

"Aku baru tau, bahwa mencintai semenyakitkan ini," ujar Xavier, menarik napas panjang.

Perasaan kecewa muncul dalam hatinya, tapi dia tak ingin begitu saja menyerah. Xavier bertekad membuat xena jatuh cinta padanya, hingga ia lupa pernah mencintai jonathan sebelumnya.

 "Oke, apapun itu, mari berjanji untuk saling jujur. Jika ternyata kamu belum bisa melupakan Jonathan, mintalah padaku untuk melepaskanmu. Aku gak akan memaksamu, Xena. Tapi akan aku buktikan, kalau aku lebih pantas dari pada Jonathan."

Xena tak percaya, kata-kata seperti itu keluar dari mulut cowok playboy semacam Xavier. Dia tertegun dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Xavier..." panggilnya, lirih.

"Udah, gak usah terpesona gitu."

Xena tertawa seraya memukul pelan bahunya. "Ihh, apaan, sih..."

Xavier hanya sempat tertawa sebentar, sebelum akhirnya kembali memasang wajah yang serius. Dia menatap mata Xena dalam dan penuh kehangatan. "Aku janji gak akan melayani cewek-cewek itu lagi. Akan aku buktikan, kalau aku bener-bener serius sama kamu."

"Kalau kamu melakukan itu lagi, aku kutuk kamu jadi lele. Hahaaha..."

Mereka berdua larut dalam kebahagiaan. Sepasang kekasih itu tampak tenggelam dalam dunia mereka sendiri, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat di sekitar mereka. Tatapan mata mereka saling bertaut, penuh dengan kehangatan dan kelembutan yang tak perlu diucapkan dengan kata-kata. Setiap senyuman yang terlukis di wajah mereka menceritakan kisah perasaan yang tumbuh semakin dalam.

Tanpa mereka sadari, Jonathan telah mengawasi mereka dari dalam mobil, yang terparkir tidak jauh dari rumah itu. Dia menyimpan amarah yang mendalam seakan tak terima dengan kebahagiaan yang di tontonnya barusan. 

"Oke, kalau gitu aku langsung balik, ya."

"Emm, hati-hati..."

Xavier memasang kembali helmnya. Kopling motor itu di tarik sembari menginjak gigi mesin. Dia sempat menatap mata Xena sejenak dan tersenyum, sebelum akhirnya menarik gas motornya yang berlalu pergi.

Sedang Jonathan terhuyung-huyung keluar dari mobil, tubuhnya tak seimbang dengan langkahnya yang berat. Matanya merah dan pandangannya sudah mulai kabur. Entah berapa banyak alkohol yang di tenggaknya. Sebelumnya Jonathan bukanlah tipe cowok yang suka minum. Tapi rasa cemburu itu membakar dirinya hingga merasa frustasi. 

Xena Love Hate Reletionship 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang