Bab 6 Calon Istri Nathan

17 4 0
                                    

Xena terhenyak saat tiba-tiba sebuah Alphard hitam mengkilap terparkir di depan rumahnya. Dua pria bertubuh kekar berdiri di sana, wajah mereka tak terbaca, bersikap tenang namun dingin. Berpakaian serba hitam, mereka menghadang langkah Xena yang hendak masuk ke dalam.

"Nona, ikut kami!" suara salah satu dari mereka datar.

"Siapa kalian?" tanya Xena dengan tegas.

"Kami diperintah untuk membawa Nona ke rumah Tuan Alan," jawab pria satunya dengan intonasi lebih tinggi.

Xena mundur selangkah, mendengar nama Alan membuatnya merasa terancam--seolah memicu emosinya nyaris meledak. "Aku gak mau!"

Salah satu pria mencoba menyentuh bahunya, dengan gerakan cepat, Xena menarik serta memelintir tangan pria itu hingga terdengar rintih kesakitan. Pria yang lain segera berusaha melindungi rekannya, namun Xena lebih sigap--dengan satu tendangan keras, pria itu terduduk tak berdaya.

"Nona, tolong jangan melawan. Kami hanya diinstruksikan membawa Nona dengan baik-baik," katanya, dengan nada memohon yang bercampur gentar.

"Aku gak mau! Pergi dari sini sekarang!" bentak Xena, tatapannya tajam.

"Nona, kami tidak akan selamat jika gagal membawa Nona Xena," kata pria itu putus asa, wajahnya mulai menunjukkan ketakutan.

Xena memicingkan mata. Ia sadar bahwa Alan mampu melakukan apapun demi keinginannya. Xena melemah, dia mulai memikirkan nasib orang-orang ini. "Apa yang Alan inginkan dariku?"

"Tuan hanya mengundang untuk makan malam," jawab pria itu dengan suara yang bergetar.

Xena terdiam, berpikir keras. Ada rahasia apa lagi yang Alan rencanakan kali ini? Dia ingin menolak, namun rasa penasaran membayangi benaknya. Setelah menimbang, akhirnya dia menghela napas, lalu dengan berat hati mengikuti kedua pria itu.

***

Saat jam makan malam tiba, Pak Alan telah mengundang teman-teman Jonathan tanpa sepengetahuan putranya.

Di atas meja panjang berlapis kain putih mewah, terhampar aneka hidangan Western yang menggoda selera. Di tengah, terdapat hidangan utama-- potongan daging steak berwarna kecokelatan dengan guratan panggangan sempurna, dihidangkan dengan saus merah anggur yang kental dan kentang panggang berbumbu rosemary di sampingnya. Di sebelahnya, sepiring salmon panggang dengan kulit renyah mengkilap, disajikan bersama asparagus yang masih hijau cerah dan pure kentang lembut yang tampak berkrim.

Di sisi lain meja, ada pasta creamy dengan taburan keju parmesan dan rempah segar, diapit oleh piring risotto truffle yang aroma jamurnya menggugah selera. Beberapa piring salad dengan daun arugula segar, tomat ceri, dan potongan alpukat berwarna-warni tersebar di sepanjang meja, dihias dengan saus balsamic yang mengkilap. Sebagai pelengkap, roti baguette renyah dan butter lembut tersaji di piring-piring kecil, sementara botol anggur berleher ramping berdiri anggun, siap menemani setiap suapan.

Jonathan yang sudah siap duduk di meja makan bersama Papanya bertanya-tanya dengan aneka hidangan mewah yang begitu banyak tertata di meja. "Ada apa ini Pa, kita kan cuma berdua. Kenapa sajiannya banyak banget?"

Tak lama kemudian, Jonathan dikejutkan dengan kedatangan ke-tiga temannya yang tiba-tiba muncul di ruang makan.

"Kalian... ngapain ke sini?" tanyanya dengan mata membelalak.

"Papa yang ngundang!" sahut Pak Alan tegas dan datar.

Jonathan menoleh pada Papanya, bingung. "Papa? Kenapa Papa mengundang mereka?"

"Nanti kamu juga akan tahu." jawabnya tersenyum samar, "Silakan kalian duduk!" perintahnya pada ke-tiga sahabat Jonathan sambil memberi isyarat.   

"Terima kasih, Om," jawab mereka serempak.

Xena Love Hate Reletionship 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang