15. Conversation

536 45 4
                                    

Lisa menatap Jungkook dengan penuh kemarahan. "Kau tidak berhak membuang semua pakaianku begitu saja! Itu adalah barang-barang yang aku pilih, yang aku beli dengan jerih payahku!" Suara Lisa bergetar, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Ia merasa hancur. Setiap pakaian yang dibakar Jungkook adalah simbol kebebasan yang kini diambilnya.

 Setiap pakaian yang dibakar Jungkook adalah simbol kebebasan yang kini diambilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook membuka matanya perlahan. Melihat ekspresi Lisa yang penuh emosi, hatinya terasa sakit. Namun, ia tidak mau menunjukkan kelemahan di hadapannya. "Kita bisa membeli yang baru. Lagipula, pakaian-pakaian itu... itu tidak layak untukmu."

"Tidak layak?!" teriak Lisa. "Jungkook, jika itu tidak layak, maka apa yang layak? Apakah kau ingin aku berjalan dengan gaun panjang dan tertutup dari kepala hingga kaki? Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri!"

"Diri sendiri?" Jungkook tertawa sinis, lalu berdiri. "Jangan berpura-pura, Lisa. Kau tahu betul siapa dirimu sekarang. Kau adalah istriku, dan aku tidak ingin ada pria lain yang melihatmu dengan cara yang salah. Apa kau mengerti?" Suara Jungkook penuh tekanan, seperti ia berusaha menahan amarah yang semakin membara.

Lisa merasa hatinya bergetar. Rasa sakit dan kemarahan bercampur aduk, menciptakan gelombang emosional yang sulit untuk dicerna. "Dan aku adalah perempuan hamil yang butuh dukungan suaminya, bukan dikurung seperti barang!"

Jungkook menghela napas. Ia tahu bahwa kata-kata itu menyakitkan, tetapi di dalam hatinya, ia merasa bahwa ia melakukan semua ini demi melindungi Lisa dan anak mereka. "Tapi ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah, Lisa. Kau ingin pergi menemui Bambam, dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi! Dia adalah alasan utama di balik semua ini."

"Dia temanku, Jungkook!" balas Lisa dengan nada tegas. "Dan kau tidak bisa terus-menerus mengontrol siapa yang bisa dan tidak bisa aku temui."

"Tidak?!" Jungkook menggeram, lalu menghampiri Lisa. "Lihat dirimu! Kau sedang hamil dan kau pergi ke tempat yang tidak seharusnya kau kunjungi! Kau tidak berpikir bahwa aku merasa khawatir?"

"Khawatir? Atau hanya merasa cemburu?" Lisa bertanya dengan nada sinis. "Apa kau hanya merasa terancam oleh kedekatanku dengan pria lain?"

Jungkook merasa tertegun. Ia tidak pernah berpikir bahwa perasaannya akan dipertanyakan dengan cara itu. "Ini bukan tentang cemburu, Lisa. Ini tentang keselamatanmu. Kita sudah menjalani hubungan yang tidak biasa, dan aku tidak ingin ada hal yang mengancam kebahagiaan kita."

"Kebahagiaan?!" Lisa tertawa pahit. "Apa kau benar-benar percaya bahwa ini semua akan membuatku bahagia? Mengunci aku di sini, membuang pakaianku, dan menyuruhku untuk menjadi orang lain seperti Nancy? Itukah yang kau sebut kebahagiaan?"

Jungkook berusaha menahan diri. Ia tahu bahwa saat ini tidak akan ada gunanya berdebat lebih lanjut. Ia merasa terjebak di antara cinta dan rasa sakit yang disebabkan oleh tindakan-tindakan impulsifnya. "Aku hanya ingin melindungimu," akhirnya ia berkata pelan.

Amore in VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang