2. Changes

754 59 6
                                    

Minho pulang ke rumah dengan wajah cemas dan khawatirnya, sedari tadi pria itu sudah bersusah payah mencari putrinya di tengah keramaian acara yang sedang berlangsung. Namun sayang Lisa tak kunjung ia temukan, bahkan handphone wanita itu juga tidak bisa ia hubungi. Jadi Minho memutuskan untuk pulang ke rumah dan memberi tahu apa yang terjadi pada Suzy.

Wanita yang tengah duduk di sofa dekat ruang utama itu hanya tersenyum heran, ia gagu sendiri menatap wajah panik suaminya yang tengah kehilangan jejak putri kesayangan mereka. Suzy meminta Minho untuk duduk di sampingnya sejenak.

"Lisa sudah pulang sedari tadi, kenapa Lisa bisa pulang sendiri? Apa mungkin ada hal yang membuatnya tidak nyaman disana? Tadi aku tanya tapi dia enggan untuk bicara dan masuk ke dalam kamarnya begitu saja," Ujar Suzy dengan tenang.

"Benarkah Lisa seperti itu? Tidak biasanya anak itu begitu, aku akan tanya Lisa—"

"Kamarnya dikunci, mau masuk lewat mana kamu Yah?" Tanya Suzy yang membuat Minho kehilangan idenya.

"Tumben dikunci, apa dia marah karena aku sibuk bicara sama rekan-reka bisnisku yang kebetulan ada disana ya?" Gumam Minho.

Sedangkan di dalam sana, Lisa masih terjaga, wanita itu sama sekali tidak bisa tidur. Dia berguling kesana kemari memikirkan kecerobohannya, satu hal yang baru ia sadari. Seharusnya sepulang tadi ia pergi ke apotek untuk membeli obat, kenapa ia malah pulang ke rumah dan mencari persembunyian?

Wanita itu menatap jam dinding yang terus berputar sedari tadi, jarum pendek menunjukkan angka sepuluh, itu artinya ini masih belum larut malam. Dia masih bisa keluar rumah, namun masalahnya sebelum keluar ia harus meminta ijin terlebih dahulu pada kedua orang tuanya. Minho dan Suzy bukanlah tipikal orang yang mudah dibohongi, dan Lisa juga bukanlah orang yang bisa berbohong dengan akting yang begitu halus. Namun ada ide lain yang kini ia rencanakan di dalam otaknya, dengan cepat wanita itu meraih ponsel miliknya dan mulai mengetik sesuatu untuk ia kirimkan pada seseorang. Lisa berharap salah satu temannya bisa membantunya untuk saat ini juga.

"Jennie, akhirnya dia mebalasku," Gumam Lisa lalu mulai bersiap-siap berganti pakaian dan mengenakan baju beserta celana panjang.

Sepuluh menit kemudian Lisa keluar dengan penampilan nya yang sudah rapi menemui kedua orang tuanya yang kebetulan sedang bicara di ruang utama. Mereka berdua menatap Lisa dengan antusias, karena sedari mereka membicarakan Lisa.

"Lisa, mau kemana sayang? Kenapa tadi kamu ninggalin Ayah tanpa ngasih tahu kalau kamu mau pulang duluan huh?" Tanya Minho dengan tatapan sengitnya namun hanya bercanda.

"Ehmm, Lisa ga suka disana, terlalu ramai dan banyak orang yang ga Lisa kenal, jadi Lisa ga nyaman Ayah. Oh iya, aku boleh keluar sebentar ga? Bareng Jennie kok, tenang aja Lisa bakalan baik-baik aja, boleh kan?" Tanya Lisa hati-hati.

"Bersama Jennie? Hanya berdua? Kalian itu perempuan, tidak baik perempuan keluar tengah malam seperti ini," Ujar Minho.

"Hanya sebentar Ayah, aku hanya ingin makan malam diluar dan sedikit berbincang dengannya. Biasanya juga aku keluar malam bersama dia kan?"

"Iya, jadi?"

"Lisa mau keluar, Jennie udah ada di depan, nanti aku bakalan pulang cepat kok."

Lisa langsung berjalan cepat keluar dari pintu utama menuju garasi depan rumahnya, kedua orang tua Lisa menatap aneh kelakuan anak mereka. Lisa bicara dengan gugup, seperti ada hal lain yang wanita itu sembunyikan dari mereka. Wajah anak itu juga bpak aneh, Minho tentu menyadari hal itu karena selama ini mereka sangatlah dekat sebagai seorang ayah dan anak.

Jennie membuka pintu mobil dan menyuruh Lisa untuk cepat masuk ke dalam. Mereka pun langsung pergi menuju apotek dan pada akhirnya mampir ke sebuah kafe di tengah kota untuk sekedar minum dan bertukar cerita satu sama lain. Jennie baru tiba di Italia pagi tadi karena kebetulan wanita itu sedang mengurus beberapa usaha bisnis make up nya di luar kota.

Amore in VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang