Yuan Yiqi, yang baru saja putus cinta, dipaksa masuk ke dunia aplikasi kencan oleh sahabatnya, Song Xin Ran. Tak disangka, dia bertemu Shen Meng Yao, seorang perempuan yang mengubah arah hidupnya. Apa yang dimulai sebagai pelarian dari patah hati, j...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
POV: Yuan Yiqi
Pagi itu seharusnya tenang dan damai. Shen Meng Yao masih di pelukanku, dan aku bisa merasakan napas lembutnya di dadaku. Ini adalah momen langka yang membuatku merasa, setidaknya untuk sementara, dunia di luar sana tak ada.
Dia baru saja melewati pagi yang terguncang dengan begitu banyak perasaan yang bergejolak—mengurai luka masa lalu, hingga akhirnya berakhir seperti ini. Meng Yao menangis, dan aku hanya bisa memeluknya, mencoba memberikan rasa aman yang selama ini sepertinya dia butuhkan.
Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Pintu kamarku tiba-tiba terbuka lebar dengan suara mengagetkan.
BRUAK!
Jantungku hampir meloncat keluar dari dada, mata kami sama-sama membelalak ke arah pintu.
Dan di sana, di ambang pintu, berdiri Song Xinran, dengan mulutnya terbuka lebar. Dia terlihat terkejut, tangannya masih di pegangan pintu. Aku dan Shen Meng Yao sama-sama terpaku. Dia masih dalam pelukanku, posisi yang... yah, mungkin cukup menjelaskan tanpa perlu kata-kata.
"Oh! Maaf! Maaf! Aku nggak lihat apa-apa!" seru Xinran, buru-buru menutup pintu dengan keras.
Sisa keheningan kembali menyelimuti kamar, tapi dengan atmosfer yang berbeda. Shen Meng Yao langsung memerah. Aku bisa merasakan tubuhnya menegang di sampingku. Dia melirikku cepat, jelas merasa malu luar biasa.
"Dia... dia kebiasaan nggak mengetuk," gumamku, mencoba mencairkan suasana. Sialnya, situasinya sudah terlalu aneh untuk bisa diperbaiki dengan kalimat sepele seperti itu.
"Aku... aku mau mandi dulu, abis itu pulang," bisik Shen Meng Yao sambil bangkit dari tempat tidur, berjalan cepat menuju kamar mandi.
Aku hanya bisa menatapnya pergi, merasa semua ini semakin sulit dijelaskan. Menyandarkan punggungku ke kepala tempat tidur, aku menghela napas panjang. Song Xinran—selalu saja dia membuat keributan tanpa sengaja. Tapi kali ini, entah bagaimana, aku merasa situasi ini jauh lebih ribet daripada biasanya.
Aku tahu aku harus menghadapi Xinran di luar sana, jadi aku pun bangkit dan menuju ruang tamu. Pintu kamar terbuka, dan di sana, Xinran sudah duduk di sofa dengan senyum lebarnya, jelas-jelas menunggu.
"Pagi... Yiqi," katanya langsung tanpa basa-basi, "itu tadi apa? Kenapa kalian kayak... begitu?"
Aku mengusap wajah, mencoba menahan rasa frustrasi. "Xinran, serius, kenapa kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu?"
Xinran mengangkat bahu, matanya berbinar penuh antusiasme. "Yah, aku biasa masuk aja ke rumahmu. Kan apartemen ini udah kayak rumah sendiri."
"Ya, tapi biasanya kamu nggak—" Aku menahan napas sejenak. "Nggak sampai buka pintu kamar tanpa ngetuk dulu."
"Biasanya kamu nggak ada yang dipeluk di atas kasur juga," katanya dengan ekspresi menggoda, jelas-jelas menikmati betapa canggungnya situasi ini.
Aku menutup mata sejenak, mencoba mengendalikan diri. "Xinran, dia cuma teman."