POV: Yuan Yiqi
Pagi itu, sinar matahari menembus perlahan melalui celah-celah tirai di kamar pacarku, menciptakan suasana hangat dan tenang. Di bawah selimut tebal yang menyelimuti kami, aku berbaring di samping Shen Meng Yao, yang masih terlelap, berbantalkan lenganku. Tubuhnya dekat sekali denganku, tangan lembutnya melingkar di pinggangku, membuat kami terlihat seperti dua orang yang tak terpisahkan.
Aku memandang ke langit-langit kamar, jariku pelan-pelan mengelus rambutnya yang halus. Detak jantungku lembut, menghitung setiap detik yang berlalu. Ada sesuatu yang mengganjal di dadaku sejak kemarin malam, dan sekarang, saat suasana begitu tenang dan damai, aku merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ada di hatiku.
"Sayang, aku tahu kamu udah bangun." Ucapku, dan dia hanya tersenyum lemah. "Ada sesuatu yang mau aku omongin," bisikku lagi, tetap mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Mata Shen Meng Yao perlahan terbuka, senyum mengembang di wajahnya. Dia mengecup pipiku dengan gemas, tangannya masih memeluk erat. "Apa, sayang?" tanyanya, suaranya serak tapi lembut.
Aku menarik napas dalam, merasakan beratnya kata-kata yang harus kuucapkan. "Aku... nerima tawaran Mama buat ke London. Aku bakal kerja di sana."
Tiba-tiba, wajahnya berubah. Tubuhnya menegang, dan senyum yang tadinya cerah itu perlahan pudar. Dia terdiam, seolah terjebak dalam pikiran yang sulit dimengerti. Dengan lembut, dia melepaskan kepalanya dari lenganku, menjauh seolah merasakan jarak yang tak kasat mata.
Melihat perubahan itu, hatiku berdesir. Segera, tanganku terulur menyentuh wajahnya, berusaha mendekat dan memberikan kenyamanan. Aku mencium bibirnya dengan lembut, berharap bisa meredakan kegelisahan yang mungkin muncul. Ibu jariku mengusap pipi halusnya, berdoa agar dia bisa mengerti perasaanku.
Shen Meng Yao menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca namun dia berusaha untuk tetap tenang. "Oke," jawabnya pelan, suara penuh dengan kesedihan yang tak bisa dia sembunyikan. "Tapi... apa kamu nggak mikir ini terlalu cepat?"
Aku memeluknya dari pinggir, ingin memberikan rasa aman yang dia butuhkan. "Kita masih bisa berhubungan, sayang," ucapku sambil mengecup puncak kepalanya. "Kalau perlu, kamu bisa ikut aku ke sana."
Dia tersenyum tipis, namun menggelengkan kepala. "Nggak, aku nggak keberatan. Aku bisa tetap di sini, nunggu kamu. Lagipula, sekarang kantor pusat pekerjaanku udah di Shanghai." Meskipun dia tersenyum, ada sesuatu dalam sorot matanya yang menunjukkan bahwa hatinya benar-benar berat menerima ini.
Aku menatapnya, merasakan kedalaman perasaannya tanpa perlu mendengar lebih banyak kata-kata. "Gimana kalau kita selesain dulu wishlist yang bisa sekarang, sebelum aku berangkat?"
Shen Meng Yao memandangku dalam-dalam, lalu mengangguk. Meski ada kesedihan yang tak terucap di hatinya, aku bisa melihat bahwa dia ingin mendukungku sepenuhnya. "Iya, aku mau," jawabnya lembut, senyum hangat yang masih menyimpan sedikit kesedihan di baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless Whispers - Yuan Yiqi dan Shen Meng Yao [heimiao Couple] SNH48
FanfictionYuan Yiqi, yang baru saja putus cinta, dipaksa masuk ke dunia aplikasi kencan oleh sahabatnya, Song Xin Ran. Tak disangka, dia bertemu Shen Meng Yao, seorang perempuan yang mengubah arah hidupnya. Apa yang dimulai sebagai pelarian dari patah hati, j...