Langit yang nampak gelap menambah kesan duka yang mendalam bagi keluarga Danu, pemakaman Tala sudah selesai.Tala yang biasa tersenyum manis ke semua orang namun, saat ini hanya terlihat pada foto yang dibingkai dan dikalungi bunga. Tidak akan ada Tala yang tersenyum- pada Danu setiap pagi, tidak ada Tala yang selalu menjaga Astra saat sakit.. Kini hanya batu nisan yang bertuliskan nama 'Tala Sergio Ibrahim Bin Danu Sergio Ibrahim'.
Dari kejauhan seorang pemuda memandang kerumunan orang yang sedang menghantarkan sang kakak ke tempat peristirahatan terakhir nya. Hanya dirinya yang tidak bisa mendekat, sang ayah melarangnya untuk ikut bersama. Sakit bukan, sungguh sakit itu lah yang dirasakan Astra.
"Sabar ya Asa kamu kuat kok," ucap Alif yang berdiri di samping Astra, saat ini ia hanya hanya bisa menguatkan sang sahabat begitu juga Dion yang setia disampingnya.
•
•
•Semua orang kembali ke rumahnya begitu juga dengan Danu yang disusul oleh Astra setelah ia berpamitan dengan sang kakak, tentu ia datang setelah sang ayah pergi dari situ.
Astra melangkahkan kakinya menuju rumah Danu, hanya rumah itu yang dia punya sekarang. Meskipun ia tidak tau masih diterima atau tidak dirinya dirumah itu.Tok tok ...
Astra mengetuk pintu rumah Danu, tak lama pintu pun terbuka memperlihatkan Astra yang berdiri didepannya.
"Ngapain kesini? Belum puas liat gue sengsara?"tanya Danu yang membuat Astra mematung mendengar pertanyaan itu.
"Maksud ayah apa?" air mata Astra meluruh tanpa disuruh sungguh sakit.
"Lo udah ambil semuanya, apa yang mau Lo ambil lagi? Pergi dari sini temui keluarga Lo sana, di kota!"
"Tapi keluarga Asa, disini. Ayah Danu, ibu Dania sama kak Tala. Kenapa Asa harus pergi? Jelasin ayah! Jelasin!"
"Lo bukan anak gue!"
"Iya terus Asa anak siapa?"
Flashback
"Saya titip anak ini sama kalian berdua ya! Tenang aja saya nanti akan transfer setiap bulan untuk keperluan Astra," seorang pria paruh baya memberikan kepercayaan kepada Danu dan Dania yang saat itu bekerja di kediaman pria itu.
"Tapi kenapa pak? Bukannya den Astra anaknya bapak sama ibu?" tanya Dania yang cukup terkejut dengan permintaan sang majikan.
"Itu masalah pribadi Dania, kamu cukup jaga dan rawat dia ya!kamu anggap dia anak kamu sendiri " ucap sang ibu majikan menjawab pertanyaan Dania. Danu hanya menyimak pembicaraan mereka.
"Tapi den Astra baru 3 tahun loh buk, kasihan dia jauh dari orang tuanya. Lagian kalo saya bawa dia ke kampung gimana tanggapan tetangga saya"
"Loh Kan Tala sendirian, buat temen Tala nanti dikampung. Jangan pikirin omongan orang lain kan saya kasih kamu uang," ucap sang majikan. Bukan itu maksud Dania, hanya saja majikan kecil nya itu kasihan sekali jika dipisahkan dengan keluarga nya.
"Saya mohon ya, saya gak bisa merawat dia lagi. Keluarga besar saya tidak ada yang menerimanya." Melihat kedua majikannya berlutut dihadapan Danu dan Dania membuat sepasang suami istri itu tak tega apalagi dengan kebaikan sang majikan yang kerap membantu nya saat susah nya mereka. Dan mereka pun menerima permintaan majikan nya itu untuk merawat sang anak.•
•
Sesampainya di kampung Dania memperkenalkan Astra pada sang ibu namun, sang ibu menolak keras itu tapi Dania kekeh mempertahankan Astra. Astra tumbuh menjadi anak yang ceria meskipun Danu dan Dania harus berusaha keras untuk menghidupi kedua anaknya, sang majikan tak memenuhi janjinya untuk membiayai kebutuhan Astra. Danu pernah ingin mengembalikan Astra pada sang majikan tapi, Dania melarang keras itu dengan alasan jika Astra dikembalikan dia ak akan di buang ke tempat lain, belum tentu dia mendapatkan perlakuan yang baik disana. Juga orang tua Astra tidak mengharapkan Astra.
Hingga suatu ketika merenggut kebahagiaan Astra, orang yang menyayangi nya pergi dari hidupnya ya, dia Dania. Dania dan Astra sakit keras disaat bersamaan Danu bingung uang yang dia punya hanya bisa membiayai satu orang saja. Namun, pada akhirnya Dania mengalah dia menyuruh Danu untuk menyembuhkan Astra dari pada dirinya sendiri. Danu marah tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa."Tolong jaga Astra buat aku ya Mas." pesan terakhir yang Dania ucapkan sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Danu.
Astra diam membeku setelah mendengar cerita dari sang ayah, sungguh ini menyakitkan. Kenapa harus dia.
"Sudah jelas kan? Pergi!" usir Danu.
"Kalo Asa pergi ayah sama siapa?"
"Gue bisa jaga diri gue sendiri,pergi Lo!"
Air mata Astra mengalir begitu saja, dia tidak tahan menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis.
"Oh tunggu sebentar jangan pergi!"
Danu masuk kedalam rumah meninggalkan Astra tak lama Danu."Ini alamat rumah orang tua Lo, gue baik mau ngasih tau ini ke Lo! Jangan kembali lagi!" Danu mengulurkan tangannya memberi sebercak kertas yang bertuliskan alamat rumah orang tua Astra. Dengan tangan bergetar Astra menerimanya.
"Makasih yah Untuk semua nya Asa sayang ayah, Asa pergi ya. Jaga diri baik-baik ya 'yah," ucap Astra yang kini melangkahkan kakinya menjauhi pekarangan rumah nya.
•
•
•Astra kini termenung memikirkan kehidupan selanjutnya apakah dia harus menemui orang tua nya, atau dia harus pergi kemana? Dimana rumah yang harus dia singgahi. Hingga sebuah suara menyadarkan Astra.
"Kenapa disini? Gak pulang kerumah?" Alif duduk di samping Astra. Alif tak sengaja lewat dan melihat Astra yang sedang melamun di hamparan rumput.
"Pulang kemana? Asa gak punya rumah" Astra tersenyum getir mengingat dirinya sekarang yang tidak punya rumah untuk berpulang.
"Asa diusir ayah, Asa disuruh pergi ke rumah orang tua kandung Asa."
"Pulang ke rumah Alif aja ya,nanti kalo Astra udah siap pergi ke kota baru Astra pergi ya!" Ucap Alif dengan lembutnya.
"Umi Alif gak suka Astra,kalo Alif lupa," Alif terdiam mendengar jawaban Astra, benar jika uminya tidak suka dengan Astra karena, alasan uminya menyalahkan Astra akan kepergian Dania sahabatnya itu.
"Maaf Alif gak bisa bantu Astra, Alif bisa kok ngomong baik-baik sama umi. Kalo itu takdir bukan salah Astra."
"Gak papa kok, nanti Astra pergi ke kota cari orang tua Astra," Astra tersenyum melupakan kesedihannya.
"Astra tinggal sama Dion aja!"
"Nenek Dion juga gak suka Astra, kan nenek Dion sama nenek kak Tala itu temen baik. Sudah jelas kok tatapan nya kalo mereka gak suka Astra." Ucapan sendu Astra membuat Alif diam beribu bahasa. Bagaimana dia harus menolong sahabat nya ini.
"Maaf..." lirih Alif yang merasa tidak berguna sebagai sahabat.
Untuk Dion sendiri dia sedang dikurung neneknya karena neneknya tau jika Dion akan menemui Astra, Dion tidak boleh mendekati Astra lagi. Itu kata neneknya, takut Dion kena sial. Entah apa yang dipikirkan orang-orang kenapa mereka membenci Astra.
Entah kemana Astra harus pergi jelas menemui kedua orang tuanya yang berada dikota hanya itulah yang bisa Astra lakukan meskipun entak kemungkin tidak mengenakan apalagi yang dia dapatkan.
•
•
•
•
•Haiii apa kabar semuanya? Baik gak? Harus baik dong! Author doain semoga kalian sehat selalu dan bahagia selalu deh! Hmmm gimana ya gini deh kalian baca aja cerita author! Hehe. Makasih loh yang udah baca lope lope sekebon deh buat kalian semuaa💚💚byee byee nanti author balik lagi yaawww.
![](https://img.wattpad.com/cover/375846977-288-k4711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRA
Teen Fiction"Untuk hari ini Lo puasa aja, sama kakak Lo juga. Gue gak dapet uang hari ini." ✩✩✩ "Mau gue bicara apapun tentang Astra dia tetep bukan anak kandung gue." ✩✩✩ "Kamu itu dijual sama orang tua kandung kamu!" _