Panas nya cuaca diluar sana tidak mengindahkan tali persaudaraan yang erat antara Tala dan Astra, mereka berdua berpelukan meluapkan kesedihan masing-masing.
Ceklek
Suara decitan Pintu terbuka menampakkan Danu yang melihat kearah keduanya datar.
"Ngapain pelukan segala? Kayak bocil!" reflek mereka berdua melepaskan pelukannya dan menatap sang ayah jengah.
"Heh kerja sana! Lo di diemin makin ngelunjak ya!" Danu menarik kasar Astra dan mendorong nya kelantai, menjauhkan dirinya dengan sang kakak. Tala yang melihat perlakuan kasar ayahnya terkejut, ternyata sikap ayahnya yang kasar pada Astra bukan bualan semata.
"Ayah!" tegur Tala yang tidak menyangka jika ayahnya melakukan itu.
"Kenapa? Gue cuman mau dia kerja bukan leha-leha doang dirumah !" ujar Danu menantang Tala yang hendak protes terhadap sikapnya.
"Maaf yah! Tapi boleh gak Asa minta makanan yang ayah bawa. Astra lemes banget yah, Asa laper yah," Astra menatap penuh harap pada sang ayah, yang memang terlihat membawa makanan. Namun, Danu hanya melengos melihat betapa menyedihkan nya Astra yang mungkin sudah dua hari tidak makan apapun.
"Ayah, Kasihan Asa. Kasih dia makan ya!" Tala memohon kepada sang ayah untuk memberikan makanan untuk sang adik.
"Sesuap aja yah, Asa janji setelah ini Asa bakal cari kerja. Tapi kalo sekarang badan Asa lemes banget yah," lirih Astra.
"Engga ya tetap engga, enak aja Lo! Gue yang kerja Lo yang enak-enak makan. Cari kerja sendiri sana!"
Tanpa berperasaan Danu menarik paksa tangan Astra, lalu mendorong nya keluar rumah. Astra yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya menghela nafasnya.
"Gini bener hidup gue, mana laper lagi," Astra melangkahkan kakinya menjauhi pekarangan rumah.
✧✧✧
Dibawah pohon rindang, Astra kini sedang terduduk di tanah, ia lelah berjalan tak tentu arah tanpa menggunakan alas kaki. Menyakitkan bukan.
"Miskinn! Lagi apa nih," ucap seorang remaja berambut keriting menghampiri Astra. Diikuti oleh beberapa remaja seusianya.
"Pasti dia lagi nge-gembel. Secara kan dia orang miskin, haha!," sahut remaja disampingnya. Mereka tertawa lepas melihat wajah sayu Astra.
"Males banget gue!" Astra menghela nafas gusar.
"Eleh eleh, barudak kampyungan! Ngapain Lo pada di sini?" ucap remaja yang ikut nimbrung ke arah mereka. Dion dan Alif mereka lah orang nya.
"Ehh temennya si miskin datang. Gak salah bilang,kita? Kamu kali yang kampungan," Risky si rambut keriting menatap sinis Dion dan Alif yang menghampiri nya.
"Dih belagu Lo! Dasar kampungan! Norak!" sarkas Dion.
"Kalian kenapa sih ngomongnya Lo-gue? Kan kita bukan di Jakarta," tanya Putri satu-satunya cewek diantara yang lainnya.
"Ya gue mah emang orang Jakarta, lagi liburan aja di sini."
"Liburan kok 10 tahun, tuh liburan apa pindahan,"
"Bego Lo! Suka-suka gue dong ngapain juga Lo sibuk."
"Dih kan aku ngomong apa adanya."
"Miskin banyak tingkah!"
"Kamu tuh, sok banget padahal dirinya juga tinggal didesa."
"Gue Dion. Gak butuh komentar Lo pada!"
Perdebatan panjang antara Dion dan Risky belum juga usai. Alif yang sedari tadi diam pun menghentikan pertikaian tersebut."Diam!" tegas Alif menatap tajam keduanya.
"Kalian kenapa sih ganggu Astra? Dia gak salah sama kalian."
"Iya kalian diam dong! Putri kasian tau ngeliat Astra di buly kalian."Dion mendelik tak suka mendengar suara lembut Putri Padahal jelas dia juga ikut andil.
"Kenapa Lo suka sama Astra?" Putri mendelik mendengar pertanyaan Adit.
"Ih gak mau ah. Astra kan miskin, lihat! Bajunya aja udah gak layak pakai. Mana gak pake sendal lagi, rambutnya gak terurus menjijikkan banget deh. huh! Putri gak mau sama Astra yang gak punya masa depan yang jelas. Putus sekolah lagi! Udah deh mending Putri sama Alif aja deh anaknya Pak Hafidz," jelas putri yang membuat Astra diam membeku.
Astra kini menatap iba dirinya sendiri, benar kata putri dia begitu menjijikkan.
"Haha! Dia kan gembel!" Risky tertawa lepas begitu juga dengan putri dan Rico. Berbeda dengan Dion yang menatap tajam ketiganya, dan Alif yang mencoba menenangkan hati Astra.
"Najis! Menjijikkan Lo bilang. Lo yang ngaca bego! Alif mana mau sama cewek gak beradab kayak Lo! Gila Lo!"
Dion menjambak rambut Putri, hal itu membuat Putri teriak kesakitan. Mereka yang disana mencoba memisahkan keduanya.
"Udah Dion! Astra gak papa kok," Astra menarik tangan Dion menjauhi Putri. Astra memberikan senyuman manisnya, Dion pun mengalah meskipun dia masih kesal.
"Pergi kalian! Gak usah ganggu lagi!" Risky dan kawan-kawan pergi meninggalkan mereka setelah mendengar suara tegas Alif. Walaupun, masih ada rasa kekesalan.
"Harusnya biarin gue Jambak tuh cewek. Gue tabok sekalian." Dion menatap kesal kearah Alif.
"Udah biarin aja, Astra gak papa kok."
Astra kembali duduk dibawah pohon rindang itu. Memejamkan matanya sesaat ketika perih di perutnya kembali melanda. Dion dan Alif ikut mendudukkan diri disamping Astra."Laper banget Asa tuh," batin Astra yang masih setia menutup matanya.
|
|
|Haloo semuanya apa kabar? Semoga kalian sehat selalu dan bahagia tentunya.Semangat ya kaliann jalani har ini, kayak Astra hehe! Bye bye nanti Astra balik lagi yawwww♡....
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRA
Teen Fiction"Untuk hari ini Lo puasa aja, sama kakak Lo juga. Gue gak dapet uang hari ini." ✩✩✩ "Mau gue bicara apapun tentang Astra dia tetep bukan anak kandung gue." ✩✩✩ "Kamu itu dijual sama orang tua kandung kamu!" _