PART 2

72 4 0
                                    

Tepat matahari diatas kepala, Astra dan teman-teman nya sudah kembali dari sekolah. Namun, mereka tidak langsung pulang melainkan nongkrong dulu di warung pinggir sekolah, hingga waktu menunjukkan pukul 15.00 mereka baru pulang kerumah. Itupun setelah di ceramahi oleh Alif panjang lebar.

"Iyaa Alif ini juga mau pulang kok!" ucap Dion yang kesal karena,Alif dari tadi menyuruh mereka untuk pulang ke rumah namun, Alif juga tidak pergi jika mereka tidak pulang.

Di persimpangan jalan mereka berpisah karena, arah rumah mereka yang berbeda.

"Ayahh!" teriak Astra dari kejauhan, ketika melihat sang ayah berjalan tak jauh dari nya.

Danu yang sedang berjalan seketika menengok ke belakang, saat namanya dipanggil seseorang.

"Ngapain Lo?"

"Ayah mau pulang ya?" tanya Astra yang mulai mensejajarkan langkahnya dengan Danu.

"Hmm, mana Tala?"

"Kak Tala kerja Yah, diladang pak Harto." Astra menundukkan kepalanya saat melihat tatapan tajam dari Danu.

"Enak Lo sekolah? Sedangkan anak gue kerja banting tulang disana! Hah!" ketus Danu pada Astra.

"Engga Yah, Asa juga mau kerja tapi kakak gak bolehin Asa" mata kecil Astra berkaca-kaca ketika mendengar suara ketus Danu.

"Jangan cengeng! Lo anaknya Danu. Gue gak mau orang di desa ini bilang gue punya anak cengeng," peringat Danu.

"Asa gak nangis kok Yah," Astra segera menghapus air matanya yang hampir jatuh.
Danu hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju rumah, Astra membututi Danu dari belakang.

"Lo ngerokok ya?" tanya Danu tiba-tiba, tanpa menghentikan langkahnya.

Astra yang mendengar pertanyaan dari Ayahnya tampak terkejut, bagaimana ayah bisa tau kalo dia habis merokok pikirnya.

"Engg-gak kok Yah," jawab Astra dengan gugup.

"Gue perokok. Jangan bohong sama gue, Lo!" seru Danu.

"Maaf yah!" cicit Astra.

"Makan gak punya uang lo! Tapi ngerokok bisa." sarkas Danu yang melihat anaknya semakin situ di samping nya.

"A-nu, itu dari Dion yah. Asa tadi di beliin sama Dion." beber Astra takut jika ayahnya salah paham pada dirinya.

"Sekali lagi gue tau Lo ngerokok, gue pecahin bibir Lo!"

Setelah mengucapkan itu hanya ada keheningan antara Astra dan Danu hingga mereka sampai ke rumah.

"Assalamualaikum kak!" Salam Astra pada Tala yang kebetulan terlihat dari luar pintu yang terbuka.

"Waalaikumsalam Asa," Tala berdiri menyambut Astra dan Danu yang memasuki rumah.

Danu hanya melihat interaksi keduanya, lalu matanya melihat ke arah Tala. Wajah Tala begitu pucat dan juga deru nafasnya yang terdengar berat. Danu merasa bukan ayah yang baik bagi anaknya.

"Gimana kak kerjanya?" tanya Danu pada si sulung.

"Hmm, baik Alhamdulillah!" jawab Tala dengan senyuman manisnya.

"Kalo capek istirahat Tala!" titah Danu pada sang anak.

"Iya ayah,"

"Lo pingsan kan tadi?" tanya Danu mengintimidasi Tala yang kini mendongakkan kepalanya kearah Danu.

"Engg-gak yah"

"Gue denger sendiri dari pak Harto Lo pingsan tadi!" Danu menatap tajam kearah Tala, Danu memang tadi diberitahu oleh pak Harto jika anaknya pingsan saat berkerja. Jadi, ia langsung pulang kerumah.

ASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang