PART 11

38 4 0
                                    

"Eh Lo jangan maen maen ya!"



"Wakil ketua kasih paham dia!"

"Wakil lagi me time ketua!"sahut remaja yang bernama Brian Malika.

"ck.. me time segala. Wakil dua mana dah!"perintah Gerhana.

"Si Karina lahiran ketua," sahut orang di samping Brian, dia adalah Narta Mahendra.

Gerhana menghela nafas lelah, Karina Kucing kesayangan wakil kedua, lebih penting dari pada sahabat nya.

"Yaudah Lo aja yang kasih tau dia?" Gerhana menunjuk ke arah Brian.

Brian menganggukkan kepalanya kemudian, menatap lekat Astra.

"Nih ye Arta gembel, biar gue kasih tau! kita ini geng motor terkenal. Semua orang pasti tau siapa kita," jelas Brian.

"Tapi, gue gak kenal,"cicit Astra.

"Makanya gue kasih tau, gimana sih!"kesal Brian, bisa-bisanya pemuda di depannya menjawab.

"Sekarang Lo gak amnesia lagi kan?"tanya pemuda berambut pirang yang bernama Jaren Riqel Anggara.

"Gue gak amnesia! Gue Astra bukan Arta!"bantah Astra, jelas dirinya tidak amnesia.

"Iya sih, dia beda sama Arta. Cuma, mirip mukanya itupun kalo dia putih. Inimah udah dekil, bajunya kayak pengemis, pendek lagi!"cerca Sean Paul Algira.

"Ya emang bukan kok,"lirih Astra. Astra menundukkan kepalanya agak tersinggung mendengar penuturan pemuda di hadapannya itu, tapi memang itu kenyataan nya.

"Oke ketua percaya, tapi kok mirip sih mukanya sama si Arta?"tanya gerhana yang heran.

Mereka yang ada disana pun mengangguk setuju dengan opini yang dikatakan oleh sang ketua.

"Gue gak tau! Gue gak kenal kalian! Jangan ganggu gue,"ucap Astra, lelah sekali dia untuk hari ini kejutan yang sangat besar didapatkan nya. Untung nya sudah sarapan tadi, coba kalo tidak mana kuat adu bacot sama orang-orang ini.

"Santai dong! Gue nanya doang, apa jangan-jangan Lo kembaran nya Arta" Gerhana menatap Astra dengan  penuh selidik.

"Bisa jadi Ketua!"sahut salah satu dari mereka.

"Bukan gue! Tapi Arta, gimana sih!"

"Iyaa gitu maksudnya lohh."

Astra semakin pusing saja memikirkan nya, mungkin memang Arta yang dimaksud Kenant adalah musuh mereka. Mereka semakin menatap Astra yang diam, apa perkiraan mereka benar.

"Ketua, Ica meninggal!" Seru pemuda yang baru saja datang menghampiri mereka. Entah mereka yang tak sadar atau pemuda itu yang ghaib muncul tiba-tiba.

"Anjir! Kaget gue, gila Lo! Kalo gue jantungan gimana?"kesal Gerhana, suasana lagi hening tiba-tiba pemuda itu datang.

"Ica meninggal, gue harus gimana? Hati Ibunya pasti lebih sakit dari gue, Ger!"pemuda itu, Faren Ardana.

Menggenggam tangan Gerhana, mencurahkan isi hatinya, kehilangan seseorang yang bernama Ica itu.

"Jangan sedih Ren! Ada gue disini," Gerhana turut prihatin melihat kekacauan sahabat nya ini. Sekaligus wakil dua dari geng mati lampu.

"Gue udah berusaha ,tapi dia tetep pergi Ger. Gue harus apa? Kasih tau gue!"Faren semakin menangis menyuarakan kesedihannya, bahkan Astra pun ikut meneteskan air mata sungguh kehilangan orang yang kita sayang  itu sangat sakit.

"Berdiri! Lo kuat Ren, jangan kayak gini," Gerhana menuntun Faren Untuk berdiri. Gerhana memeluk erat Faren. Semua yang ada disitu menatap mereka dengan derai air mata.

ASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang