PART 3

68 2 0
                                    

                                   .
                                   .
                                   .   
                        
Saat ini Tala sedang duduk dengan kepala tertunduk di hadapan Astra yang terus saja merengek karena, tubuhnya saat ini sedang terserang demam.

"Kak, Asa laper banget loh," lirih Astra yang berbaring lemah di kasur tipis yang dimilikinya.

Hati Tala mencelos mendengar lemahnya suara adiknya yang menahan rasa laparnya, sejak kemarin sampai saat ini dirinya juga sang adik tidak makan. Tala pun hanya bisa menghela nafas panjang, andai saja dia tidak mendengarkan Danu untuk tidak bekerja lagi pasti keadaan mereka tidak seperti ini.

"Sabar ya! Ayah pasti nanti bawa makanan," Tala tersenyum hangat, meskipun hatinya sangat sakit melihat keadaan Astra yang semakin hari semakin kurus saja.

"Memangnya, Ayah kemana kak?"suara Astra yang hampir tidak terdengar namun, masih bisa dimengerti oleh Tala. Astra sudah demam dari dua hari yang lalu, karena kondisi tubuhnya yang lemah. Jangan tanyakan kemana Alif dan Dion mereka sudah dua hari ini mengunjungi Astra yang tak kunjung sekolah namun, Tala selalu berkata bahwa Astra  baik-baik saja. Bukan karena ingin menyembunyikan nya tapi, Astra sendiri yang minta agar tidak memberi tahu kedua teman nya.

"Dari kemarin ayah pergi katanya cari kerja biar kita bisa makan," Tala mengelus kepala Astra seraya menjawab pertanyaan sang adik.

Ceklek

Pintu terbuka menunjukkan Danu yang membawa beberapa plastik ditangannya.

"Nih! Makanan buat Asa," Danu mengulurkan tangannya memberi plastik berisi makanan kepada Tala. Mata Astra berbinar mendengar Ayahnya membawa makanan. Akhirnya rasa laparnya ini akan segera enyah.

"Ayah dapet ini dari mana?" tanya Tala dengan hati-hati takut menyinggung perasaan sang ayah.

Danu yang terlihat sudah sangat lelah karena ,dua hari ini berusaha mencari sesuap makanan yang bisa dimakan kedua anaknya namun, disuguhkan pernyataan seperti itu.

"Gak usah dijawab yah!" pungkas Tala yang peka jika ayahnya sangat lelah.

"Asik, akhirnya Astra makan."

Tala tersenyum mendengar ucapan sang adik, nampaknya sang adik sangat senang. Danu juga diam-diam menyunggingkan senyumnya melihat anaknya tersenyum sudah lebih dari cukup baginya.

"Ayah bawa udang balado ya?"semangat Astra yang melihat Tala mulai membuka bungkusan satu persatu.

"Hari ini makan ubi rebus dulu besok aja udang balado nya," pernyataan Danu membuat senyum Astra luntur seketika. Tala lagi-lagi menghela nafas gusar, Astra sangat ingin makan udang balado. Dari tadi Tala mendengar ocehan adiknya yang ingin makan udang balado juga strawberry. Ya benar! Astra itu pencinta buah asam berwarna merah itu dan sangat suka dengan udang balado namun, sangat sulit baginya untuk mendapatkan itu semua.

"Gak papa deh, yang penting Asa makan," senyum Astra kembali merekah, maruk sekali pikirnya masih mending bisa makan ubi daripada dia harus mati kelaparan.
                                   .
                                   .
                                   .
Di ruang tamu yang sederhana itu kini, diisi oleh ayah dan anak sulungnya, meninggalkan si bungsu yang tertidur setelah memakan ubi rebus dengan nikmat.

"Plastik tadi isinya ubi rebus semua," Danu memberi tahu Tala.

"Iya Tala udah liat kok, besok Tala kerja Yah."

"Baru sembuh belagu, gue masih bisa ngasih makan Lo berdua."

"Dua hari sekali? Mikir dong yah kasihan Astra. Dia sakit tapi gak bisa makan apa-apa, ayah pikir Tala tega? Engga Yah,"ungkap Tala yang memberi pengertian kepada Danu.

"Dengan Lo pingsan karena, sesak nafas lagi," balas Danu yang kembali mengingatkan anaknya jika, dia tidak bisa kerja berat.

                                   ✧

                                   ✧
Setelah perdebatan panjang akhirnya Danu mengalah dan membiarkan Tala bekerja. Keras kepala! Tala memang batu hanya untuk sekedar mendengar pernyataan Danu.

Beberapa hari sudah berlalu Astra juga sudah mulai kembali sekolah tentu saja atas izin ayah juga kakaknya. Disepanjang jalan Astra berfikir
bagaimana cara agar membantu keluarganya.

"Pagi dek Asa!" Sapa mang Jaja yang membuat sang empu tersentak kaget ketika ada yang menyapa nya. Salah nya juga melamun saat sedang berjalan untung tidak tersandung. Tapi, nanti dulu kenapa orang sekitarnya kerap memanggilnya Asa bukankah itu panggilan khusus dari keluarganya, pasti ini karena ayah atau kakaknya sering memanggil Asa saat didepan umum.

"Pagi mang! Mau keliling jualan jagung rebus mang?" tanya Astra tersenyum ramah pada mang Jaja penjual jagung rebus.

"Iyah atuh dek, kan bawa jagung masa jualan baju," gurau mang Jaja ,Astra terkekeh geli mendengar gurauan mang Jaja.

Astra terdiam sesaat kemudian ia berfikir bagaimana jika dia jualan jagung rebus saja tapi, ah dia lupa! Jagung dari mana Ayahnya saja tidak berkebun.
"Mang boleh gak Asa bantu jualan jagungnya, Asa jual disekolah,"

"Kumaha? Ari kamu teh mau jualan? Emang gak papa atuh? Nanti saya kena marah Danu kalo ketauan."

"Engga mang. Asa janji gak bakal kasih tau Ayah, Asa mau kerja mang. Kak Tala udah berhenti sekolah tapi, Asa masih aja beban," Astra menundukkan kepalanya saat bercerita.

"Yaudah atuh, mang Jaja mana bisa nolak orang sekasep Asa," mang Jaja mengusap kepala Astra.

"Makasih mang!"

Astra pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah tentunya sambil membawa jagung rebus yang akan dia jual, soal upah itu urusan belakangan yang penting dia membantu.
Di persimpangan jalan Alif dan Dion ternyata sudah menunggu kedatangan Astra.

"Woi! Akhirnya best friend gue sekolah juga," seru Dion yang gembira setelah dua hari Astra tidak berkumpul dengan mereka.

"Alhamdulillah, Udah sehat Sa?" Alif tersenyum melihat Astra yang lebih ceria hari ini.

"Sehat kok!"

"Apaan nih? Bawa jagung rebus," kepo Dion melihat Astra menenteng plastik yang berisi jagung rebus.

"Iya gue jualan lumayan buat bantu ayah sama kak Tala," jawab Astra sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Ketika dibuka bajunya-" Dion hendak bernyanyi lagu jagung rebus namun, secepatnya di hentikan oleh Alif maupun Astra.

"Istighfar Dion, kamu nyanyi lagu gak berfaedah!" tegur Alif yang tentunya tau lirik lagu yang hendak dinyanyikan oleh Dion. Dari mana mereka tahu, jelas dari Dion karena Alif maupun Astra tidak memiliki handphone.

"Tau nih Dion, gak berfaedah banget!" sahut Astra, Dion mendengar itu hanya mendengus kesal.

"Najong!"
.
.



Semoga kalian suka cerita ini, author tuh bingung mau nulis dari mana. Pusing author, author seneng banget kalo ada yang mau baca ini cerita. Maaf ya jarang update author bingung gak tau gimana lanjutannya soalnya lupa sama alurnya huhu 😭.
Kalian sehat sehat yaa!! Terimakasih sudah membaca cerita ini♡

ASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang