PART 6

52 2 0
                                    


“Lo jangan banyak pikiran ya!”Astra terkekeh mendengar penuturan Dion, namun dia masih bisa tersenyum.

“Gue dari tadi Mau cari kerja tapi, gak dapet.”

“I’ts okay, mau kita bantu?”Alif tersenyum menatap Astra .

“Asa bingung, Asa capek, Asa mau bantu ayah tapi, gak bisa,”Alif maupun Dion menghela nafas panjang, apa yang bisa mereka bantu? Mereka masih belum memgerti, betapa susahnya mencari uang. Mereka yang biasanya hanya meminta pada orang tua saja.

“Nih makan! Pasti lo belum makan ‘kan?”

Dion menyodorkan makanan yang dibungkus wadah bekal. Mungkin, hanya nasi dengan telur ceplok saja namun, itu sudah sangat membantu Astra yang sedang dilanda kelaparan.

“Makasih ya, kalian emang pengertian. Maaf loh ngerepotin.” Astra menerima bekal itu dengan baik, puji syukurnya selalu dia ucapkan dalam hati.

“kenapa melow sih ! Apaan banget deh,” Dion berdecak malas, sungguh dia tidak suka suasana seperti ini.

ㅇㅇㅇ


Setelah acara makan astra berakhir dia, pergi untuk mencari pekerjaan lagi. Tentu saja setelah memberi pengertian kepada sahabatnyya untuk tidak ikiut dengannya. Astra sungguh tidak ingin merepotkan kedua sahabatnya itu.

Pukul 20.00 Astra kembali kerumahnya tentu dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan. Tubuhnya penuh peluh keringat dia bekerja keras hari ini. Astra berjalan gontai memasuki rumahnya, langkahnya terhenti ketika melihat sang ayah sedang bercerita dengan ayah sahabatnya,Alif.Tak sengaja indra pendengarannya menangakap nama dirinya disebut. Apa yang mereka bicarakan tentang dirinya.

“Mau gue bicara apapun tentang Astra dia tetep bukan anak kandung gue Fidz.”

Deg

Apa ini ? apakah Astra tak salah mendengar. Bukan anak kandung! Kenyataan pahit macam apa kali ini yang dia dengar.

“Gue capek setiap ngeliat dia gue selalu terbayang sama wajah istri gue yang menahan sakit, karena penyakitnya itu. Gue mau usir dia dari sini, gue gak mau Tala juga pergi dari gue," jelas Danu yang terlihat putus asa dengan hidup yang dia jalani saat ini.

Astra menggelengkan kepalanya, enggak ini gak boleh terjadi! Kenapa ayahnya ingin dia pergi dari rumah ini. Bagaimana jika diluar sana semua orang membencinya.

"Enggak yah! Asa gak mau pergi!"

Danu dan hafidz sontak menoleh ke sumber suara ternyata ada Astra yang berdiri tak jauh dari mereka dengan air mata yang mengalir deras.

"Asa mohon jangan usir Asa! Asa janji akan cari uang lebih banyak lagi. Tapi, mohon jangan usir Asa ayah!" Astra kini bertekuk lutut dihadapan Danu, menyatukan kedua tangan nya memohon pada Danu. Sakit hati Danu melihat Astra yang tak berdaya itu dengan derai air mata memelas agar tak diusir oleh dirinya.

"Gak bisa! Lo bukan anak gue. Anak gue cuman Tala, Lo pergi dari rumah ini SEKARANG!" Danu meninggikan suaranya di akhir kalimat itu.

"Enggak ayah, Asa mau sama kak Tala."

"Gue muak sama Lo! Lo pergi sebelum gue melakukan kekerasan sama Lo!"

"Pukul Asa yah, pukul! Tampar yah kalo perlu. Gak papa kok tapi, jangan usir Asa ya." tatapan berharap itu Astra tunjukan pada Danu. Danu membuang muka tak mau menatap Astra.

"Orang tua Lo harus bertanggung jawab, Lo ada karena mereka! Kenapa keluarga kecil gue yang harus urus Lo? Hah!"

Astra tersenyum getir ternyata Memang bukanlah mimpi semata, Astra bukan anak kandung Danu juga Dania.

ASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang