Bonus

214 8 0
                                        

"Uhuk ... uhuk ..."

Gadis itu terbangun saat mendapati asap memasuki kamarnya. Dia buru-buru bangun, membuka jendela dan berlari keluar. Dia langsung melihat pria berambut cepak itu sibuk membuka jendela.

"Pa!" panggilnya mengibas-ngibaskan tangan untuk menyingkirkan asap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pa!" panggilnya mengibas-ngibaskan tangan untuk menyingkirkan asap.

"Oh, Lanhua. Sudah bangun, ya?" balas pria itu sambil tersenyum aneh.

Lanhua langsung memeriksa kompor listrik dan mendapati teflon gosong di wastafel.

"Papa, mau masak?" tanya Lanhua membenarkan letak kacamatanya.

"Iya, terus tadi papa dapat telpon dari kantor kalau pelakunya sudah tertangkap dan gosong deh," balas Di Feisheng kembali tertawa sambil menggaruk tengkuknya.

"Memangnya ayah belum pulang? Jam berapa ini? Hah? Sudah sore. Kenapa papa nggak delivery aja sih?" omel Lanhua ketika sadar dia sudah tidur hampir seharian.

"Ayahmu masih sibuk otopsi. Mau bangunin kamu nggak enak, mau delivery pun takut nggak enak," kata Di Feisheng sambil mengambil sisir dan mulai menyisir rambut Lanhua.

Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Lanhua buru-buru merogoh saku jaket Di Feisheng dan mengangkat panggilan dari Li Lianhua. "Ayah, cepat pulang. Papa mau bakar rumah."

"Papamu nyoba masak, ya? Haha. Yasudah, kita makan di luar ya. Siap-siap sana," balas Li Lianhua kemudian menutup telepon.

Lanhua mengembalikan ponsel Di Feisheng dan buru-buru lari ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.

Sesaat kemudian.

"Wah, cantik sekali putri papa," ujar Di Feisheng saat Lanhua keluar dengan tas bahu yang senada dengan pakaiannya.

"Pak Di juga tampan, ayo. Aku lapar," balas Lanhua memeluk lengan Di Feisheng.

Lanhua memutar bola matanya dengan malas ketika papanya terus-menerus menerima telepon dari kepolisian. Memangnya tidak bisa bapak kepala kepolisian ini libur sehari saja? Sementara Li Lianhua, seorang ahli forensik terkenal di bidangnya. Yah, kedua orang tuanya kenal satu sama lain, karena mereka sering memecahkan kasus bersama.

Dia? Dia sendiri adalah patiseri di sebuah toko dessert miliknya sendiri. Lebih tepatnya toko yang dihadiahkan ayah dan juga papanya 2 taun lalu.

Di Feisheng pergi ke minimarket untuk membeli minuman dingin, sementara Lanhua menunggu ayahnya sambil bersandar di mobil. Ponselnya berdering, "Tolong jemput ayah di depan pintu, bawaan ayah berat."

Lanhua langsung berlari ke depan pintu rumah sakit dan menjulurkan leher untuk mencari keberadaan ayahnya. Tapi ...

Lanhua tak berkedip saat melihat siapa yang keluar dari sana. Bukan ayahnya, tapi rasa-rasanya dia sangat mengenal orang ini, bahkan sangat akrab. Di saat yang bersamaan terasa aneh, karena kenyataannya mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Namun, tatapannya itu, Lanhua benar-benar pernah melihatnya. Langsung saja sebuah nama meluncur dari bibirnya. "Xiaoyi."

Pria itu menoleh, terpaku menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu menoleh, terpaku menatapnya. "Ya."

"Eh?" Lanhua buru-buru menutup mulutnya.

Mereka bertatapan agak lama sebelum akhirnya pria itu membuka mulutnya lebih dulu.

"Apa kita kenal?" tanyanya tampak heran.

"Mungkin," balas Lanhua tersenyum.
Seakan menular, pria itu juga tersenyum melihatnya.

"Lanhua," panggilan itu membuat mereka menoleh ke arah yang sama.

"Pak Li," panggil pria itu kemudian.

"Oh, Xiaoyi. Kamu baru pulang juga? Kalau ada yang nggak ngerti tanya ke saya aja," balas Li Lianhua.

Xiaoyi dan Lanhua langsung membantu bawaan Li Lianhua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiaoyi dan Lanhua langsung membantu bawaan Li Lianhua.

"Eh, kenapa kompak banget? Kalian kenal satu sama lain?" tanya Li Lianhua.

"Aku belum tahu namanya," balas Xiaoyi masih menatap Lanhua.

"Di Lanhua, Lanhua," jawab Lanhua pelan.

"Oh, kamu anaknya Pak Li?" ujar Xiaoyi.

Lanhua mengangguk. Tak lama kemudian Di Feisheng datang sambil membawa tas belanjaan.

"Siapa ini?"tanyanya sambil memandangi Xiaoyi.

"Xiaoyi, anaknya Xiaobao," kata Li Lianhua.

"Kau sudah besar ya, Xiaoyi. Ayo makan sama kami," ajak Di Feisheng mengambil alih bawaan di tangan Lanhua.

Xiaoyi mengangguk sambil tersenyum, mengikuti mereka ke sebuah mobil volvo.

Lanhua menaikkan satu alisnya. "Siapa Fang Xiaobao?"

"Teman ayah dan papa. Ayah belum pernah cerita ya?" kata Li Lianhua membukakan pintu mobil untuk Lanhua.

Lanhua menggeleng, lalu kembali menatap Xiaoyi.

"Dari tadi kamu ngeliatin aku sebegitunya, emangnya di mukaku ada apa sih?" tanya Xiaoyi agak ngeri.

Lanhua tertawa mendengarnya. "Sepertinya kita memang pernah bertemu. Yi Ge."

"Secepat itu manggil aku Ge? Tapi, nggak masalah. Kamu boleh jadi adikku," kata Xiaoyi sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.

"Gimana kalau lebih dari adik?" tanya Lanhua sambil mencondongkan tubuhnya ke hadapan Xiaoyi.

"Gimana kalau lebih dari adik?" tanya Lanhua sambil mencondongkan tubuhnya ke hadapan Xiaoyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu otomatis memundurkan wajahnya, menatap Lanhua sekilas, dan berdeham dengan grogi.

Li Lianhua dan Di Feisheng saling menatap, mengangkat kedua bahu, dan masuk ke dalam mobil. Urusan anak muda, biar mereka sendiri yang menanganinya.

[Tamat.]


Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang