Xiaoyi menaikkan satu alisnya saat melihat Shi Wu terus menatap kuas kayu pemberian Lanhua. "Ada apa?""Shizang, apa Shifu akan baik-baik saja? Kenapa dia berpesan seolah kita tidak akan bertemu lagi?" tanyanya dengan bibir mencebik dan hidung memerah seperti akan menangis.
"Dengar," ujar Xiaoyi sambil memegangi kedua bahu Shi Wu. "Hidup itu tidak bisa diprediksi. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Jadi, kau hanya bisa mengusahakan dan mendoakan yang terbaik saat ini. Shifu-mu ingin kau selamat, tidak peduli apa yang akan terjadi padanya."
Shi Wu mengangguk, kemudian menunduk. Xiaoyi terkekeh, dia mendekap Xiaoyi ke dalam pelukannya dan membiarkannya menangis hingga terlelap di pahanya. Dia tersenyum, mengelus kepala Shi Wu sepanjang perjalanan.
Tak lama kemudian, keretanya kudanya berhenti. "Xiao Wei, ada apa?" tanyanya dari dalam.
"Anak buah Feng Long," balas Wei Qi sambil membuka tirai.
Xiaoyi meletakkan Shi Wu dengan hati-hati dan keluar dari kereta. Dia menunjukkan token kerajaan pada penjaga perbatasan, membiarkan mereka menyentuhnya dan memberikan persetujuan.
Sebelum kembali ke kereta, Xiaoyi melihat beberapa orang di jalur sebelah yang akan memasuki kota. Dia bertatapan dengan pria paling depan selama beberapa saat, kemudian dia mengangguk kecil.
"Mereka sudah masuk," ujar Xiaoyi pada Wei Qi.
"Bagus. Ayo kita lanjutkan perjalanan," balas Wei Qi kembali memacu kudanya.
***
Nyonya Ying Su tersenyum mengamati Lanhua, yang tengah duduk di halaman belakang sambil menatap bulan purnama di atas sana.
"Xiao Lanhua," panggilnya pelan.
"Ibu," balas Lanhua sambil tersenyum.
Ying Su duduk di sampingnya, kemudian merangkulnya sambil menyampirkan mantel hangat. Lanhua langsung meraih tangan Ying Su dan bersandar di bahunya. "Kau harus jaga dirimu saat aku tidak ada nanti," ujar Lanhua memeluk erat lengan Ying Su.
"Banyak yang menjagaku di sini. Apa yang kau takutkan?" tanya Ying Su sambil mengelus pipi mochi Lanhua.
"Aku ingin tidur, tapi aku tidak boleh tidur," keluh Lanhua.
"Tidurlah sebentar di bahuku. Li Fei pasti akan memberitahumu jika mereka datang nanti. Apa kau tidak mau makan dulu? Akan aku buatkan mie pangsit untukmu," balas Ying Su.
Namun, Lanhua tidak menjawab. Dia sudah mendengkur halus di bahu Ying Su.
"Xiao Lanhua, Xiao Lanhua. Aku bawa permen kacang untukmuuuu," teriak Li Fei dari luar sambil melompat-lompat.
"Ssssst." Ying Su menegur putranya yang baru saja datang.
Li Fei segera menggerakkan jarinya untuk menutup mulut, kemudian dia meletakkan mangkuk rotan berisi permen kesukaan Lanhua di meja. Setelah itu, dia mengendap-endap pergi.
"Nyonya," ujar Nai Xin dengan suara sangat pelan.
Lanhua langsung bangun dan mengedip-ngedipkan mata. "Nai Xin jie jie," sapanya sambil menguap.
"Apa aku menganggumu? Maaf, tapi tamu kita sudah datang," kata Nai Xin menepuk-nepuk kepala Lanhua.
"Aiyaaa, kenapa tidak dari dulu kalian seperti ini padaku. Kalau begini kan, aku jadi tidak mau pergi," balas Lanhua sambil mrengut.
"Kau bisa datang ke sini kapan saja," ujar Ying Su merapikan rambut Lanhua.
"Kalau aku punya anak nanti. Ibu harus sering-sering mengunjungiku," pinta Lanhua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Li Lianhua
FantasySekuel dari book Li Lianhua sebelumnya. Bercerita tentang kehidupan baru beserta keluarga barunya setelah dia terbebas dari racun bicha. Hmm, kira-kira ada kisah seru apa lagi ya? Jangan lupa pantau terus chapternya.