2.6

681 27 0
                                    

Disuatu malam yang tenang kota Dieng tahun 2006

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disuatu malam yang tenang kota Dieng tahun 2006

"Ayah ayah!!"
"Ayahhh..."
Pekikan anak berumur 8 tahun itu memelan setelah tadi berteriak keras akibat rumahnya yang berguncang,namun sang ayah sepertinya masih tenang terlelap didalam alam tidurnya.

"Ayahh!rumahnya keguncang guncang!ayah ayo bangun kita harus keluar dari rumah!"sang anak bersikeras membangunkannya,namun kedua kelopak mata ataupun tubuh sang ayah tak meresponnya sama sekali.
Dirasa keadaan membuatnya harus segera keluar rumah karena perabotan mulai berjatuhan dan berserakan tak mengenal tempat asalnya,ia tak rela meninggalkan ayahnya,ia memutuskan untuk menyelimuti satu satunya orang tua yang ia punya sampai tertutup sekujur tubuhnya lalu keluar rumah dengan bekal senter kecil yang sempat ia tangkap dengan tangannya.
"Ayah janji kalo udah bangun harus nyusul Harun ya yah..."ucapnya tanpa jawaban.

Ia mengira hanya dirinya yang merasakan guncangan hebat itu,nyatanya,di tengah malam seperti ini keadaan luar jauh lebih panik nan ramai,berlarian kesana kemari,dipenuhi dengan tangisan anak anak yang tak paham keadaan,maupun teriakan orang orang dewasa untuk menyuruh orang orang tercinta mereka lari menuju tempat yang lebih aman.

Tubuh kecil Harun ikut berlari seperti yang orang orang umum lakukan saat itu,entah kemana ia harus lari,yang jelas ia harus sampai ke tempat yang aman baginya.
"Bapak!Jarka dimana pakk?!"pekik emak emak kelabakan mencari anak kembar nya.
"YaAllah,tadi ada di gandengan bapak loh mah"
.
"Huuaaaa ayaaahhh boneka pupus Sakya masih didalam rumaaaaahhh!"

"Sakyaa...sini ayah bilang,nanti ayah belikan Sakya boneka yang baru yaa,,kali ini Sakya harus ke tempat yang aman dulu,oke?"
Sosok yang menyebut dirinya Sakya pun mengangguk
"Ayah janji ya?bawa boneka pupus yang baaanyaak buat Sakya"

"Iya nak,,ayah janji...ayo Sakya lari,lari yang kenceng yaa!Sakya juga jangan noleh ke belakang lagi ya,kalo Sakya mau boneka pupus lagi.bisa ?"

"Bisa!tapi...Sakya harus sampai mana yah larinya?kenapa ngga sama ayah juga larinya?"

"Kan ayah harus bawa pupus,,makanya ayah harus pergi,,ayo Sakya lari! Bayangin Sakya lagi lomba lari sama ayah kayak minggu kemarin"

"Bay bay ayaahhh !harus bisa nemuin Sakya loh ya yahh!"
.
"Hah hah hah..."
"M-mamahhh...ini kan udah malam...m-mamah kenapa lari lari gendong Juna?mamah ngga capek? M-mamah harusnya tidur,pasti mamah ngantuk kayak Juna..."

"Permisi...anu...saya Harun,sepertinya ibu ada urusan penting lainnya tapi kerepotan bawa Juna,mungkin Harun bisa bantu bawa Juna,boleh ngga bu?"tawar Harun menatap wajah ibu dengan satu anak semata wayangnya itu.

"Ahhh...walaupun ibu ngga tau kamu siapa,tapi ibu percaya sama kamu ya...tolong jaga anak ibu,dan...kalo bisa tolong jangan bilang ke dia kalau ibunya udah pergi dulu...terimakasih anak baik..."
Harun menatap senyuman tulus ibu itu yang telah mengusap usap rambutnya,wajah anak itu sudah lebih dulu dia tenggelamkan kedalam lehernya agar menghangat,karena ia tak membawa jaket apapun untuk menutupi tubuh anak mungil itu dari dinginnya malam.

Atas Nama Keluarga ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang