Flashback
"Aku ingin langsung saja, apakah nyonya tahu tentang sihir yang berhubungan dengan perpindahan dimensi?" Anniston memandang wanita itu mantap.
"Hmm.. apakah kau sedang berbicara omong kosong? Kurasa itu adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah kudengar," wanita itu tersenyum.
Wajah Anniston tertekuk, ia merasa tidak yakin.
"Apa nyonya sedang membohongi anak kecil? Aku benar-benar serius saat ini, nyonya harusnya tahu kalau aku tidak akan mudah untuk dibohongi," Anniston tanpa sadar memberikan tatapan tajam.
"Ahaha!! Tentu saja, aku bisa tahu kalau kau bukan anak-anak normal. Untuk seorang nona kecil yang terlihat naif, bukankah aku juga harus waspada kepada orang tidak dikenal yang tiba-tiba bertanya soal sihir kepada peramal biasa sepertiku?" Wanita itu menyeringai.
Anniston menelan ludahnya kasar. Tentu saja, akan sangat aneh jika ada orang asing yang mengetahui bahwa peramal ini juga merupakan seorang penyihir. Tapi ayolah, ia tidak punya banyak waktu dan tidak bisa menunggu santai untuk mendapatkan informasi! Setidaknya ia perlu petunjuk. Kalau pun rencananya untuk bertahan hidup gagal, akan lebih baik jika ia memiliki kartu as untuk bisa kembali.
"Nona kecil?" Wanita itu mengerutkan alisnya. Raut Anniston yang tadi terkejut terlihat tambah suram.
Anniston memegangi dagunya. Bukankah opsi kedua itu sudah mustahil? Sejak awal ia hanya terlalu optimis dan lagi-lagi berpikir untuk kabur!
'Kalau pun kembali.. bisa saja kan kalau tubuhku yang asli sudah dikubur?! Mampus! Tapi bukankah wajar kalau aku juga ingin berusaha sedikit demi masa depan yang lebih baik! Ah sialan!!' Batinnya mencelos. Anniston mengepalkan tangannya. Frustasi sekali. Ia sedang membayangkan bagaimana kalau ia kembali ke dunia asalnya dan membuka mata di dalam peti mati.
"Nona, aku tidak bermaksud membuatmu putus asa. Lagipula-"
"Kau diam dulu!!" Tanpa sadar Anniston memotong ucapan sang peramal. Wanita itu menatapnya tak percaya.
"Hey, kemana sopan santunmu tadi?! Mengapa kau jadi anak kecil yang menyebalkan?" Sang peramal berkacak pinggang.
"Sudah tidak ada harapan, kau harus lebih lembut lagi kepada anak kecil yang hidupnya dalam bahaya.." Gumam Anniston dengan suara lemas. Sang peramal seakan bisa melihat sebagian nyawa Anniston terbang.
Dengan langkah cepat, ia menggoyangkan bahu Anniston.
"Kau bicara apa?! Kenapa anak kecil sepertimu memiliki pikiran seperti orang tua yang menanggung banyak anak?!" Sang peramal menatapnya iba.
"Hah? Nyawaku seakan sudah keluar di ujung mulutku.."
"Tidak! Cepat masukkan lagi!"
"Tapi aku serius sekarang, apa benar-benar tidak ada sihir semacam itu?" Anniston yang masih murung menatap dalam ke arah sang peramal.
Hembusan napas peramal itu terdengar cukup keras. Lalu, di sinilah ia sekarang. Tanpa aba-aba sudah memasuki ruangan khusus di belakang tirai meja kasir.
"Nyonya, mengapa kau membawaku ke sini?" Anniston menatap sekeliling. Ruangan ini tampak normal seperti ruang tunggu pada umumnya. Banyak rak buku berjajar rapi dan hiasan di dinding. Entahlah, ia merasakan ada hal lain di sini.
"Hey, sekarang kau memanggilku nyonya lagi? Namaku Kaitlyn,"
"Lalu?" Anniston menatapnya polos.
"Seharusnya kau merasa terhormat karena mengetahui namaku!"
"Apa kau anak kecil? Kenapa kau kekanak-kanakan sekali?" Anniston menatap wanita itu miris. Entahlah, tatapan itu terlalu jujur sampai wanita bernama Kaitlyn tadi merasakan hatinya tertohok.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...