Pintu terbuka tiba-tiba. Anniston menutupi raut terkejutnya dengan tatapan menilik curiga. Di sana bisa ia lihat dengan jelas keberadaan Lucianne dan Adrian, diikuti seorang dokter.
'Dokter? Apakah mereka menganggapku gila atau sakit jiwa? Apa mereka mencurigaiku? Ini tidak pernah terjadi di manhwanya!' Alisnya menukik tajam. Ini di luar nalar! Mengapa keluarga Duke repot-repot mengirimkan dokter ke tempatnya? Mereka bahkan tidak akan pernah melakukan hal tersebut meskipun Anniston sakit parah sekalipun.
"Kak Ann!" Lucianne sedikit berlari ke arahnya. Kini fokus gadis kecil itu beralih ke arah lututnya.
'Oh?' Anniston menghela napasnya.
"Dokter, tolong obati lutut Kak Ann," Lucianne berujar lembut. Dokter tersebut mengangguk dan langsung mengobati Anniston.
"Kau tidak perlu melakukan ini, Lucianne," Anniston mulai membuka suara. Suasana kian suram. Ditambah tatapan Adrian yang tampak jelas tidak suka.
"Lancang sekali, kau seharusnya bersyukur karena Lucy yang memohon untuk mengobatimu. Kau tahu? Kami tidak akan sudi kalau saja ini bukan permintaan Lucy," Adrian masih berada di ambang pintu sembari melipat tangannya.
Anniston sontak mengernyit. Ini benar-benar menguras kesabaran! Ia masih menahan diri saat ini. Tapi lihat, bukankah itu sangatlah kejam?
"Justru itu, aku tahu betul tentang hal tersebut," Anniston mengepalkan tangannya. Menahan kesal dan masih mencoba berpikir jernih.
Adrian menyipitkan matanya. Menelisik raut Anniston yang tampak dingin dan sulit untuk diartikan. Adrian bahkan tidak bisa membalas ucapan tersebut.
"Tolong jangan berbicara seperti itu, Kak Ian. A-ah.. iya. Kak Ann, aku membawakanmu sesuatu," Lucianne sepertinya cukup paham dengan ketegangan ini, maka kini ia tampak jelas sedang mencairkan suasana.
Lucianne berjalan ke arah pintu dan membawa dua tumpuk buku yang sepertinya ia simpan dahulu sebelum masuk.
"Kak Ann sepertinya sangat menyukai tumbuhan, kan? Aku membawakanmu buku botani dan buku tumbuhan magis!" Lucianne sangat berbinar saat menyimpan buku tersebut di pinggir ranjangnya.
'Ah.. benar-benar protagonis sejati,' batin Anniston.
"Terima kasih banyak Lucianne, terima kasih juga sudah mengirimkan dokter untuk mengobatiku," Anniston menyahut dengan senyum kecil. Lucianne kian melebarkan senyumnya. Berbeda dengan Adrian yang termenung.
"Iya!! Ini ucapan terima kasihku juga karena tadi kakak mau bermain bersamaku dan menolongku," Lucianne menggenggam tangannya erat.
'Benar juga, di manhwanya pun Lucianne hanyalah gadis kesepian. Dia sangat mendambakan kakak perempuan yang bisa diajak bermain bersama,'
"Iya," Anniston melirik tumpukan buku tersebut. Senyumnya belum luntur. Selama ini, ia sangat kesulitan untuk mendapatkan informasi. Ia dilarang untuk memasuki perpustakaan entah apa alasannya.
'Baguslah, berkat Lucianne aku bisa lebih cepat mengumpulkan informasi dan mencoba peruntunganku! Tinggal satu langkah lagi dan progressku untuk mandiri akan mulai berjalan,'
"Ohiya kakak, apa besok mau ikut bersama kami keluar? Kami berniat untuk jalan-jalan dan membeli beberapa barang," Lucianne menunjukkan tatapan memohonnya.
Adrian sontak terkejut. Mengapa mereka harus mengajak gadis itu? Tapi seperti biasanya, pasti gadis itu akan menolak. Terakhir kali Anniston mencoba ikut, ia hanya berakhir menjadi lelucon olehnya dan juga William.
"Benarkah? Aku ingin ikut kalau begitu," Anniston menimbang-nimbang sebentar, namun ini adalah kesempatan emas karena mencoba keluar sendiri akan sangat sulit. Ia tidak akan melewatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
Viễn tưởngAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...