"Sepertinya nona muda kita sangat menyukai makanan manis," Countess Romano terkekeh. Entahlah, wanita dewasa ini merasa bahagia sekali hanya dengan melihat raut polos gadis kecil yang tampak seperti permen kapas ini.
Gazebo di kediaman Romano benar-benar menakjubkan. Anniston tidak hanya menikmati hidangan di depan matanya, tetapi juga pemandangan taman dengan kolam beserta air mancur yang gemericiknya menenangkan pikiran. Mereka duduk nyaman setelah berbincang ringan.
'Sebentar, kapan ya terakhir kali aku merasa setenang ini? Ini nyaman dan menyenangkan,' batin Anniston, tanpa sadar ia tersenyum kecil. Hari-hari di dunia asalnya hanya dipenuhi dengan belajar dan bekerja. Setelah berpindah dunia pun ia harus menguras otak hanya untuk bisa hidup damai. Tidak apa-apa kan jika hari ini ia bersantai sedikit?
Countess Romano melebarkan senyum manisnya. Hal ini tak luput dari pandangan Count Romano. Pria ini merasa bahwa mereka sudah seperti keluarga yang hangat. Ia tidak menduga bahwa pertemuan dadakan ini dapat membuat suasana hati istri tercintanya menjadi lebih baik.
"Tuan Count, kapan kita akan mengunjungi tempat obat-obatan Anda?" Anniston mengingat kembali tujuannya.
"Benar sekali, saya hampir lupa. Nona muda, kita bisa langsung ke sana sekarang juga," Count Romano yang perfeksionis ternyata bisa melupakan hal kecil seperti ini. Anniston terkekeh, ia sedikit terkejut karena pria ini digambarkan cukup cerdas di manhwanya. Melihatnya berperilaku manusiawi membuat Anniston menjadi lebih tenang. Ya, ia merasa tidak sendiri. Tindakan manusiawi apapun yang akan ia lakukan ke depannya, bukankah itu wajar? Ia ingin sekali mendengar kalimat bahwa tidak apa-apa untuk membuat kesalahan kecil sesekali.
"Apa tidak terburu-buru? Kita masih bisa menikmati hidangan dan berkeliling mansion," Countess Romano menjadi sedikit murung. Hal itu membuat dua orang lainnya merasa berat hati.
"Ah, nyonya Countess. Bagaimana jika Anda ikut bersama kami?" Anniston menyarankan hal tersebut tanpa pikir panjang. Pasalnya, raut wajah Count Romano benar-benar kaku. Ketika pria tersebut melirik istrinya. Yang ia dapati adalah senyum penuh semangat yang entah sudah berapa lama tidak dapat ia lihat.
"Baiklah, tentu kita bisa ke sana bersama-sama," Countess Romano memandang sang suami dengan tatapan penuh binar.
'Sophia, aku harap seterusnya senyum ini tidak akan pernah hilang,' Count Romano mengelus lembut tangan sang istri.
Ketiganya sudah berada di kereta kuda dan percakapan menjadi jauh lebih mengalir. Anniston yang awalnya merasa canggung pun sudah dapat menimpali berbagai topik perbincangan dengan leluasa. Sebenarnya, obrolan ini lebih didominasi oleh sang Countess dan Anniston. Count Romano benar-benar hanya menimpali sesekali saja. Benar-benar sulit untuk bisa ikut bergabung ke perbincangan antar perempuan.
"Jika dipikir-pikir, bukankah nona muda terlalu formal?" Countess Romano menopang dagunya.
"Eh ya?" Sahut Anniston dengan tatapan bingung.
"Nona muda, mulai sekarang tidak perlu lagi memanggil kami dengan gelar. Bukankah kita sudah menjadi lebih dekat?" Countess Romano benar-benar sangat ramah. Saking ramahnya, Anniston cukup terkejut karena padahal ini adalah pertemuan pertama mereka.
"Apakah tidak masalah?" Anniston menjadi ragu. Biarpun ia merupakan putri seorang Duke. Tetap saja, gelar seorang Count dan Countess itu bukan sembarangan. Terlebih mereka adalah orang dewasa. Anniston hanyalah anak kecil bangsawan yang berada di bawah perlindungan Duke. Belum ada gelar resmi baginya, kan?
"Tentu tidak masalah, benar kan Felix?" Countess Romano mengalihkan pandangan ke arah suaminya.
"Benar sekali, nona muda. Saya rasa itu bukan hal yang buruk," Count Romano juga merasa bahwa Anniston memang terlalu formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...