Beberapa hari ke belakang rasanya terlalu melelahkan. Coba bayangkan, kalian baru saja spawn di dunia baru. Setelah itu harus menghadapi berbagai masalah dan bertemu karakter aneh yang menyebalkan. Belum lagi beberapa diantaranya tidak muncul sama sekali di manhwanya! Kalau bukan karena pengendalian diri yang hebat, bisa saja kepala Anniston meledak saat itu juga.
'Kemarin-kemarin memang di luar nalar, terlalu berlebihan untuk otak satu cm sepertiku! That's too much,' keluhnya dalam hati. Kini ia duduk rapi di ruang baca sayap kiri mansion. Memang tidak sebagus ruang baca utama karena tidak disertai perpustakaan. Tetapi ia bersyukur karena bisa menggunakan tempat lain selain kamarnya. Terlebih di sini sangat nyaman dan menenangkan.
Hingga pintu terbuka lebar, menunjukkan keberadaan pria dewasa yang usianya lebih muda sedikit dibanding Duke Luneire. Karakter malaikat yang sangat ditunggu oleh Anniston.
"Selamat pagi nona muda, saya Count Romano. Nama lengkap saya, Felix Romano. Saya di sini bertugas untuk membimbing pembelajaran," pria dewasa itu menatapnya penuh hormat dengan kesopanan tingkat tinggi. Melihat manusia barbar yang jauh dari etika seperti keluarga Duke, membuat ia merasa tidak ada lagi manusia yang beradab. Tapi lihatlah.. semua dipatahkan dengan kehadiran manusia penuh norma ini!
Surai coklat panjangnya diikat ke samping, manik abu-abu itu menatapnya lembut. Hangat. Tatapan hangat yang tidak dapat ia temui dari keluarga Duke. Ya, kecuali Lucianne yang selalu menatapnya kagum.
"Selamat pagi juga, tuan Count. Nama saya Anniston Luneire. Senang bertemu dengan Anda. Tuan Count tidak perlu berbicara dengan formal terhadap saya," Anniston bangkit dari duduknya dan memberikan salam etiket yang cukup sempurna. Tuan Count balas tersenyum.
Inilah alasan mengapa Anniston memilih Count Romano tanpa pikir panjang. Di manhwanya tercantum dengan jelas bahwa Count Romano dan istrinya adalah sepasang suami istri yang saling mencintai. Meskipun telah cukup lama berada dalam ikatan pernikahan, mereka belum kunjung mendapatkan keturunan. Beberapa scene pernah menyinggung bagaimana Count Romano membantu Lucianne ketika kesulitan. Semua dilakukan dengan tulus karena kedua pasangan ini sangat menyukai anak-anak. Anniston merasa kalau Count Romano tidak akan menghakiminya dan tidak akan memandang rendah apapun latar belakangnya. Selain itu, ia juga yakin bahwa pria ini adalah orang yang tepat untuk diajak berbisnis.
'Lucky,' Anniston tersenyum menang.
Sudah satu jam lamanya, guru dan murid ini berkutat dengan peran masing-masing. Anniston merasa ini waktu yang singkat dan ia tidak mengalami masalah sedikit pun. Ia tidak sabar untuk segera membahas hal paling pentingnya.
Bukannya tidak merasa takjub, tapi diamnya Count Romano saat ini adalah karena ia tidak paham mengapa Duke mengatakan bahwa Anniston belum pernah mengikuti pembelajaran sekalipun. Pasalnya, gadis kecil ini sudah melampaui ekspetasinya! Ia sudah memutuskan untuk membimbing gadis ini dengan lembut dan tidak terburu-buru. Hanya saja, ia merasa bahwa gadis ini tidak hanya cepat tanggap. Gadis ini bahkan bisa menemukan pemecahan masalahnya sendiri. Ya, betul sekali. Gadis ini jenius!
Anniston tidak paham mengapa Count Romano masih memandangi kertas jawabannya dengan mata berbinar. Apa ia terlalu berlebihan? Terkadang Anniston lupa kalau dirinya berada di dalam tubuh anak usia 10 tahun. Tapi hey! Dia tidak sepintar itu untuk dianggap menakjubkan. Persis seperti tatapan Count Romano yang terlihat terlampau bangga padanya.
"Nona muda! Semua jawaban ini menakjubkan, bagaimana bisa?" Count Romano masih saja mengagumi hasil kerjanya.
"A-ah iya, saya hanya berusaha keras?" Anniston tidak tahu bagaimana menanggapinya.
"Tidak bisa dipercaya," Count Romano terkekeh. Dengan tiba-tiba ia mengeluarkan beberapa permen warna-warni yang terlihat lezat.
"Ini hadiah untuk nona muda, terima kasih karena telah berusaha keras.." tanpa sadar Count Romano mengusap pelan surai merah muda Anniston. Kini gadis itu terdiam membeku. Ia cukup terkejut dengan gestur terlampau hangat ini. Ia sangat tidak terbiasa. Pipinya sedikit memerah dan hatinya terasa penuh. Apresiasi sekecil ini mampu membuat seorang gadis kecil percaya lagi pada orang dewasa yang bisa mengayomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...