Anniston tidak habis pikir bagaimana bisa kereta kuda keluarga Luneire sudah menjemputnya sepagi ini. Lagipula ia menginap di kediaman Romano pun sudah melalui izin duke terlebih dahulu. Ini cukup berlebihan, mengingat semua tindakan keluarga duke yang selalu apatis terhadapnya. Bukankah tidak perlu bermain peran seperti keluarga cemara? Hidup tanpa mengganggu satu sama lain adalah jawaban paling tepat. Itulah yang Anniston pikirkan.
Seberapapun banyaknya pikiran yang kini mengawang, ia tetap menuruti 'perintah' duke. Kini ia sudah beranjak menuju kediaman Luneire dengan berat hati. Bahkan nyonya Sophia pun merasa sangat sedih untuk membiarkannya pulang lebih awal.
Sebagai makhluk asing yang menumpang, Anniston hanya bersikap sebagaimana tamu menghormati tuan rumah di kediaman Luneire.
Anniston mencoba menghilangkan pikiran tidak penting tersebut, kini ia hanya berharap dan menunggu pada sesuatu yang paling penting saat ini.
'Kapan produknya akan dipasarkan? Aku sudah tidak sabar sekali untuk memegang uang. Aku harus membuat daftar keinginan dari uang tersebut,' Anniston tertawa kecil tanpa sadar. Ia sudah membayangkan akan semenyenangkan apa ketika hari itu tiba. Anniston berharap agar nantinya ia tidak bertingkah seperti orang kaya baru.
Beberapa saat tanpa sadar ia sudah kembali ke neraka berkedok mansion. Sudah diduga, duke bahkan tidak menyambutnya! Lalu untuk apa ia diminta buru-buru pulang? Ia yakin ini bukan karena rasa khawatir seorang ayah, tapi tetap saja seharusnya ada hal penting tertentu yang mengharuskan ia pulang cepat! Memang menyebalkan sekali.
Lucianne sudah melompat kecil melihat kedatangannya. Gadis itu benar-benar terlihat senang sekali.
"Kakak! Akhirnya pulang juga!! Lihat, aku membelikan cookies kesukaan kakak! Huft, pasti tuan count tidak tahu hal ini," Lucianne memberikan kotak cookies yang sebelumnya ia sembunyikan di balik tubuhnya. Ini cukup lucu karena Lucianne bahkan seperti kesal pada tuan count Romano yang seakan merebutnya. Anniston baru menyadari kalau pelayan Chloe juga ada di sana dan menatapnya aneh.
"Terima kasih banyak Lucianne," Anniston tentu saja langsung menerimanya. Lumayan, gratis.
Lucianne memeluk lengannya. Bukankah kalau dipikir-pikir gadis ini terlihat cukup aneh dari hari ke hari? Meskipun di manhwanya Lucianne sangat peduli pada Anniston, tapi gadis itu selalu takut untuk mendekatinya terlebih dahulu. Tentu saja bukan? Lucianne memiliki trauma tersendiri atas perundungan yang dilakukan oleh saudarinya, mungkin memang tidak sepenuhnya salah Anniston karena ia hanya dipengaruhi, tapi tetap saja ini memang aneh.
Apakah Lucianne memang aslinya sepeduli itu pada Anniston? Ini memang cukup masuk akal, terlebih Lucianne menjadi satu-satunya anggota keluarga duke Luneire yang paling merasa kehilangan saat Anniston tiada.
Anniston mengira jika ia tidak ikut campur alur asli manhwa ini, maka tidak akan menimbulkan hal aneh seperti contohnya pada sifat Lucianne. Lagipula Anniston hanyalah salah satu antagonis sampingan yang menjadi bumbu cerita agar Lucianne memiliki masa lalu kelam. Setelahnya akan ada antagonis lain yang jauh lebih berpengaruh bagi kelangsungan cerita. Inilah mengapa ia tidak merasa terbebani untuk membuat alurnya sendiri.
'Hmm.. tapi tetap saja ada kemungkinan besar kalau perubahan sikapku ini memiliki pengaruh. Seminor apapun perannya, sepertinya tetap memiliki efek tertentu pada protagonis. Lagipula Anniston banyak berinteraksi dengan Lucianne. Jadi sepertinya wajar kalau Lucianne sedikit berbeda. Bukan urusanku lagi, kan? Yasudahlah.. aku juga sudah berusaha sejauh ini,' Anniston terpaku cukup lama. Hal itu membuat Lucianne kebingungan.
"Apa kakak kelelahan? Sepertinya hari ini kita tidak bisa bermain bersama, ya.." Lucianne menjadi murung.
"Ah, iya Lucianne. Mungkin besok kita bisa sedikit jalan-jalan bersama di mansion," Anniston mengatakannya tanpa sadar. Ya, lagi-lagi tatapan Lucianne seperti anak kucing!
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...