Chapter 3: The Maid

1.3K 117 0
                                    

Hari damai lainnya telah ia habiskan dengan berkeliling taman. Rasanya hampir seluruh taman di mansion ini sudah ia jelajahi. Dengan buku catatan kecil yang ia bawa, entah sudah lembar ke berapa ia menulis banyak hal penting di sana.

Ayana atau nona muda Anniston tampak kelelahan. Kini ia hanya bisa bersandar di pohon yang rindang. Gaunnya yang tampak lusuh membuat ia menjadi tidak berpikir panjang bahkan untuk berguling di tanah sekalipun. Lucu sekali, meskipun ia anak yang tidak diharapkan. Bukankah untuk sekelas Duke harusnya bisa menyediakan baju yang lebih layak? Kalau bukan untuk Anniston, setidaknya untuk harga diri keluarga Luneire.

Manik biru langit itu menyapa bentang angkasa di siang yang hangat. Matanya mulai terpejam. Tiba-tiba memori mengenai alur cerita terlintas di benak. Ia ingat bahwa di belakang mansion Luneire terdapat hutan magis yang terkenal akan keindahannya. Entah kenapa ia kini merasa bersyukur diperlakukan berbeda, untung saja ia tidak punya pelayan pribadi. Saat ini Anniston berniat untuk menuju ke sana. Bukankah ini bagus? Ia tidak akan diawasi dan bebas kesana kemari selama tidak mengacau. Terlebih di waktu sekarang, banyak ksatria yang berlatih pedang.

Saat langkah kecilnya mulai mencapai kawasan belakang mansion, ia mulai yakin bahwa sedari tadi ada yang mengikutinya. Apa jangan-jangan karakter sialan itu?!

Ia sengaja berhenti mendadak dan menengok ke belakang. Anniston terkejut karena menemukan gadis bersurai perak itu sama-sama menatapnya kaget.

"Lucianne?!" Anniston menghela napas.

'Ah, apa aku akan mati?' Benaknya.

Anniston tidaklah membenci Lucianne. Tidak sedikit pun. Hanya saja, keberadaan Lucianne itu sama saja dengan satu langkah menuju ke tiket rute kematiannya. Sudah beberapa hari ini Anniston berhasil menghindari interaksi dengan keluarga Duke. Mengapa sekarang gadis itu malah menghampirinya?

"Kak Ann, maaf.. aku mengganggu, ya?" Cicitnya pelan merasa bersalah. Anniston menyadari mungkin saja kini tatapannya tampak tidak bersahabat.

"Bukan begitu, tapi kenapa kau mengikutiku? Lebih baik kau kembali saja, ini akan berbahaya. Terlebih, kau sendirian? Kemana pelayan pribadimu?" Tanya Anniston menilik.

"Itu.. aku ingin mencari udara segar sendirian. Jadi aku melarikan diri dari ruang baca. Tapi! Kakak, kamu mau kemana? Jangan pergi ke tempat berbahaya.." raut wajah Lucianne sangatlah tidak terduga. Kenapa anak ini terlihat khawatir.

"Ini urusanku, kau tidak perlu ikut campur. Lucianne, cepat kembali ke ruang baca,"

Bukannya berbalik, kini Lucianne malah menggenggam erat gaun milik Anniston. Terlebih, tatapannya mirip anak kucing! Apa-apaan ini, ia merasa tidak enak hati. Entah darimana insting sebagai kakak tiba-tiba muncul. Anniston lagi-lagi menghela napas.

"Baiklah, kau tetap berjalan di belakang. Jangan pergi jauh-jauh dariku, Lucianne.."

Tanpa diduga, Lucianne memeluk pinggangnya erat. Tinggi mereka tidak berbeda jauh, bahkan tubuh kurus Anniston pun terkalahkan oleh Lucianne.

"Aku tahu kalau kakak itu orang baik!" Lucianne tersenyum lebar sekali. Anniston tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Terlebih, senyum lebar ini tak pernah ia lihat di manhwanya sekalipun. Scene seperti itu pun tidak pernah ada!

"Ayo,"

Entah sudah berapa menit lamanya langkah kecil mereka menyusuri hutan magis ini. Sebagai seseorang yang berasal dari dunia tanpa sihir, ini sangat menakjubkan!

"Wah itu bunga apa? Kenapa bisa bercahaya?!" Pekik Anniston senang.

"Eh? Itu kan hanya bunga lightspring, kakak baru melihatnya?" Lucianne menoleh bingung.

"The Villainess Doesn't Wanna be Here"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang