Langkah ringan Cakra membawanya menuju ke sebuah gedung 3 lantai. Suasana perusahaannya belakangan ini cukup tenang, tidak ada skandal yang membuat belasan reporter berkemah di depan gedung, hingga dirinya bisa sedikit bermalas-malasan dan berangkat terlambat.
Cakra memutuskan untuk singgah sebentar ke salah satu properti miliknya yang kini disewa oleh sebuah perusahaan penerbitan. Belakangan ini ia baru sadar ia memiliki properti di daerah ini, karena biasanya Cakra menyerahkan semua urusan itu pada agen properti kepercayaannya.
Mengurus perusahaan saja sudah membuat pusing, ia tidak mau dirinya menjadi gila hanya karena memforsir diri mengurus beberapa properti keluarga.
Meskipun ia harus berputar lebih jauh dari perusahaannya untuk menuju ke sini, Cakra setidaknya ingin menyempatkan diri meninjau kelayakan properti miliknya. Sebagai tuan tanah yang baik, ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi dan mengakibatkan keselamatan banyak orang terancam.
Cakra mengernyit, ia tidak ingat ada café yang menempati lantai satu.
Padahal 5 tahun lalu saat ia—ah benar sekali, itu sudah 5 tahun lalu.
Cakra mendorong pintu masuk café, penciumannya langsung disambut dengan aroma biji kopi yang menguar. Ia kemudian mengambil posisi di belakang seseorang untuk mengantre.
Pandangan Cakra mengedar, ini masih pukul 10 pagi, namun café sudah dipenuhi beberapa pengunjung.
Sepertinya café ini berjalan dengan lancar. Pantas saja Cakra tidak pernah mendengar kabar tentang pembayaran sewa yang terlambat.
Sebagian besar dari mereka adalah sekumpulan mahasiswa, yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Sisanya adalah para karyawan yang sedang menunggu—oh?
Cakra tanpa sadar tersenyum. Bukankah ini kebetulan?
Seseorang yang ia khawatirkan karena pertemuan terakhir mereka di club berakhir dengan cukup tidak mengenakan.
Ia bersiap ingin meninggalkan antrean untuk menghampiri perempuan yang duduk di dekat jendela, hingga tiba-tiba ponselnya bergetar.
Cakra berdecak kesal, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana, di sana tertera nama Adrian.
"Did I say to you I'll come—"
Omelan Cakra terhenti karena Adrian berkata kondisi divisi PR sedang kacau. Seseorang mengirimkan foto paparazzi-nya bersama dengan seorang wantia, di sebuah club.
"I'll be there in 20."
━─━────༺༻────━─━
"Jelaskan apa yang terjadi," perintah Cakra yang duduk di kursi kebesarannya, sementara di hadapannya berdiri 3 orang dari divisi PR.
KAMU SEDANG MEMBACA
enchanted, enchanting
Romance❝I wanna get it right this time, 'cause you always on my mind❞ Setelah pertemuannya dengan Evelyn pada 'kencan buta' pada malam itu, Cakra merasa hidupnya akan jungkir balik dalam waktu dekat. Cakra seharusnya tidak punya waktu untuk mempedulikan se...