🎶 Sweet but Psycho — Ava Max
(Play diatas👆🏻)
🌹Happy Reading🌹
~~~
Ketukan high heels di lantai marmer sebuah restoran berbunyi merdu bagai iringan terompet perang bagi sang pemilik. Di cuaca Jakarta yang malam ini menginjak angka 27° perempuan itu tidak ragu membungkus tubuhnya dengan sepotong slip dress satin yang dipadu dengan blazer hitam untuk menutupi area bahu dan dadanya yang terbuka.
Ditunjang riasan bold diarea mata dan perona bibir yang menyala sukses membuat orang-orang yang melihat penampilannya malam ini sepakat melabelinya ani-ani.
Tapi Nadine—nama perempuan yang aslinya baru menginjak usia 17 itu tidak peduli. Toh, memang itu tujuannya berdandan begini. Supaya orang yang mau dijodohkan oleh sang Papi memilih mundur.
Rencananya, selain sengaja berpenampilan berani. Nadine juga akan bilang bahwa sekarang ia sedang mengandung—buah hati dari pacarnya yang tentu saja cuma omong kosong hanya supaya orang itu semakin enggan dijodohkan dengan Nadine.
"Reservasi atas nama Sintya Hirawan," katanya saat sampai di meja resepsionis.
Nadine segera diantar oleh seorang waiter setelah reservasi atas nama Maminya selesai dikonfirmasi. Mereka sampai disebuah area VIP yang cukup tertutup. Sebelum mencapai daun pintu ruangan miliknya Nadine buru-buru menghentikan langkah si waiter. "Mas, tunggu sebentar, Mas!"
"Iya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" ujar waiter itu dengan sopan.
"Saya udah kebelet pipis dari tadi. Arah toilet sebelah mana ya, Mas?"
"Kalau mau ke toilet dari sini tinggal lurus aja terus belok kiri, Mbak."
"Oh, oke. Makasih ya, Mas. Mm ... Mas udah boleh pergi kok. Gak papa saya ditinggal disini. Ruangan punya saya yang ini kan?" Tunjuknya ke arah satu pintu diantara empat pintu lain yang berjajar dan saling berhadapan.
"Tapi Mbak—"
"Udah gak papa, Mas. Nanti hidangannya tolong disajikan tiga puluh menit lagi, ya. Saya masih nunggu temen saya soalnya."
Akhirnya waiter itu hanya mengangguk dan segera berlalu meninggalkan Nadine seorang diri. Nadine mendekatkan telinga ke arah pintu. Mencoba mengecek orang itu sudah sampai atau belum.
Karena ini ruang VIP sudah pasti tidak terdengar apa-apa. Jadi Nadine sedikit membuka celah untuk bisa mengintip. Namun sebelum dapat melihat sesuatu telinganya lebih dulu menangkap suara pecahan gelas.
"Udah dateng ternyata. Ngapain coba sampe gelas jatuh segala? Grasak-grusuk banget!"
Demi melancarkan aksinya Nadine segera membuka blazer dan menalinya diarea pinggang. Rambutnya sedikit ia acak untuk menambah kesan sensual.
Sebelum benar-benar masuk. Nadine merogoh dulu saku blazer-nya dan mengeluarkan sebuah tespek yang entah didapat dari mana oleh teman-temannya untuk menunjang dramanya malam ini.
"Calm down. You can do it, Nadine. Fighting!"
Ceklek!
Nadine buru-buru membuka dan langsung menutup kembali pintu begitu masuk ke dalam. Ia pegang kuat-kuat tespek ditangannya sebelum tubuhnya siap berbalik dan langsung menyodorkan tespek itu sambil mengeluarkan kata-kata yang sudah dilatihnya sejak kemarin dengan nada percaya diri yang begitu angkuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
RED ROSE || On Going
Teen Fiction"Everything about her, means a lot for me." *** Nadine si anak manja yang begitu disayang Mami-Papinya menolak keras saat mau dijodohkan dengan Isa--anak rekan bisnis sang Papi. Bersikap ketus bahkan menolak terang-terangan sudah Nadine layangkan...