10

266 37 7
                                        

Why Why Why -Shawn Mendes
(Play diatas ya 👆🏻)

Udah vote belum? Vote dulu ya. Kalo bisa tinggalin komen juga. Tengkyuuu 🫶🏻

🌹 Happy Reading 🌹

~~~

"Mami! Papi!"

Nadine keluar dari taxi dan berlari masuk menuju teras rumah. Terlihat disana Mami dan Papi sama-sama baru sampai. Nadine menghambur memeluk mereka yang dengan sigap langsung membalas.

"Bayi Papi!" Papi yang paling erat membalas pelukan anaknya yang sudah berhari-hari tidak ia jumpai. "Ya ampun Papi kangen sekali sama kamu."

Nadine merenggut dalam pelukan orang tuanya. Sebal jika sudah dipanggil bayi oleh sang Papi. "Ish! Nadine udah gede kali, Pi. Udah punya KTP juga."

Teringat soal KTP Nadine jadi meringis. KTP-nya ketinggalan waktu diruang musik Isa. Nadine menggeleng ribut. Segera mengenyahkan apa-apa yang barusan melintas di kepalanya.

Papi menghela napas lesu. Sejujurnya enggan menerima fakta bahwa bayi manisnya semakin bertambah dewasa. "Papi gak akan siap lihat kamu tumbuh jadi wanita dewasa."

"Gak usah lebay deh, Pi." Kritik Mami. Tidak sadar dirinya sendiri sama lebaynya. "Sudah-sudah, lepas dulu ini gerah. Nadine belum mandi ya? Bau asem kamu nusuk hidung Mami."

"Ihhhh Mamiii! Orang lagi kangen-kangenan juga!" Nadine cemberut. Maminya memang jago merusak suasana haru.

Tapi ... benar, sih. Nadine memang belum mandi karena sehabis pulang sekolah langsung buru-buru berkemas untuk pulang.

"Papi bawa banyak oleh-oleh, lho. Buat putri kesayangan Papi ini."

"Really, Papi? Aaaa makasiiih. Sayang Papi banyak-banyak!"

Mami cuma geleng-geleng melihat suaminya menggiring masuk putri semata wayang mereka yang berjingkrak seperti anak kecil.

Saat para maid menyusul membawa banyak kantung oleh-oleh, tanpa menunggu satu detik Nadine langsung membukanya satu persatu.

Mata Nadine menyipit saat membuka satu paperbag besar berisi berbagai oleh-oleh makanan. "Katanya ke Surabaya. Tapi ini ... Singapore sling, huh?"

Papi meringis melihat Nadine yang cemberut sambil mengangkat tinggi botol cocktail khas Singapore miliknya. "Yah ... Kita ketahuan, Mi."

"Ish, sebel banget! Kenapa harus bohong, sih? Mana Nadine dititip di rumah orang segala lagi."

Mami malah cekikikan. Terhibur melihat wajah dongkol Nadine yang merasa dibohongi. "Tapi kata Jeng Sarah kamu happy aja tuh nginep disana. Betah banget sampai pergi nge-date segala sama Isa."

Nadine salah tingkah. Wajahnya memaling demi menutupi pipinya yang sudah merona parah. "S-siapa juga yang pergi nge-date. Hoax itu. Udah ah, Nadine mau ke atas dulu. Mau temu kangen sama kamar tercinta yang udah lama ditinggal, byee!"

Nadine segera merapikan oleh-olehnya yang beberapa sanggup ia bawa sendiri. Sisanya akan ia mintai tolong mbak untuk menyusul membawakan.

"Oh iya! Paperbag yang itu buat calon mantu Mami ya. Kamu kasih sekalian ke Isa."

Nadine dengan dramatis menjatuhkan kembali satu paperbag yang baru saja dia angkat. "N-ngapain repot dikasih oleh-oleh segala sih!"

"Ya gak papa dong. Isa kan calon mantu Mamiiii."

Red Rose || On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang