Semenjak ada dirimu—Yovie Widianto, Hivi!
(Play diatas ya 👆🏻)Gemes banget sama lagu ini. Berasa banget kasmarannya🫶🏻
🌹 Happy Reading 🌹
~~~
Salah satu alasan kenapa Nadine bisa berpacaran dengan Noah adalah karena cowok itu salah satu atlet futsal di sekolah. Nadine agak terobsesi menjadi *WAGs. Seperti panutannya Antonella Roccuzzo—istri Lionel Messi.
Meskipun Noah saat ini masih sebatas atlet jagoan sekolah masa depan tidak ada yang tahu bukan? Pikir Nadine, dia bisa jadi perempuan inspiratif yang rela menemani Noah dari nol sampai sukses jadi pesepakbola terbaik tanah air.
Bukankah nanti kisah cinta mereka akan menginspirasi dan membuat iri banyak orang? Seperti Messi dan Antonella si couple favorite-nya.
Tapi itu dulu. Sebelum kebusukan Noah terkuak dan membuatnya jijik. Nadine sampai harus mengubur mimpinya menjadi WAGs dalam-dalam. Nadine jadi punya trust issue menjalin hubungan dengan pemain bola karena si brengsek Noah dan j*lang sialannya adalah anak futsal!
Tapi bukan berarti Nadine jadi membenci sepak bola. No! Dia masih pendukung setia timnas Indonesia dan bersekutu dengan Papanya yang suka Real Madrid!
"MU lawan Chelsea ya, Om?" tanya Nadine basa-basi sambil ikut duduk diujung sofa yang Om Rendra tempati. Nadine kebetulan lewat ruang tengah dan melihat Om Rendra yang stand by didepan televisi untuk menonton pertandingan.
Fokus Om Rendra teralih dari layar televisi yang masih menayangkan masuknya para pemain ke dalam stadion. "Nadine ngerti bola?"
Dari kaosnya yang merah menyala Nadine tahu Om Rendra pendukung setia siapa. "Waktu kecil Nadine suka diajak nonton sama Papi. Awalnya cuma nemenin, tapi lama-lama jadi suka juga hehe."
Om Rendra tampak berbinar mendengar informasi itu. "Wah, Papi-mu pasti senang sekali ada teman nonton di rumah. Disini mah boro-boro. Om kalau nonton bola pasti sendirian. Heran juga, punya anak cowok satu gak ada suka-sukanya nonton bola."
Om Rendra yang biasa minim bicara sampai sebawel ini. Sudah pasti kejengkelan yang dipendamnya cukup dalam. Nadine bisa mengerti perasaan itu. Pasti Om Rendra merasa tidak punya sekutu.
"Ya lagian apa serunya nonton orang rebutan bola." Tante Sarah datang bersama cemilan dalam nampan yang ia bawa. Lalu mengambil duduk disebelah suaminya. "Susah dimengerti loh, Pa. Apalagi buat cewek-cewek."
Dengan bangga Om Rendra menunjuk Nadine dengan kedua tangannya. "Ini Nadine aja ngerti kok. Padahal perempuan juga. Tapi tetap suka bola."
Nadine jadi meringis. Takut terjadi perang diantara keharmonisan Om Rendra dan Tante Sarah hanya karena membahas bola. Maka dari itu Nadine segera menyela. "Mm ... Tante, Isa dimana ya? Aku ketok-ketok pintu kamarnya enggak ada nyaut. Apa lagi keluar?"
"Paling diatas. Naik aja ke lantai tiga, Sayang. Nanti belok kiri ketemu ruang musik. Isa pasti ada disana."
Nadine baru tahu rumah ini ada ruang musiknya. Harusnya enggak aneh sih. Toh, Isa seorang pianis. "Oke, Tante. Makasih banyak!" Nadine lalu bangkit. Sebelum pergi sengaja ia berbisik ke telinga Tante Sarah. "Tante semangat nemenin Om-nya."
Tante Sarah tertawa geli sebelum mengedipkan sebelah matanya tanda setuju dan membiarkan calon menantu kesayangannya itu pergi menaiki lift.
Ting!

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose || On Going
Teen Fiction"Kenapa gak mau dijodohin sama gue?" "Males! Lo bukan tipe gue!" "Kalo gue berubah jadi tipe lo berarti bakal mau?" *** Nadine si anak manja yang begitu disayang Mami-Papinya menolak keras saat mau dijodohkan dengan Isa--anak rekan bisnis sang Papi...