06

182 37 8
                                        

Please please please -Sabrina Carpenter.
(Play diatas ya 👆🏻)

🌹 Happy Reading 🌹

~~~

Perjalanan pulang dari tempat balapan ke rumah memakan waktu cukup lama. Malam semakin larut menjebak paksa dua remaja yang masih bergelut dengan jalanan macet ibu kota. Isa melirik Nadine yang sejak tadi terlihat diam.

"Nadine?"


Isa terkejut mendengar sebuah isak kecil yang menyahut panggilannya. Isa melihat ke depan sekilas hanya untuk disuguhi pemandangan jejeran mobil yang sukar bergerak. Isa lalu melepas seatbelt dan tanpa kata segera membawa Nadine ke dalam pelukannya.

Begitu masuk pelukan Isa, Nadine tidak bisa lagi membendung suara tangisnya lebih lama. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya.

"Sstt ... It's okay. Lo udah aman." Isa mengusap-usap punggung Nadine yang bergetar.

Mamanya pernah cerita kalau Tante Sintya—Mami Nadine pernah mengalami keguguran dua kali sebelum akhirnya Nadine bisa lahir ke dunia. Jadi hadirnya Nadine benar-benar dinanti.

Nadine dibesarkan selayaknya Tuan Putri. Tidak pernah dibiarkan susah dan mendapat kemalangan. Jadi pengalaman buruk yang dialaminya barusan pasti menoreh luka traumatis yang cukup dalam.

"G-gue ... Gue takut banget ... Tadi dipegang-pegang!" Nadine sesenggukan. Menumpahkan rasa takutnya yang sudah ia tahan. Dadanya terasa sakit saat kilas balik kejadian tadi terputar lagi di kepalanya.

"Sorry gue telat. Pasti tadi takut banget ya? Sorry. Sekarang lo udah aman. Lo bakal baik-baik aja sstt ... udah ya. Berhenti nangis nanti mata lo sakit."

"Dia mau c-cium gue." Napas Nadine tersengal-sengal. Belum puas menumpahkan segalanya. "G-gue ... gak m-mau ... d-dia bau-u!"

Isa memalingkan wajah. Mati-matian menahan tawa. "Iya. Gak papa, dia gak bakal berani buat deketin lo lagi."

"G-gue—Mhm ... HMMPP—Hoek!"

"Nadine!"

Isa panik. Nadine tiba-tiba muntah. Sebelah tangannya segera memijat tengkuk Nadine yang terus mengeluarkan isi perut. Tidak peduli kaosnya sendiri yang jadi wadah muntahan.

"M-maap ... g-gue mu-muntah—Hoek!"

Isa terus memijat tengkuk Nadine yang belum selesai muntah. Tangannya meraih botol air mineral dari dashboard. "Sstt ... It's okay. Udah keluar semua belum? Minum dulu sini."

Nadine meraih botol minum itu. Tapi karena masih gemetar tangannya yang memegang botol jadi oleng sampai air didalamnya berakhir tumpah. "S-susah!"

"Pelan-pelan. Sini gue pegangin." Isa dengan telaten membantu Nadine minum.

Isa mencari tissue di dashboard yang ternyata habis. Tidak ada pilihan. Isa lalu menggunakan ujung kaosnya sendiri yang masih bersih untuk menyeka bekas muntahan disekitar bibir Nadine.

"Ck, p-perut lo! Gak usah pamer!"

Isa terkekeh menyadari kaosnya terangkat dan memperlihatkan sebagian otot perutnya. Dengan sengaja Isa malah membuka kaosnya di depan mata Nadine.

"ISA!" Nadine menjerit. Buru-buru menutup mukanya yang memerah—hasil menangis dan mengintip sixpack Isa. Ugh! Anak SMA apaan yang sudah punya sixpack segala!

Red Rose || On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang