Für Elise-Beethoven
(Play diatas ya👆🏻)🌹 Happy Reading 🌹
~~~
Malam ini, di area ballroom sebuah hotel bintang lima. Orang-orang dari kalangan elit tampak akrab bercengkrama dalam sebuah pesta. Nadine menjadi salah satu diantaranya. Memakai dress dari Brand butik Maminya—Elisye, Nadine tampil anggun dan berkelas.
Maminya membawa Nadine berkeliling menyapa beberapa orang. Sebagian tidak Nadine kenal atau ingat pernah dikenalkan. Tapi mau tidak mau Nadine harus tetap bersikap luwes. Menerapkan ajaran etiket yang sering Mami bahas dalam kehidupan sosial mereka.
"Jeng Sintya, ya ampun apa kabar?"
Mami sudah cipika-cipiki dengan puluhan orang malam ini. Tapi make up-nya tetap stand out. Nadine memuji ketahanan foundation yang Mami pakai sampai enggak ada bekas geser sedikitpun.
"Baik, Jeng. Puji Tuhan. Jeng Sarah gimana, sehat? Sudah lama ya kita enggak ketemu. Saya kangen, loh!"
"Luar biasa sehat, Jeng. Saya juga kangen sama Jeng Sintya. Terakhir kita ketemu itu kalau gak salah ingat waktu nganter anak-anak dinner kan, Jeng?"
"Betul. Tiga bulan lalu, ya? Wah, sudah lama sekali. Kebetulan sekali Jeng, Nadine malam ini juga ikut. Nak, ayo sini sayang ada Tante Sarah!"
Nah, ini. Alasan lain Nadine malas ikut acara beginian karena selain membosankan. Pasti dia akan bertemu keluarga Isa—Isa-nya juga.
Nadine sudah menduga dari cara Mami yang memaksanya ikut dengan alasan tidak logis-sampai ia harus rela mengorbankan perasaan pacarnya demi bisa hadir. Memang sudah pasti ada udang dibalik bakwan.
Tante Sarah yang melihat presensi Nadine segera memeluknya dengan akrab. "Nadine, gimana kabarnya? Ya ampun makin cantik aja kamu. Isa kalau lihat pasti langsung klepek-klepek ini."
Nadine bukannya tidak suka keluarga Isa. Lihatlah bagaimana mata Tante Sarah yang penuh kasih saat menatapnya. Mana mungkin Nadine membencinya. Papa Isa sendiri juga rekan baik Papi selama berbisnis-dan hal ini juga yang membuat mereka sempat mau dijodohkan.
"Makasih, Tante cantik. Nadine selalu sehat soalnya dikasih makanan yang bergizi terus sama Mami hehe."
"Gemes banget sih calon mantu Tante. Kapan-kapan main ke rumah, dong! Tante mau banyak ngobrol sama Nadine!"
"Iya, Tante. Next time Nadine usahain ya." Buat gak dateng. Never, Tante. Never.
Senyum dibibir Nadine masih tersungging cantik. Tante sarah memang teman mengobrol yang baik. Dia juga trendi sampai hafal beberapa idol kpop—yang menjadi kesukaan Diora. Cukup lama mereka berbincang ngalor ngidul. Sampai suasana sekitar tiba-tiba meredup dan lampu hanya menyorot ke atas panggung yang sudah diisi oleh grup mini orkestra.
"Nadine, itu Isa!"
Tante Sarah antusias menunjuk putranya yang sudah duduk di depan grand piano. Nadine juga dapat melihat teman-teman Isa yang lain sudah siap memegang alat musik masing-masing. Mereka memang sering tampil di tiap acara antar kolega bisnis keluarga.
Nadine sudah tidak kaget sih sebenarnya. Toh, sebanyak ia hadir dalam acara seperti ini sebanyak itu pula ia mendengarkan permainan mereka. Tapi tetap saja setiap melihat mereka tampil-khususnya Isa, Nadine selalu merasa takjub dan sedikit terpukau. Hanya sedikit, oke?
Kali ini Isa membawakan Für Elise-nya Ludwig Van Beethoven.
Harus Nadine akui bahwa ia selalu menyukai perasaan tenang saat mendengar dentingan merdu yang dihasilkan Isa lewat jari-jari lentiknya. Lembut, indah dan rrrr sedikit ... maskulin?

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose || On Going
Novela Juvenil"Kenapa gak mau dijodohin sama gue?" "Males! Lo bukan tipe gue!" "Kalo gue berubah jadi tipe lo berarti bakal mau?" *** Nadine si anak manja yang begitu disayang Mami-Papinya menolak keras saat mau dijodohkan dengan Isa--anak rekan bisnis sang Papi...