[16.] Semakin Mendekat

6 3 0
                                    

Happy Reading💙


Olina. Ini ibu,” Olina gadis itu langsung mematikan sambungan tersebut.

Olina tidak ada niatan menanggapi telepon tadi. Itu mungkin hanya orang iseng. Karena dulu pernikahan Pak Alexander tidak di gelar secara besar-besaran, banyak pihak yang tidak mengetahui wajah ibu Olina.

Semenjak ke datangan Olina ke Indonesia, banyak wanita-wanita yang mengaku menjadi ibunya. Dulu Olina kecil mudah emosional dan terbawa suasana. Dia pernah nyaris hampir di culik oleh orang yang mengaku sebagai ibunya.

Salah satu hal yang menyebabkan Pak Alexander selalu menjaga ketat putrinya adalah ini. Wanita tidak dikenal yang menyamar sebagai ibunya.

“Mau sampai kapan, ayah biarin Olin diteror orang-orang yang mengaku sebagai ibu?”

Olina sudah besar saat ini dia mengerti mana bualan mana tidak. Olina hanya akan terus mencari keberadaan ibunya melalui hal-hal yang bersangkutan pula dengan ayahnya Alexander.

“Gue harus main ke kantor ayah, setelah pembukaan Hotel baru dari Bandung. Gue belum pernah geledah apapun disana,” Olina bertekad akan terus mencari apapun tentang  masa lalu sang ayah dan  titik awal hidupnya.

🍒🍒🍒🍒🍒

“Lin! jadi nggak. Ayok gue temani sekarang, gue tunggu depan ya.” ajak Milly.

Sebelumnya Olina meminta di temani oleh Milly ke perpustakaan untuk meminta buku cetak sejarah. Seluruh anak-anak di kelasnya sudah dapat hanya Olina yang belum.

“Oke” jawab Olina gadis itu menyatukan ibu jarinya dan jari telunjuknya membentuk OK.

“Sa, gue duluan yaa sama Milly. Lo ada janji sama Sandy kan?” kata Olina. Kedekatan hubungan Elsa dan Sandy belum merebak.

Mereka masih diporsinya awal. Belum memiliki hubungan lebih selain teman.

“Lin!” tegur Elsa. Ada Milly di depan kelas, bagaimana Olina bisa berkata selugas itu.

“Hehehe sorry. Gue duluan yaa, bye sayangku,” Olina pergi melambaikan tangannya.

Setelah sampai depan Olina menggandeng lengan Milly hal tersebut sontak mengagetkan Milly yang sedang berbalas pesan di ponsel milik gadis tersebut. “Ly, yukk,”

“Ehhh, lo nih.”

Tepat dibelokan antara jurusan bahasa dan ipa. Olina menangkap 6 orang pria yang tidak asing di matanya, berjalan ke arah yang sama.

Mereka sedang berjalan ke arah tangga yang sama. satu demi satu anak tangga diturunkan Olina dan juga Milly.

Dibelakang mereka ada Almo dan juga ke lima temannya yang sedang bercanda gurau.

“Lo punya pacar?” tanya Olina Random.

“Gue? punya—lah! gue nggak kayak lo, Lin. Yang cintanya sama matematika.” cibir Milly pada Olina.

“Ehem. Iya deh yang cintanya manusia mah,”

“Teman pacar gue banyak, Lin. Lo mau gue comblangin?” tawar Milly.

“Sembarangan! kayak nggak laku aja gue make butuh mak comblang segala.” ujar Olina. “Tapi kalo ada yang modelnya mirip Jungkook gapapa sii, gas gue mah!”

“Yehh, nih lagi satu. Itu mah gue juga mau. Gue serobot duluan kalo ada model Jungkook lokal mah, Lin.” ujar Milly.

Lalu mereka berdua tertawa. Hingga segerombolan murid laki-laki di belakang mereka pun ikut tertawa.

Destiny GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang