Guys sorry karena kemarin-kemarin nggak update, sebagai gantinya aku update puanjanggpol nihh. Aku juga kedepannya mungkin nggak bisa update sesering dulu, kegiatan ku di rl bakalan sibuk lagi soalnya:(
tapi aku bisa pastiin seminggu aku bakalan update 2 sampai 3 kali. Tolong ditunggu.
Happy Reading💙
Di meja makan yang ukurannya bisa dipakai kira-kira 10 orang kini terisi sebagian. Terdengar suara dentingan garpu serta sendok pada piring dan juga beberapa tawa yang sangat menguak mengisi ruangan tersebut.
“Cia gimana sekolah kamu? kamu betah—kan disini?” itu pertanyaan Pak Anam untuk seorang gadis yang dari tadi fokus melirik-lirik Domino dengan senyum kecil yang terus menghiasi wajah gadis tersebut.
“Betah, Om.” jawabnya dengan ceria.
“Betahlah. Kan ada Domino yang temani,” timpal Pak Raeindra sambil tertawa ringan.
“Emh, Daddy benar. Domino benar-benar bisa diandalkan.” ujar Raecia, gadis itu melepaskan pegangan kedua tangannya pada garpu dan juga sendok lalu memberikan dua jempol miliknya menyetujui ucapan Pak Raeindra barusan.
“Hahahaha, bagus kalo emang Domino bisa membantu kamu. Om senang dengarnya.” kata Pak Anam.
“Domino pacar kamu nggak cemburu kan nanti, kalau kamu perhatian gitu sama, Cia?” tanya ibu Raecia. Missie.
“Nggak, tante.” ucap Domino.
“Nggak ada maksudnya Mom. Domino nggak punya cewek. Dia naksir salah satu cewek tapi nggak di gubris.” jelas Raecia tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Domino menganga tidak percaya. Bagaimana bisa gadis itu berkata selugas itu mengenai hidupnya?
“Wah, masa laki-laki setampan kamu nggak di gubris, Dom.” kata Bu Missie. “Mending sama, Cia. Kalau gitu,”
“Mom,” tegur Pak Raeindra pada istrinya.
“Nggak apa-apa, Ndra.” ujar Pak Anam. Pria itu seolah menyetujui ucapan Bu Missie barusan. “Domino juga sepertinya senang dekat sama, Cia. Cuma mereka belum sedekat dulu aja.”
“Tuhkan, gapapa. I want them to be closer than friends, Kita bisa mulai dari yang ringan untuk ngikat mereka satu sama lain. Semacam... tunangan gitu—lah,” ujar Bu Missie mengutarakan keinginan kecilnya.
Raecia gadis itu mengulum senyum manisnya, matanya berbinar.
“Wahh, Tante Missie. Maaf banget Domino belum ada pikiran untuk tunangan apalagi pernikahan. Domino masih jauh dari kata baik, untuk jadi panutan Raecia.” ujar Domino menjawab keinginan Ibu Raecia. Sambil menekankan nama putri wanita itu.
“Missie. That's their decision, dear. Biarin mereka pilih sendiri baiknya gimana.” kata Pak Raeindra.
“Kalo aku sih setuju sama Mommy, Dad.” Raecia mengangguk antusias buru-buru mengiyakan usul sang ibu. Tanpa menghiraukan ucapan Domino barusan dan ayahnya. “Dom. Kita bisa lebih jauh dari teman, You are quite reliable for me. I won't let you down like that girl did to you,”
Domino yang tau Pak Anam akan ikut berbicara, dia buru-buru menyelesai makannya dan bangkit untuk pamit terlebih dahulu. “Domino udah selesai. Aku lupa ada janji sama Almo. Maaf Om Indra, Tante Missie. Domino pamit yaa. Pah, aku duluan. Cii, gue balik yaa.”
Domino mendorong kursi yang ia duduki kebelakang agar memberikan space untuk dirinya keluar, lalu Domino meninggalkan kursi itu dan berjalan cepat untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Game
Teen Fiction-Ketika Takdir Menuliskan Semuanya- Kata Orang Cinta itu takdir. Takdir yang di kasih tuhan untuk setiap orang. Cinta bahkan dapat tumbuh di hati siapa saja. Bahkan pada orang yang salah sekalipun. Ini kisah antara Domino, Olina, dan juga Almo. Ten...