[01.] SMA Canopus

21 3 0
                                    

Selamat datang di ceritaku:)

🍒🍒🍒🍒🍒

Sang surya masih malu-malu menunjukkan sinar cahayanya. Singgasana miliknya diatas sana masih belum di tempati secara sempurna.

Seorang gadis yang masih bergulat di tempat tidurnya dan masih menikmati mimpi nan—indah pagi ini. Tanpa sadar gadis tersebut mengeluarkan suara dengkuran halus yang terdengar beraturan. Lalu gadis itu mulai terbangun akibat kerasnya suara jam beker yang berada di atas nakas. Disebelah ranjang tidur yang ia tempati.

“Apasih cepat banget paginya, gue kan baru tidur!” gadis tersebut langsung mengambil jam yang berbunyi tersebut dan mematikannya.

Hening beberapa saat, lalu terdengar ketukan pintu.

Tok... Tok... Tok...

“Non, sudah pagi. Nanti sekolahnya telat lho,” ujar wanita paruh baya dari luar kamar.

“Iya bi, sebentar lagi,” gadis tersebut menjawab tapi tidak beranjak dari tempat tidurnya sama sekali. Gadis ini malah menarik selimutnya hingga ke ujung kepala menutupi seluruh dirinya, dan mencari tempat ternyaman dibantal empuk miliknya agar bisa pulas kembali.

“Baik Non. Bapak sudah nunggu untuk sarapan di bawah ya,”

Hah! Bapak katanya?

Berarti Ayahnya sudah pulang?

Ia langsung bergegas lari ke kamar mandi dan bersiap. Bisa terjadi hal-hal yang tidak terduga jika ia telat menemui ayahnya nanti.

Lalu setelah selesai dengan segala ritual-ritualnya tadi gadis itu langsung turun ke bawah sambil menggendong tas punggung berukuran sedang.

“Selamat pagi,” sapa gadis tersebut sambil terus menuruni anak tangga. Tetapi hanya di balas ‘Iya’ saja oleh pria paruh baya yang sedang fokus mentap pada layar laptop serta tablet yang berada diatas meja secara bergantian. Entah apa yang sedang pria itu kerjakan di benda elektronik berbentuk persegi tersebut.

“Ayah kapan sampai?” tanya Olina. Yapss! nama gadis itu adalah Queensha Olina Brave. Atau sering di panggil dengan nama ‘Olin’ oleh orang terdekatnya.

“Tadi subuh, sudah kamu cepetan sarapan lalu berangkat,”

“Emhh,” jawab Olina sambil menganggukan kepalanya.

Setelah itu hanya ada suara dari Olina saja yang memenuhi ruang makan. Sedangkan sang ayah hanya menjawab dengan kalimat-kalimat pendek atau bahkan hanya dengan deheman khas milik pria paruh baya itu. Sungguh membosankan!

Olina memang hanya memiliki ayahnya di dunia ini. Ia tidak pernah di beri tahu di mana ibunya berada bahkan sampai dirinya sudah sebesar sekarang.

Hidup tanpa sosok seorang ibu di hidup Olina tidak membuat gadis itu menyalahkan tuhan atas apa yang terjadi. Mungkin ini jalan yang cukup baik yang di berikan tuhan padanya. Walaupun ayahnya Tuan Alexander Brave sangat sibuk bekerja seperti anjing gila, hingga pagi bertemu pagi atau malam sampai malam kembali. Sangat tidak ingat waktu. Olina tetap menyayanginya!

Ayah disiplin, tegas, dan selalu mengeluarkan kata-kata mutlaknya yang tidak ingin di bantah, adalah ciri khas Pak Alexander.

Dari kecil Olina selalu di ajarkan tepat waktu dan jujur, Olina juga di beri wejangan-wejangan betapa pentingnya 3 kata yang selalu berguna dalam hidupnya yaitu tolong, maaf, dan terima kasih.

Hidup tanpa figure seorang ibu tidak membuat Olina liar dan tak terurus. Nyatanya Pak Alexander sangat menyayangi anak semata wayangnya, walaupun sangat jarang pria paruh baya itu terapkan secara langsung. Pak Alexander memberikannya 3 Asistent Rumah Tangga untuk memenuhi segala kebutuhan Olina selama di rumah. Seperti mencuci pakaian, piring, memasak, membereskan rumah dan mengurus Olina pastinya. Tiga ART tersebut memiliki tugas masing-masing.

Destiny GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang