Siyah Güller - 13

153 75 41
                                    

UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

TYPO BERTEBARAN.

HAPPY READING...

•••



Seorang wanita paruh baya tengah duduk bersantai dikursi kayu itu sembari menyilangkan kakinya. ia tidak diam begitu saja, mulut wanita itu seperti tengah mengunyah sesuatu.

Rupanya ia memakan roti buatannya sendiri.

"Hei, bu. anda masih baru disini, mengapa anda tidak bekerja?" ucap salah satu pegawai toko roti di Asrama Alhadeed.

Wanita itu menoleh ke sumber suara. "Kau tidak kenal aku, jadi kau diam saja." Ia menatap tajam ke pegawai itu.

"Aku hanya memperingatkanmu, bu. aku takut kau dimarahi dihari pertamamu bekerja."

Wanita itu mengernyitkan dahinya.

"Biasanya syaikhah Hanna mengontrol kami di jam-jam seperti ini."

Wanita itu tak mengindahkan nya. ia justru membuang muka pada pegawai itu.

"Dasar orang baru." gumam Pegawai itu sembari menatap sinis.

"Sudah sudah. biarkan saja dia." ucap salah satu teman pegawai itu.

Di samping itu, suara langkah kaki terdengar menyurusi area dapur pembuatan roti. semua pegawai terpenjat kala melihat sosok itu.

Ia terhenti kala melihat salah satu pegawainya tengah bermalas malasan.

"Apa ini? mengapa Kau tidak bekerja?" serunya.

Pegawai itu terpenjat, ia segera bangkit dari duduknya.

Ia melihat ke arah pegawainya dari ujung kaki sampai kepalanya.

"Kau, mengapa tidak bekerja? aku menggajimu bukan untuk bermalas - malasan."

"Maaf Syaikhah." sahut Wanita itu dengan wajah memelas.

Hanna tak mengindahkan respon wanita itu. ia beralih mengamati para pegawainya yang lain.

Dari belakang Hanna, Wanita itu mengumpatinya. wanita itu bahkan memukul mukul angin didekat punggung hanna.

Hanna kemudian berbalik menatap
wanita itu. wanita itu langsung menunduk ta'dim. seolah tak terjadi apa-apa.

"Tunggu, siapa namamu? kau baru 'ya? disini?" Hanna melihat pegawai baru itu.

"Iya, saya masih baru. saya, Nisha."
jawabnya sopan, yang di buat-buat.

"Kau tinggal di asrama?" tanya Hanna pada Wanita bernama Nisha itu.

"Iya. saya tinggal dirumahnya Nizar-abim." Nisha masih menundukkan pandangannya. ia berpura-pura hormat pada Syaikhah Hanna.

Hanna menatap bingung mendengar pengakuan dari Nisha.

"Ah, saya... adiknya."



•••


Ali baru saja menerima tamu diruangan pribadinya. tamu itu sangat penting baginya, karena tamu itu adalah teman seperjuangannya dulu. Dia adalah Saddam Geylani dan Istrinya, Azra Geylani.

"Kau pasti hadir, 'kan dengan istrimu itu?" tanya Saddam memastikan.

Ali hanya meresponnya dengan senyuman saja.

Siyah Güller [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang