1990words
happy reading!
[\]
Sesuai janji, Hesa mengajak Sabina untuk pergi kerumah Lian, sampai saat itu sebenarnya ia tidak tahu mengapa dirinya disuruh demikian, jujur saja pula.. Hesa merasa tidak enak saja jika terlalu sering kerumah dan bertemu orang tua Lian, ya jika untuk disuruh ini itu malah ia tidak keberatan, namun jika untuk diberi ini itu ia merasa lebih dari kata keberatan.
"Hubungan kamu baik banget sama orang tua Lian? " tanya Sabina, saat motor Hesa berhasil terparkir di halaman rumah Lian.
Keduanya bisa melihat bahwa salah satu penghuninya sedang duduk santai dikursi teras depannya sembari melihat mereka berdua dengan tatapan yang sedikit disipitkan.
"Baik banget.. Orang tua Lian gak ada tanding, " Jawabnya begitu, mengucap demikian karena dirinya memang mendapat rasa sayang orang tua hanya dari ibu dan ayah Lian, maka Hesa sangat berterimakasih pada Lian dan keluarganya.
Setalah menaruh helmet diatas motornya barulah kedua pasangan itu menghampiri Lian.
"Gua disuruh ngapain ini? " tanya Hesa saat berhadapan dengan temannya yang berlagak songong itu, Jujur Sabina saja malas melihatnya karena terlalu tengil.
"Suruh nyuci baju gue mau? " balasnya sarkas
Hesa diam dengan wajah batu. Tak menerima jokes dan lain-lain.
"Udah ya gantengku mending masuk aja sana, gua mau keluar bayy! " Lian mulai berdiri untuk meninggalkan keduanya
"Lah? Apa-apaan begini? Gabisa. " Hesa menahan Lian untuk pergi dengan memegang tangan kanannya. Sabina hanya menatap itu dengan mata melas.
Dan ternyata ibu Lian sudah melihat Hesa disana.
"Hesaaa sudah datang? Masuk ayoo.. Ajak juga itu ceweknya.. " Pinta ibu lalu dirinya pergi kembali masuk kedalam.
Lian hanya menatapnya bisu, dan Hesa melepaskan pegangannya itu, lalu mengajak Sabina masuk kedalam bangunan milik Lian, sementara yang punya malah pergi begitu saja.
"Kamu keberatan banget ya disini.. Maaf ya.. " Ucap Hesa, selain tidak enak dengan ibu Hesa juga tidak enak dengan Sabina yang terlihat bosan.
"Engga koooo! Suka suka.. " kata Sabina dengan tersenyum manisnya, dibalas senyuman lagi oleh Hesa.
"Sini, Sa.. Makan disini.. " ibu mengajaknya untuk ke meja makan yang sudah disuguhi beberapa menu makan.
Keduanya pun menghampiri meja dan duduk disalah satu bangku. Juga ibu, yang ikut duduk disana.
"Kata Lian kamu ada pacar.. Ini yaa? "
Monyet.. Lian monyet
"Hehe.. Bukan gitu bu.. Kita buk-"
"Iya! Saya pacar nya bu.. " potong Sabina dengan diakhiri senyum kembali, Hesa lantas kaget mendengarnya, sementara ibu senaaangg sekali mendengar itu.
"Ihh.. Cantiknya ya.. Pinter kamu, Sa kalau soal cewek.. "
Hesa hanya cengengesan karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 red wires (only eyes witnessed)
Ficção Adolescente"sejak kapan ya rasa jadi sehampa ini? sejak kapan juga gua jadi seegois ini? " - enhypen local note: cerita masih tahap revisi (bersambung)