2037words
'diantara dua orang yang ingin saling melupakan, percayalah.. akan ada salah satunya yang cuma pura-pura'
[\]
Kesiangan,
Hari ini ketiga anak itu pergi sekolah dengan terlambat, semuanya terburu-buru, apalagi Brana yang rumahnya sedikit lebih jauh dari mereka berdua, namun beruntung mereka masih bisa masuk ke kelas berkat sogokan martabak kepada si satpam.
Agak sakit hati, karena sesampainya mereka dikelas ternyata guru-guru sedang mengadakan rapat dadakan bersama kepala sekolah luar, kayanya sih buat study banding. Yah, kalau gitu akhirnya bolos pun tak apa bukan?
Tapi untuk kali ini Lian tidak ingin membolos, ketiganya berada didalam lingkungan sekolah walau di tempat yang berbeda.
Baslian, lelaki itu meminta untuk Joa menghampiri nya, di area belakang sekolah. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengannya, ini juga berkat ucapan Brana..
Posisinya kini duduk diatas pembatas yang menghubungkan dengan halaman hijau umum, beberapa meter akan mencapai sebuah danau. Juga beberapa kendaraan yang dapat terlihat dari sana
"Lo mau kemana? " tanya Brana saat melihat Lian beranjak dari duduknya.
"Gatau." jawabnya singkat, namun masih menunggu balasan dari Brana.
Brana ikut berdiri, agar lebih nyaman berbicara dengan Lian.
"Lo suka sama Joa, kan? "
Pertanyaan yang dilontarkan membuat netra Lian langsung menatap Brana, dan yang ditatap hanya diam menunggu jawaban.
Sedikit lama menjawab,
"iya.. "
namun mampu terjawab.
"Bangun hubungan, lo malah nambah nyakitin gua kalo status kalian masih temen.. "
"Gua disini juga lagi berusaha move on.. Tolonglah.."
Ucap Brana, Lian merasa terpojok, tidak bisa menjawabnya.. Benar juga ya, malah akan bertambah rasa sakit Brana jika dirinya tak kunjung ada kemajuan untuk hubungannya, Lian memilih jalan itu kemarin juga masih mempertimbangkan itu, tentang bagaimana perasaan Brana setelahnya.
Saat ini, Lian ingin memulai sesuatu, sesuai apa yang Brana pinta dan juga sesuai dengan apa yang hatinya inginkan itu, menunggu kehadiran gadis itu sembari menikmati sejuknya angin berhembus bukan sesuatu yang membosankan.
"Lian! "
Seseorang memanggilnya dengan suara keras, yakni Joa.
Lian mengukir senyuman saat melihat wajah Joa, maka tangannya itu menepuk-nepuk tempat disebelahnya, mengisyaratkan untuknya duduk disana.
Temboknya memang tinggi, tapi ada tangga disana yang dapat membantunya naik. Joa jadi curiga kalau tangga itu adalah ulah Lian mencuri lagi dari sang satpam.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 red wires (only eyes witnessed)
Novela Juvenil"sejak kapan ya rasa jadi sehampa ini? sejak kapan juga gua jadi seegois ini? " - enhypen local note: cerita masih tahap revisi (bersambung)