Greshan; kembar

274 36 14
                                    

Halo 😇
Kangen nggak sih?

Happy reading!

Shania Gracia atau Gracia melangkah masuk ke SMA 48 Jakarta dengan langkah penuh percaya diri. Namun, dia segera menyadari bahwa banyak pasang mata tertuju padanya, lebih dari yang dia harapkan. Tidak hanya karena dia murid baru, tetapi penampilannya yang unik-wajah yang tampan dan aura maskulin meski dia seorang perempuan-membuatnya menjadi pusat perhatian.

Saat memasuki kelas, dia merasa ada dua pasang mata yang mengawasi dengan cara berbeda. Satu tatapan lembut, sementara yang lain terasa tajam dan menilai. Gracia melirik ke depan kelas, seorang gadis anggun dengan rambut panjang menatapnya sambil tersenyum tipis. Di belakang, seorang gadis lain duduk dengan tatapan keras dan tidak sabaran.

"Eh, itu Shani Indira yang di depan, yang di belakang Tara Indira," bisik Oniel, teman sebangkunya, tanpa diminta.

"Mereka kembar ya? Mirip banget," ujar Gracia.

"Iya, tapi jangan salah. Shani itu anggun, manis, sementara Tara? Dia bar-bar banget. Pembully di sini, kalau lo mau tahu."

Gracia mengerutkan kening. "Pembully?" Suaranya menegang.

"Yep. Shani sih nggak kayak gitu, tapi Tara... jangan deh macem-macem sama dia."

Gracia langsung merasa terganggu. Dia benci pembully, sejak kecil sudah terbiasa membela yang lemah. Setiap kali Tara mulai melakukan sesuatu yang kasar, Gracia langsung menghampiri, mencoba menghentikan. Meski sering kali Tara terpancing emosi, Gracia tetap berusaha.

××××

Pada awalnya, Gracia merasa tak perlu mendekati Shani. Dia malas berurusan dengan keluarga pembully. Tapi entah bagaimana, interaksi kecil di kelas berubah menjadi percakapan yang panjang.

"Kamu suka baca buku, Gracia?" tanya Shani suatu hari saat mereka duduk berdua di perpustakaan.

"Ya, suka. Kamu?" jawab Gracia singkat. Dia belum merasa nyaman berbicara dengan Shani.

"Aku suka novel klasik. Rasanya damai, baca cerita-cerita lama yang penuh makna."

Gracia tersenyum tipis. "Kamu beda banget ya sama Tara."

Shani tertawa kecil. "Iya, banyak yang bilang begitu."

Percakapan sederhana itu menjadi pintu bagi Gracia untuk lebih dekat dengan Shani. Semakin sering mereka berbincang, semakin Gracia merasa nyaman berada di dekat Shani. Senyum Shani, cara dia berbicara dengan lembut, membuat Gracia merasa tenang. Sering kali Gracia tersenyum sendiri, mengingat hal-hal kecil yang Shani lakukan.

Namun, setiap kali Gracia bersama Shani, dia merasa ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang mengganjal di pikirannya-sebuah tatapan tajam dari belakang, dari seseorang yang ia kenal dengan baik: Tara.

××××

Tara's POV

Aku tahu sejak awal bahwa Gracia berbeda. Saat dia memperkenalkan diri di depan kelas, aku langsung tertarik. Wajahnya, cara dia bicara, semuanya memancarkan sesuatu yang membuatku tak bisa berpaling. Tapi aku benci itu. Aku benci karena Shani juga merasakan hal yang sama. Kami kembar, tapi kami selalu bersaing.

Gracia terus-menerus dekat dengan Shani. Aku melihat mereka tertawa bersama, berbicara dengan penuh kehangatan. Aku muak melihat itu. Aku sudah mencoba menjaga jarak, tapi rasa benci semakin membakar saat Shani terlihat bahagia dengan Gracia. Aku tak bisa diam lagi.

Oneshot; Gracia vs EverybodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang