Sore yang begitu nyaman dan tenang. Kehidupan yang begitu sempurna untuk keluarga kecil Senopati yang saat ini berada di pinggir ibukota.
Seorang gadis kecil menghampiri papahnya yang saat ini sibuk berada di ruang kerjanya yang bolak balik mengangkat panggilan kerja dari anak buahnya di ibukota. Karena tugasnya yang begitu banyak dan membuatnya sering sibuk itu, ingin meluangkan seminggu istirahat penuh untuk anak-anaknya.
Gadis kecil itu menarik ujung pakaian pria paruh baya itu yang masih terlihat muda di mata siapa saja padahal sudah memiliki 3 orang anak yang sangat imut dan cantik-cantik.
"Papa. Papa ayo kapan kita bisa jalan-jalan?"
Gadis kecil bernama Jehwa itu menarik ayahnya yang saat itu sedang berada di tengah mereka. Dengan tatapan penuh tanya jehwa kecil yang saat itu berusia sebelas tahun. Pada saat itu juga ada Lylian yang mendengarnya membuat gadis mungil itu ingin ikut dengan kakaknya itu.
"Lyli sama Ica ikut," ucap Lylian dengan menatap papa dan Jehwa dengan tatapan memohon. Jehwa yang juga kini di tatap oleh ayahnya pun meminta persetujuan dan akhirnya Jehwa menganggukkan kepalanya.
"Baiklah ayo kita semua pergi ke taman," Mau tidak mau mereka pergi. "Papa angkat telpon dulu ya sayang," namun disaat mereka berada di sebuah taman bermain di pusat kota.
"Jangan jauh-jauh ya!" peringati Jehwa kepada kedua adiknya. Jehwa yang mengawasi adiknya yang kini berjalan menuju jalan raya yang tidak jauh dari taman itu membuat Jehwa kelimpungan karena kaki kecilnya dan juga jarak adiknya yang begitu jauh serta papanya yang sibuk dengan pekerjaannya pada saat itu.
"Lylian! Chinka! AWASSSSS!"
Membuat Jehwa merasa bahwa kejadian kali itu merupakan kesalahan terbesar dirinya karena mengajak adiknya ikut. Karena tidak setelah itu sebuah mobil melaju dari arah berlawanan menuju ke arah adiknya tersebut hingga tidak bisa dari mobil itu mana mbak tubuh adiknya yang saat itu berada di pinggir jalan dengan cepat Jehwa berlari menuju ke arah adiknya tersebut.
"Lylian! Chin-"
Jehwa yang berhasil menarik Lylian namun tidak dengan Chinka. Kejadian tragis pun terjadi. Jehwa yang berada di dalam posisi yang serba salah membuat semua orang salah paham.
Serta trauma yang membuatnya syok dengan apa yang ia lihat. "Chinkaaaaa....." serunya pelan dan lirih dengan tangan yang mengambang.
"P-papaaaa..." Dengan tatapan mata syok dan tangan yang bergetar serta suara yang juga ikut bergetar membuat semua yang berada di tempat saat itu merasa tidak nyaman.
Namun naasnya papanya melihat kejadian itu hanya melihat sekilas tangan Jehwa yang terulur di depan dengan posisi berlari seperti mendorong adiknya untuk tertabrak mobil yang melaju dengan kencang pada saat itu.
"P-paa. Kakak Ica paaa," Lylian bersuara dan menatap Abimana dengan tatapan ketakutan.
Takut dengan apa yang terjadi dalam waktu singkat saat itu. Semua yang ada di sana berbondong-bondong untuk menelpon ambulance karena ada kecelakaan yang terjadi. Pemilik truk yang naas saat itu menabrak Ica kabur entak kemana.
"Bagaimana kronologinya...." seru Abimana yang saat itu menatap Lylian berusaha meminta penjelasan apa yang terjadi.
Jehwa yang ingin menjelaskan kejadian itu malah-
"Papah kakak Jeje dorong Chinka, pa" dengan air mata palsu yang mengalir menemani semua penjelasan yang Lylian buat dengan penuh tipu daya.
"Tidak. Pa, ini gak benar. Semua yang di capkan Lylian gak benar, pa" jelasnya membuat Abimana mendengarkan penjelasannya dari pada penjelasan Lylian.
Tapi sayangnya Abimana lebih memilih tidak memihak dan buru-buru mengurus perawatan anak keduanya yang merupa adik pertama Jehwa.
Namun sayangnya tidak lama sejak mendapatkan penanganan Chinka dinyatakan meninggal dunia tepat 30 menit mendapatkan penanganan serius di rumah sakit.
Keluarganya berduka saat itu namun berbeda dengan Abimana yang melihat kejadian saat itu. Setelah semua prosesi pemakaman Adelia Chinka Senopati di kebumikan semua penyiksaan Jehwa berlangsung.
"Papa ada apa memanggil Jeje ke sini Pa?!" Jehwa dengan tatapan polos dan juga masih tersirat trauma yang ia alami namun berusaha terlihat baik-baik saja.
Hari itu tepat setelah menerima perlakuan yang tidak pantas dan hari dimana ketika ia diusir dari kediaman Senopati, kejadian sebelum jehwa diusir oleh keluarganya itu. Jehwa saat itu tidak sengaja berada di satu tempat yang sama dengan Lylian dan juga Chinka berada saat itu.
Saat ini Jehwa berada di ruang pribadi milik ayahnya yang di sana ada ayahnya yang tengah menyiksanya dengan memukulinya menggunakan besi.
"Sa-sakit..." rintih Jehwa didepan ayahnya yaitu Abimana Senopati.
"Ini belum seberapa anak SIALAN!!!" teriak di sertai makian dari Abimana. Jehwa yang mendengarkan itu seketika hatinya berdenyut sakit.
CTAKKK!
CTAKKK!
CTAKKK!
BRUKKK!
Pukulan demi pukulan selalu Jehwa terima sejak semua yang Lylian ceritanya yang menyaksikan lebih jelas kejadian yang terjadi saat itu. Namun sayangnya cerita yang di ceritakan Lylian hanya sebuah cerita kebohongan.
"Pah. Papah jangan gini, pah"
Jehwa berusaha menyadarkan perbuatan Abimana pada dirinya yang seperti itu.
"PAPAHHH!" Sentak kerasnya sebelum kesadaran Jehwa menghilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Romantizm-------------------- 🚫Warning ❗🚫 Banyak mengandung adegan kekerasan dan dewasa di mohon bijak dalam membaca. ❗Dilarang plagiat❗ -------------------- Jehwa Aldelaras Senopati, gadis yang penuh teka-teki yang selalu berada di pusaran permasalahan ba...