jeongwoo × jihoon
🔞"Kau tahu, mendengarmu mengumpatiku seperti itu membuatku ingin menyetubuhimu dengan kasar. Bagaimana kalau kita mengulang adegan sewaktu di kantor tempo hari?" Jeongwoo menaikan salah satu sudut bibirnya dengan pandangan yang menggelap. Jihoon ketakutan, tidak. Ini bukan Jeongwoo yang Ia kenal dulu.
xxx
Jihoon ditarik paksa menuju sofa, Ia mencoba untuk memberontak namun usahanya sia-sia. Sungguh laki-laki di hadapannya ini kuat sekali. Badannya di baringkan di atas sofa dan kakinya langsung di lebarkan agar Jeongwoo bisa berada diantaranya. "Lepaskan brengsek! Jika berani macam-macam kau akan lihat- h-hei! Kau mau apa?!" Ketakutan menghampirinya kembali, ketika melihat Jeongwoo melepas ikat pinggang miliknya tergesa dan kemudian mengikat pergelangan tangan Jihoon seperti waktu itu. Jihoon takut setengah mati, dengan terbata Ia berkata "Jeong-woo jangan... Kumohon... A-aku tidak sanggup. Kumohon lepaskan aku" Air mata Jihoon mengalir begitu saja. Jeongwoo yang melihatnya memohon seperti itu terdiam "Kau? Memohon? Katakan sekali lagi" Ucapnya sambil mendekatkan tubuhnya ke Jihoon. Sambil menangis Jihoon mengulang kembali perkataannya "Ku-kumohon jangan... Itu sangat sakit. Park Jeongwoo ku mohon"
Jeongwoo tersenyum lebar sambil membelai pipi Jihoon menghapus jejak air matanya "Kali ini aku akan bermain lebih lembut dari sebelumnya, asal... Kau mau menuruti semua perintahku seperti anjing yang patuh pada Tuannya. Bagaimana Park Jihoon? Kau bersedia?" Jihoon dengan lemas mengangguk pasrah. Jeongwoo mencengkram dagunya kuat membuatnya mendongak "Ketika ku bertanya kau harus menjawabnya jalang" Air mata Jihoon semakin deras keluar dan dengan susah iya menjawab "Y-ya Jeongwoo. Aku bersedia" Jeongwoo tersenyum puas "Bagus. Sekarang bisa kau tunjukan dimana kamarmu? Aku ingin bercinta disana"
xxx
Jihoon di letakan dengan kasar oleh Jeongwoo diatas kasur, ikatan di pergelangan tangannya dilepaskan. Jeongwoo menindih Jihoon menciumnya dengan menggebu, kasar. Bibirnya digigit oleh Jeongwoo membuatnya terbuka, kesempatan itu digunakan Jeongwoo untuk menelusupkan lidahnya mengabsen gigi Jihoon dan mempertemukan lidahnya dengan milik Jihoon berusaha untuk membelitnya. Tangannya tak tinggal diam, masuk ke dalam kaus milik Jihoon meraba perut serta dada Jihoon dengan gerakan acak sambil sesekali menggoda tonjolan di dadanya. Jihoon berusaha mati-matian menahan desahannya. Jeongwoo yang sadar akan hal itu memutus cumbuannya menciptakan tautan benang saliva antar keduanya. Ia melihat Jihoon dibawahnya dengan wajah yang memerah serta nafas tersengal. "Aku tidak suka kau menahan desahanmu. Keluarkan"
"Ya-ya Jeongwoo... Akh!" Perut bawahnya di tekan keras oleh Jeongwoo tiba-tiba. Rasanya ngilu ditambah Ia takut akan bayinya disana. "Je-jeongwoo jangan di tekan, ak-" "Kenapa? Kau takut keguguran?" Jihoon yang mendengar itu sontak terkejut. Bagaimana bajingan ini tahu? Baru ingin membuka suara, perkataannya di potong "Kau fikir aku tidak tahu? Aku sudah mengetahuinya sejak kau memeriksanya di toilet. Wah, tidak kusangka benihku bisa langsung membuat mu hamil" Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Jihoon. "Kau bajingan Jeongwoo. Aku membencimu" Jeongwoo tersenyum lebar dan kembali melumat bibir Jihoon yang sudah mulai membengkak akibat ulahnya.
Tangan kanannya mulai menyingkap kaus milik Jihoon dan tangan lainnya mulai menarik celana serta dalamannya kebawah sampai terlepas. Jeongwoo menjauhkan tubuhnya, menelusuri tubuh Jihoon sampai pandangannya tertuju pada vaginanya. Ia bergerak mundur hingga wajahnya sampai di depan kemaluan milik Jihoon. Ia mengecupinya kemudian membukanya menggunakan kedua tangannya sampai terlihat klitoris pink yang sudah basah dengan cairan Jihoon. Ia mendekat, melumatnya, mengigitnya lembut dan menariknya sesekali membuat Jihoon tak kuat menahan desahannya. Tidak sadar, Ia mengapit kepala Jeongwoo. Jeongwoo melebarkan pahanya kembali dan memulai menjilati vaginanya kembali, menelan semua cairan yang keluar. "Aah Je-Jeongwoo shh" Jeongwoo yang mendengar itu semakin menggebu.
Dua jarinya menerobos masuk ke liang vaginanya. Jeongwoo memejamkan mata marasakan otot vagina Jihoon mengapit jarinya. Hangat, basah membuat penisnya tengang membayangkan ketika Ia berada didalamnya. Cukup Jeongwoo tidak tahan. Dengan tergesa Ia melepaskan seluruh pakainnya. Gerakannya tak luput dari pandangan Jihoon. "Kau menyukainya?" Jihoon seketika mengalihkan pandangannya ke samping dengan pipi yang memerah. Jeongwoo terkekeh sambil mencium lembut pipi Jihoon.
Jeongwoo langsung memposisikan diri di tengah-tengah Jihoon melebarkan pahanya. Ia mengarahkan penisnya yang tegang didepan lubang Jihoon. Memasukannya dengan sekali hentak membuat Jihoon berteriak. Jeongwoo bergegas menciumnya lembut, mengelus dadanya dan perutnya berharap sakitnya akan teralihkan. Setelah dirasakan Jihoon sudah cukup tenang Ia bersiap untuk bergerak "Aku akan memulai. Fokus padaku, jangan alihkan pandanganmu" Jihoon hanya mengangguk sebagai jawaban.
Jeongwoo mulai bergerak menumbuk lubang milik Jihoon, tangannya memainkan buah dada milik Jihoon. Menariknya perlahan, menekannya membuat Jihoon pening akibat stimulasi yang didapat. "Ahh tolong lebih cepat Jeongwoo" Mendengar itu Jeongwoo mempercepat gerakannya. Ia beralih ke dada Jihoon menjilatinya, mengulumnya layaknya seperti bayi. Jihoon menekan kepalanya dan meremas rambutnya menyalurkan rasa nikmat. Tangan Jeongwoo berada di samping tubuh Jihoon untuk menahan beban tubuhnya dengan yang lainnya memberikan stimulus di klitorisnya. Ia menariknya gemas, membuat Jihoon memekik kaget.
Beberapa menit terlewatkan Jeongwoo merasakan dirinya akan ejakulasi. Ia mengangkat kedua kaki Jihoon, diletakannya di kedua pundaknya membuat pinggul Jihoon sedikit terangkat. "Dalam... terlalu dala-m, akh Jeongwoo!" Jihoon meremas sprei sebagai pelampiasan. Segenap melupakan bahwa saat ini Ia telah di perkosa kembali. "Kau suka? Suka ketika penisku memenuhi lubangmu?" Jihoon mengangguk cepat "I-iya, aku menyukainyaa..." Jeongwoo tertawa meledek "Lihat siapa yang bersikap seperti pelacur sekarang" Jihoon tak mampu menjawab, tak lama Ia mengeluarkan cairannya dan Jeongwoo segera mencabut penisnya. Badan jIhoon melengkung sebagai tanda bahwa Ia sudah mencapai pelepasannya.
Nafasnya terengah, mencoba untuk beristirahat sebentar. Namun Ia melihat Jeongwoo sudah bersiap untuk memasukinya kembali "Je-Jeongwoo sebentar berikan aku waktu Akh!" Jeongwoo langsung melesakkan penisnya tidak memperdulikan permohonan dari Jihoon. Ia terus menghujamnya dengan tempo berantakan. Sampai akhirnya Ia mengeluarkan kembali seluruh benihnya di dalam Jihoon. Setelahnya Ia merebahkan tubuhnya diatas Jihoon, mengatur nafasnya. Setelah dirasa nafasnya teratur. Ia mencoba untuk menegakkan tubuhnya dan Ia melihat Jihoon yang terisak dalam diam.
Tanpa melepas tautannya Jeongwoo bertanya dengan lembut "Kenapa kau menangis?" Sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi dahi Jihoon. "Ke-Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Bila kau ingin balas dendam, kenapa tidak menyiksaku saja? Kenapa harus dengan cara seperti ini Jeongwoo? Kenapa?" Jihoon menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan kembali menangis "Aku tidak tau harus berbuat apa Jeongwoo. Aku ingin mengugurkan janin ini, aku-" "Tidak, aku tidak megizinkannya" Jihoon menjauhkan telapak tangannya dari wajahnya menatap Jeongwoo diatasnya dengan pandangan bertanya "Aku, tidak mengizinkanmu mengugurkannya. Aku Ayahnya. Aku akan bertanggung jawab"
Jihoon terdiam. Melihat tidak adanya respon dari lawan bicaranya Jeongwoo kembali berucap "Aku tahu masa lalu kita tidak begitu baik. Kau membenciku setengah mati, dan ya aku juga begitu sebetulnya" Ia diam sesaat dan melanjutkannya "Niat awalku tidak seperti ini sebetulnya, namun entah mengapa malah jadi seperti ini. Gila memang" Jeongwoo kemudian mengelus pipi Jihoon. "Aku akan berada disisimu, membatu untuk membesarkannya. Aku paham tidak mudah bagimu untuk menerimaku begitu saja. Namun, aku akan berusaha dengan perlahan aku-" "Apa hubunganmu dengan Junkyu?" Jeongwoo dibuat diam dan seketika tertawa pelan "Jawab pertanyaanku Park Jeongwoo" Jeongwoo tersenyum "Tidak ada apa-apa diantara aku dan Junkyu. Kami hanya sebatas teman" Jihoon menaikan sebelah alisnya "Teman yang saling menghangatkan ranjang satu sama lain?" Jeongwoo meringis "Ya, bisa dikatan seperti itu? Namun jangan khawatir aku hanya melakukannya 2 kali. Maafkan aku"
Jihoon merotasikan matanya malas "Lihat. Kau betul-betul brengsek" Baru ingin protes namun Jeongwoo dibuat bungkam "Bantu aku. Bantu aku membuka hatiku perlahan untuk menerima kehadiranmu" Jihoon mengalungkan lengannya di leher Jeongwoo dan mengangkat kepalanya sedikit untuk mencium bibir Jeongwoo. "Bagaimana? Kau bersedia?" Jeongwoo tersenyum, menundukan kepalanya mempertemukan kembali bibir mereka, melumatnya lembut dan menjauhkan kepalanya "Ya, tentu aku bersedia".
end.
requested.
hope you like it 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
story about us -Treasure.
Fanfictiontreasure oneshot 🔞 bxb crack pair semi-baku hope u guys enjoy it!🤍