jeongwoo × jihoon
🔞Jihoon diam sesaat dan kemudian mencondongkan badannya sedikit kearah Jeongwoo sambil tersenyum manis "Ya Tuan Park, aku sangat menantikan hal menarik tersebut" Asahi dan Junghwan saling bertatapan dan kemudian tertawa kikuk. "Ya, ya sudah. Mari kita makan makanan penutup, Kau tau eskrim disini sangat..." Suara Junghwan maupun Asahi sudah tidak terdengar oleh Jihoon, Ia hanya fokus ke lelaki di hadapannya ini yang sedang berbincang dengan para rekan kerjanya. Baik bila itu maumu, akan ku kembalikan memori menyedihkanmu agar kau tahu posisimu Park Jeongwoo.
xxx
Hari berganti, waktunya untuk bekerja. Masih pagi namun, mood Jihoon sudah bisa dibilang hancur. Mengingat Ia harus bekerja sama dengan Jeongwoo. Neraka. Asahi yang sedang berjalan di sebelahnya memulai percakapan. "Kau kenapa? Pagi-pagi sudah lemas. Seperti bukan dirimu saja. Mengingat kau yang paling bersemangat saat tau akan dipindahkan kesini" Jihoon dengan malas menjawab "Ya, semangat ku hilang ketika tau harus melihat wajah Park sialan Jeongwoo itu selama 6 bulan" "Memang kenapa? Kau sudah mengenalnya sebelumnya?" Jihoon seketika berhenti ditempat "Betulkan? Ku tebak hubunganmu dengan Tuan Park tidak baik ya dimasa lalu? Oh! Apakah kalian dulu sepasang kekasih?!" Jihoon membelakkan matanya menatap Asahi tidak percaya. Teori gila macam apa lagi ini? Dirinya dengan Park Jeongwoo? Tidak. Tidak pernah terpikirkan olehnya sedikitpun.
Seketika Jihoon menutup mulutnya sambil memegang perutnya "Hei kau kenapa?" Asahi terlihat khawatir. Jihoon masih menutup mulutnya sambil berkata "Aku ke toilet sebentar. Perkataanmu membuatku mual" Ia bergegas menuju toilet masuk ke salah satu bilik dan memuntahkan isi perutnya. "Membayangkannya saja membuatku muntah. Menjijikan" setelah membersihkannya. Ia keluar menuju wastafel untuk membersihkan mulutnya. Ketika akan keluar, objek yang membuatnya memuntahkan sarapannya masuk. Jeongwoo melihatnya sekilas dan melewatinya begitu saja. Jihoon merasa kesal bukan main. Ia tertawa mengejek, berbalik menghadap Jeongwoo sambil bersender di wastafel dengan kedua tangan menumpu di samping tubuhnya.
"Wah, lihat. Pecundang ini sudah banyak berubah rupanya" Jeongwoo yang akan masuk ke salah satu bilik toilet berhenti sejenak. "Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini. Jujur aku sangat kesal sebetulnya. Namun setelah difikir, bermain-main dengan mu seperti masa lalu akan menyenangkan. Bagaimana Park Jeongwoo? Kau ingin mengulangnya seperti semasa sekolah dulu?" Jeongwoo membalikan badannya berjalan kearah Jihoon dengan tenang berhenti beberapa meter di depannya. "Kau masih saja ya. Sikapmu itu menggelikan kau tahu? Kita sudah sama-sama dewasa, seharusnya kau mengerti akan hal itu Park" Jihoon mendengus. "Itu kata-kata yang keluar dari mulutmu setelah dengan beraninya menantangku di Restoran kemarin? Kau takut?"
Jeongwoo menggeleng pelan sambil tersenyum kecil "Tidak, aku hanya asal bicara. Dan kau dengan mudahnya terpancing. Kontrol emosimu sangat buruk rupanya. Masih sama seperti dulu" Jihoon geram "Berhenti bicara seolah-olah kau mengenalku brengsek" Jeongwoo mengangkat salah satu alisnya "Aku memang mengenalmu, mana mungkin aku melupakan orang yang telah menyiksaku selama sekolah dahulu. Dan satu lagi, aku tidak pernah takut denganmu" Baru ingin menjawab perkataannya, Jeongwoo menyela "Jaga sikapmu itu, kita disini sebagai rekan kerja. Tunjukan bahwa kau adalah profesional. Dan tenang saja, aku tidak akan memberitahu siapapun bahwa kau adalah seorang perundung. Aku tidak memakai cara seperti itu" Setelahnya, Jeongwoo masuk ke dalam bilik, meninggalkan Jihoon yang luar biasa kesal. Bajingan, apa maksudnya perkataannya tadi?
xxx
Hari silih berganti, tak terasa sudah 1 bulan lebih Jihoon bersama teamnya menetap di Jepang. Setelah kejadian di toilet itu, interaksi Jihoon dan Jeongwoo hanya sebatas membahas pekerjaan. Tidak ada kalimat saling sindir yang terdengar ataupun celaan. Namun begitu, Jihoon tetap saja membencinya. "Baik, pertemuan hari ini cukup sampai disini. Silahkan bubar" Jeongwoo sebagai pemimpin rapat bersiap untuk kembali kemejanya sampai terdengar suara lembut memanggil namanya "Jeongwoo, apakah kau ada waktu?" Jeongwoo seketika menoleh ke arah sumber suara. Tersenyum simpul berjalan menghampiri lelaki tersebut. "Junkyu? Kapan kau kembali? Kenapa tidak memberitahuku?" Yang ditanya hanya teratawa kecil "Aku ingin memberimu kejutan" "Baik, kau berhasil kalau begitu. Mari makan siang, kau belum makan kan?" Tanyanya sambil menggandeng tangan Junkyu membawanya keluar ruang rapat. Interaksi keduanya tidak luput dari kedua mata Jihoon. Timbul suatu perasaan tidak suka yang menghampiri. Ia tidak suka melihat Jeongwoo tersenyum ke orang lain.
Asahi dan Jihoon sedang makan malam di mess berdua. Sedangkan teman-temannya yang lain sedang lembur di kantor. "Hei, kenapa melamun?" Asahi melihat temannya hanya menatap kosong kearah makanannya. Ia menarik napas panjang dan kembali berucap "Ya Jihoon. Kau kerasukan?" "H-huh? Apa? Kau bicara apa?" Asahi memutarkan bola matanya "Menurutku saja apa memang setelah kita pindah ke Jepang kau menjadi aneh?" Jihoon menautkan alisnya menandakan kebingungan. "Aneh bagaimana?" Cukup Asahi sudah muak "Ceritakan padaku ada apa antara kau dan Jeongwoo sebenarnya?" Jihoon memutus kontak matanya dari Asahi dan membalas "A-apa maksudmu? Mengapa kau membawa-bawa namanya? Membuatku risih saja" Asahi menepukan tangannya dan menunjuk Jihoon "Itu. Dari bahasa tubuhmu tidak bisa berbohong Jihoon. Ceritakan kepadaku. Kau tidak bisa membohongiku. Kita sudah bersahabat dari kuliah. Jadi, ceritakan semuanya"
Jihoon menghela napas. Percuma Ia mengelak, Asahi akan terus mengejarnya sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. "Baik aku akan bercerita. Tapi apapun yang terjadi jangan menghajarku ya?" Asahi di buat bingung "Memang kenapa?" Jihoon memejamkan mata sambil menarik napas panjang. "Ya, kau betul. Aku dan Jeongwoo memiliki masa lalu bersama... Yang... Buruk..." Asahi melihat Jihoon lekat, dan detik berikutnya Ia di kejutkan oleh perkataan lelaki dihadapannya "Aku merundung Jeongwoo ketika berada di sekolah. Aku... Adalah perundung"
Jihoon dan Jeongwoo merupakan siswa terpintar di sekolahnya. Bersaing untuk mendapatkan peringkat satu paralel. Namun yang membedakan, Jihoon berasal dari keluarga kaya raya. Semua yang dibutuhkan tercukupi, teman, popularitas, ibu yang menyayanginya, semua Ia dapatkan kecuali kasih sayang sang Ayah. Ayahnya selalu mendokrin Jihoon untuk selalu menjadi nomor 1 termasuk peringkat di sekolah. Bila Ia tidak mendapatkannya Ia akan di pukuli oleh sang Ayah menggunakan ikat pinggang, stick golf bahkan tak segan sang Ayah akan melemparnya dengan barang pecah belah dirumahnya. Tentu hal ini memberikan dampak yang cukup besar untuk Jihoon. Disatu sisi Ia ingin mendapatkan atensi dari sang Ayah, namun terhalang oleh persoalan peringkat tersebut. Seandainya tidak ada Park Jeongwoo. Sudah pasti Ia akan selalu menjadi nomor 1 di sekolahnya. Maka dari itu, Ia bersumpah akan merebut posisi itu dari Jeongwoo, apapun caranya.
"Jadi begitu. Asahi, sebetulnya aku tidak berniat sama sekali untuk merundungnya. Namun keadaan yang memaksaku. Aku... Aku Hah sudahlah" Asahi masih diam, membuat Jihoon tidak nyaman. "Ya! Katakan sesuatu. Kau diam seperti itu membuatku takut" Asahi mendengus "Baik aku akan berkomentar. Pertama, kau bajingan Jihoon. Astaga aku tidak menyangka ternyata kau sejahat itu. Apa kau manusia? Bahkan iblis saja malu melihatmu. Dan soal kejadianmu dengan Jeongwoo di toilet yang kau ceritakan tadi, Sungguh dia sangat bijaksana. Jika aku jadi dia, Sudah ku sebarkan ke seluruh gedung bahwa kau adalah seorang perundung" Jihoon meringis mendengarnya "Kedua, Apa Kau sudah membicarakan alasan sebenarnya kau melakukan itu?" JIhoon menggeleng sebagai balasannya. Asahi memejamkannya matanya menahan amarah yang menggebu di dadanya. Ia menarik nafas panjang dan melanjutkan perkataannya.
"Sebetulnya kau memberitahukan alasanmu kepadanya, tidak berarti tindakanmu adalah benar" Asahi melihat Jihoon yang tertunduk sambil menautkan jarinya. "Hei, aku tahu situasimu sangat sulit waktu itu sampai kau tidak bisa berfikir jernih. Namun saranku, lebih baik kau meminta maaf pada Jeongwoo dan ya... Menjelaskan semuanya" Jihoon langsung menegakkan badannya menatap tidak suka "Apa? Aku tidak akan sudi meminta maaf kepada baj-" Perkataannya terhenti saat Asahi melihatnya dengan tatapan jengah. "Y-ya! Ah! Mengapa hidupku seperti ini?! Dasar Park Jeongwoo sialan!" Asahi hanya mendengus dan melanjutkan acara makannya yang tertunda. "Makan, kau bisa sakit nanti"
xxx
Malam setelah dirinya bercerita dengan Asahi dan mendapatkan saran. Ia membulatkan tekat hari ini untuk berbicara dengan Jeongwoo. Ia berjalan menuju ruangan Jeongwoo, sambil memainkan jemarinya gelisah. Setelah sampai, Ia tidak mengetuk pintu dan langsung mendorong pintu tersebut "Jeongwoo ada hal yang-" Perkataanya terhenti saat melihat pemandangan di depannya. Ia tersenyum remeh dan berkata "Tidak kusangka bajingan ini berani melakukan seks disini. Apa kalian tidak punya uang untuk menyewa hotel? Menjijikan sekali" Emosinya tersulut saat melihat adegan dimana Jeongwoo sedang mengukung Junkyu diatas meja yang hampir telanjang dengan Jeongwoo yang kemejanya sudah terbuka hingga bawah. "Maaf aku mengganggu kegiatan panas kalian, anggap saja hal ini tidak pernah terjadi" Pintu tertutup kencang dengan Jihoon berjalan cepat kearah kamar mandi, ingin mengeluarkan isi perutnya akibat melihat hal tersebut.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
story about us -Treasure.
Fanfictreasure oneshot 🔞 bxb crack pair semi-baku hope u guys enjoy it!🤍