3. haru+suk -part.2

197 7 3
                                    

haruto × hyunsuk
slight jihoon × hyunsuk

Setelah sampai. Ia langsung masuk kedalam rumah, menuju kamarnya mengambil beberapa berkas yang diperlukan. Setelah semuanya terkumpul, Ia bersiap untuk keluar namun langkahnya terhenti saat sebuah suara menginterupsinya, "Setelah beberapa minggu menghilang akhirnya kau menginjakkan kaki kembali disini. Kenapa buru - buru pergi sayang? Apakah kau tidak merindukan ku Watanabe Hyunsuk?"

Setelah mendengar kalimat Haruto, Hyunsuk berbalik menghadapnya menarik napas panjang sambil memejamkan mata, kemudian menatap tajam Haruto, "Apa urusannya dengan mu? Hak ku untuk berada dimana pun ku mau. Urus saja urusanmu sendiri. Dari awal kita sudah sepakat bukan? Jangan mencampuri urusan masing - masing. Dan satu lagi marga ku Choi, aku tidak akan sudi menyandang marga Watanabe di depan namaku"

Haruto mendengus kasar dan berjalan melewati Hyunsuk begitu saja tanpa membalas perkataannya. Ia berjalan menuju kulkas kemudian mengambil air dingin. Hyunsuk masih setia menatap Haruto dengan tatapan kesalnya.

Haruto melihat - lihat isi kulkas kemudian mengalihkan pandangan ke arah Hyunsuk "Kau ingin sarapan? Aku akan menghangatkan sup ayam yang ku buat kemarin jika kau mau" Selalu seperti ini, Haruto selalu bersikap seolah - olah tidak terjadi sesuatu diantara mereka. Aneh bukan?

Hyunsuk pun membalas "Tidak, aku akan sarapan bersama Jihoon" Tak lama terdengar suara pintu tertutup. Ya, Hyunsuk pergi meninggalkannya lagi. Haruto menatap sendu pintu tersebut.

"Jihoonn aku pulang. Maaf aku sedikit lama, jalanan agak padat. Aku membeli makanan yang ada di bawah, ada ayam goreng dan kentang. Jihoon kau dimana?" Hyunsuk berjalan menuju kamar setelah meletakan makanannya di meja makan. "Jihoon? Apa dia di kamar mandi?" Kemudian Ia berjalan ke kamar mandi namun nihil, tidak ada. Ia bergegas mencari ke ruang kerja, ke ruang lainnya namun tidak ada. Kemudian Ia menelfon Jihoon dan tidak mendapat jawaban. Nomor yang dihubungi tidak aktif. Ia kemudian duduk di sofa ruang TV sambil berfikir, ke mana Jihoonnya pergi? Seketika matanya melihat kearah amplop putih di dekat vas bunga bertuliskan Untuk Hyunsuk, Dari Jihoon. Dengan sigap Ia mengambil dan segera merobeknya. Kemudian ia ambil suratnya dan mulai membaca.

Satu persatu kalimat Ia cermati. Bingung, sedih, kecewa, marah itu yang Ia rasakan saat ini. Jihoonnya meninggalkannya, tanpa salam perpisahan, hanya sebuah surat tulis tangan. Hyunsuk menangis sejadi - jadinya. Sakit sekali hatinya. Tidak pernah terbesit sekalipun di pikirannya Ia akan berada di posisi ini. Yang lebih membuat Hyunsuk marah ada satu kalimat, "... Kita akhiri sampai disini. Pulanglah ke rumah mu yang sebenarnya. Haruto, Ia adalah suami mu. Jangan lupakan itu. Coba buka hatimu perlahan - lahan untuknya, aku yakin kau bisa." Hyunsuk menyobek surat itu menjadi beberapa bagian dan menangis kembali di sofa sampai akhirnya kelelahan menangis dan tertidur.

Jam menunjukan pukul 3 sore. Hyunsuk akhirnya terbangun dengan kepala yang terasa pening dan perut lapar. Ia memutuskan untuk pergi keluar dari apartemennya. Ia berjalan tanpa arah, dan berhenti di sebuah taman. Ia duduk di salah satu bangku taman yang menghadap ke danau. Ia kembali menangis sambil menutup muka dengan kedua telapak tangannya.

Setelah beberapa lama, Ia mendengar bangku di sisi kirinya berderit. Ada seseorang yang duduk di sampingku pikir Hyunsuk. Kemudian Ia segera menghapus jejak air mata dan bersiap untuk bangkit, namun Ia dikejutkan dengan sebuah suara yang tak asing dan segera menengok ke sebelah kiri "Dunia sempit sekali, bisa - bisanya aku bertemu dengan mu disini"

Haruto, mau apa dia disini pikir Hyunsuk. Baru ingin membuka mulut untuk membalas perkataannya, namun Ia urungkan setelah melihat Haruto menyodorkan roti rasa keju dan susu pisang ke padanya. "Makan. Kau kacau sekali" Mata Hyunsuk kembali berair dan hampir menetes, namun buru - buru Ia hapus. "Berisik. Mau apa kau? Kau menguntit ku?" Tanya Hyunsuk sambil membuka bungkus roti dan memakannya dengan lahap. Lapar sekali dirinya. "Pelan - pelan saja, kau seperti tidak makan berhari - hari" Sahut Haruto sambil melihat ngeri ke arah Hyunsuk. "Jawab pertanyaanku, dan jangan mengalihkan topik" Balasnya sambil menyedot susu pisangnya. Wah enak juga ternyata pikir Hyunsuk sambil menatap kotak susu pisang di tangannya.

Haruto tersenyum kecil melihat Hyunsuk dan menjawab "Aku hanya jalan - jalan sore di sekitar sini dan kebetulan melihatmu. Jadi ku pikir tidak ada salahnya menghampirimu. Kau duduk sendiri disini terlihat lusuh seperti gelandangan" Hyunsuk langsung memukul - mukul lengannya "Dasar bocah kurang ajar, mulutmu itu betul - betul ya" Haruto tertawa sambil memegang lengannya,"Jadi? Ingin bercerita?"

Hyunsuk cukup lama menatap Haruto kemudian membuang pandangannya ke arah depan sambil mulai bercerita tentang berakhirnya hubungannya dengan Jihoon. Haruto hanya membalas dengan anggukan tanpa mengomentari. Cukup terkejut memang awalnya, namun dalam hatinya Ia cukup senang mendengar hal tersebut. Mereka berdua terdiam cukup lama. Tidak ada yang memulai percakapan kembali hanya sibuk dengan pikiran masing - masing di temani dengan suara angin yang berdesir.

"Haruto?" Pecah Hyunsuk "Y-ya?" Balas Haruto sedikit tergagap, namun Ia dibuat lebih terkejut saat melihat Hyunsuk tersenyum manis kearahnya sambil berkata "Jihoon bilang bahwa aku harus membuka hati untukmu. Jujur itu agak sulit, namun aku ingin mencobanya perlahan - lahan. Tapi... Aku membutuhkan bantuanmu... Maaf bila selama ini aku telah menjadi istri yang sangat buruk untuk mu, aku... Minta maaf... Aku tahu perbuatanku sama sekali tidak pantas untuk dimaafkan, namun izinkan aku untuk menebus semua kesalahan ku... Aku-" perkataan Hyunsuk terpotong saat tiba - tiba saja Haruto memeluknya dengan erat, "Sebelum kau meminta maafpun aku sudah memaafkan mu. Aku akan membantumu untuk bisa menerimaku"

Hyunsuk menangis sejadi - jadinya. Bagaimana selama ini Ia bisa berbuat hal keji seperti itu kepada Haruto. Sungguh, Ia sangat menyesal. Haruto melepaskan pelukannya dan menatap Hyunsuk yang menangis, Ia menangkup kedua pipinya dan menghapus jejak air matanya dengan kedua ibu jarinya sambil berucap "Jangan menangis, aku tidak suka melihat istriku menangis" Hyunsuk tertawa kecil sambil membalas tatapan Haruto "Terimakasih suamiku" Yang di balas dengan pelukan hangat oleh Haruto.

end.

story about us -Treasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang