8. jeong+hoon 🔞

385 11 4
                                    

jeongwoo × jihoon
🔞

Pecundang tidak berguna
Kau tidak pantas berada disini
Kehadiranmu disini sangat menggangu
Melihatmu membuatku ingin muntah
Menjijikan...

Begitulah kata - kata yang di dengar oleh Park Jeongwoo setiap harinya. Hinaan, cacian yang ditujukan kepadanya, bahkan pukulan tak luput Ia dapatkan dari para perundung di sekolahnya. Semua ini berawal dari laki-laki itu. Jeongwoo sebetulnya tidak tahu mengapa Ia sangat membecinya, melihatnya seperti hama yang harus disingkirkan. Ia hanya datang untuk menuntut ilmu agar masa depannya bisa membaik. Betul, Ia masuk karena beasiswa yang Ia terima, namun apa yang salah dari itu? Dia memang berasal dari keluarga dengan perekonomian yang sulit. Di tinggal oleh Ayahnya saat kecil, hidup bersama dengan Ibu yang bekerja di sebuah Club malam sebagai seorang "pramusaji". Itu yang sang Ibu katakan kepadanya. Namun Jeongwoo tak ambil pusing, bagaimanapun Ia tetaplah Ibunya. Ia menyayanginya.

Bugh
Suara pukulan yang nyaring terdengar di gedung olahraga yang berada tepat di belakang sekolah. Ya, Jeongwoo sedang dipukuli habis-habisan. Ia jatuh tersungkur sambil memegangi perutnya yang luar biasa sakit. Sambil terbatuk, Ia mencoba untuk bangkit namun kembali ia terima tendangan di punggungnya menyebabkan kepala membentur tembok di depannya. Di sebrang sana, tampak seorang laki-laki yang duduk di atas keranjang besi tempat penyimpanan bola basket sambil mengemut permen batangan yang Ia beli di kantin sekolah. Memperhatikan para temannya yang sedang bermain-main dengan Jeongwoo.

"Cukup, buat dia melihat kearahku" Jeongwoo segera didudukan dengan punggung menyender di tembok. Rambut belakangnya di tarik dengan keras, memaksanya untuk mendongak. Pandangannya mengabur, Ia dapat merasakan darah segar mengalir dari pelipisnya. Laki-laki itu kemudian turun, dan berjalan mendekat kearah Jeongwoo. Ia berjongkok dihadapan Jeongwoo masih dengan mengemut permennya, setelahnya Ia usapkan di depan bibir Jeongwoo yang sedikit robek dan kemudian membuangnya. "Moodku sedang tidak baik hari ini, dan melihatmu membuat moodku semakin memburuk. Hah, coba kau tidak masuk hari ini, pasti kondisimu tidak akan semenyedihkan ini" Jeongwoo tidak menjawab, Ia sibuk mengatur nafasnya. Sial tubuhnya sakit sekali rasanya.

Merasa diabaikan, Jihoon mencengkram kedua pipi Jeongwoo dengan kencang Ia mendekatkan wajahnya sambil menatap mata Jeongwoo lamat. "Kau... Kau adalah manusia hina yang terlahir dari rahim seorang pelacur rendahan. Kau itu... adalah Aib. Lebih baik mati saja" Ia menghempas dagu Jeongwoo kearah samping dengan kasar. "Mari kembali, tinggalkan saja pecundang ini disini" Ia berjalan keluar diikuti oleh teman-temannya yang lain meninggalkan Jeongwoo sendirian. Hening cukup lama, sampai tiba-tiba terdengar suara tawa yang mengisi ruang tersebut, kemudian digantikan oleh suara tangis. Cukup sudah, dirinya sangat lelah.

xxx

"Hei, bagaimana menurutmu mengenai rapat tadi? Beberapa orang dari divisi kita akan di tugaskan untuk membantu proyek di Jepang" Yang diajak bicara menolehkan wajahnya "Hm? Bagus bukan? Berarti Bos mempercayai kita". Park Jihoon, Seorang laki-laki berparas manis, pekerja keras, dan disiplin. Bisa di katakan Ia gila kerja. Di usianya yang menginjak 27 tahun, Ia di percaya untuk menjadi ketua di Divisi tempatnya bekerja saat ini. Terbukti bahwa Ia bersama dengan Teamnya diminta untuk membantu cabang perusahannya di Jepang, yang baru akan di buka 6 bulan lagi. Ya Jihoon tidak masalah, hitung-hitung berganti suasana baru. "Jadi? Kau akan ikut?" "Tentu saja, sepertinya akan menyenangkan" Ujarnya sambil meminum Lattenya.

xxx

Hari yang ditunggupun tiba, Jihoon telah mendarat di Negeri Sakura tersebut. Ia bersama dengan ke 5 temannya menunggu mobil jemputan. Sebelum menuju mess, mereka semua pergi ke Restoran tempat pertemuan dengan divisi yang ada di Jepang untuk sekedar perkenalan sebelum memulai bekerja bersama esok hari. Jihoon duduk di kursi paling pinggir dekat dengan sebuah kolam cukup besar dengan jembatan sebagai penghubung masing-masing sisi yang diisi oleh ikan bewarna-warni yang membuatnya tersenyum tipis. Cantik pikirnya.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai Ia tak menyadari bahwa teman-temannya yang lain berdiri menyambut para pegawai dari Jepang yang baru saja tiba. Sampai sebuah suara membuatnya diam membeku. "Maaf kami terlambat, ada meeting yang harus kami hadiri dan baru saja selesai" Jihoon kenal betul dengan suara ini. Ia menolehkan wajahnya cepat dan mata mereka bertemu. Jeongwoo melihatnya dengan tatapan luar biasa dingin. Sepertinya tuhan sedang ingin bermain dengannya.

Jeongwoo berjalan menuju tempat duduk di hadapan Jihoon. Pandangan Jihoon tak lepas darinya. "Hei, kau tidak berdiri?" Tanya rekan kerja di sebelahnya, Asahi. Seketika Jihoon langsung berdiri megekakkan badannya dan membungkuk sopan menyapa sambil mengulurkan tangan "Selamat siang, Saya Park Jihoon ketua divisi dari cabang Korea yang akan membantu pembukaan cabang baru di Jepang" Jeongwoo menatapnya "Park jeongwoo, ketua divisi cabang Jepang. Mohon kerja sama dan bimbingannya untuk kedepannya" Balasnya sambil membungkuk ke arah teman-teman Jihoon dan kemudian duduk menghiraukan tangan Jihoon yang terulur untuk menjabatnya. Jihoon hanya menatap kosong tangannya sambil mendecih. Wah apakah dia gila? Dasar sialan. Rutuknya dalam hati sambil kembali duduk. Tentu kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan di pikiran rekan kerja masing-masing. Ada apa di antara mereka berdua ini?

xxx

Hidangan sudah tersaji di depan mereka, Jeongwoo fokus melahap beberapa macam sushi di depannya. Lain hal dengan Jihoon yang dari tadi hanya mengaduk-ngaduk ramennya tanpa ada niat memakannya. Junghwan, yang duduk di samping Jeongwoo mencoba untuk membuat suasana menjadi lebih cair dengan memulai topik pembicaraan. "Tuan Park, kenapa tidak memakan makananmu? Apakah tidak sesuai dengan seleramu?" Yang ditanya kemudian menegakan kepalanya melihat ke arah Junghwan yang tersenyum manis kearahnya. Baru ingin membuka mulut, Jeongwoo menyela "Kenapa? Ramen itu membuatmu ingin muntah?"

Jihoon langsung menatap kearah Jeongwoo yang menyunggingkan senyum kearahnya. "Maaf?" Tanya-Nya "Kau dengar apa yang ku katakan. Atau... Kehadiranku disini... Mengganggumu?" Jihoon meremat kuat sumpit di genggamannya ingin sekali Ia menusukan benda tersebut kematanya. Namun Ia megurungkan niat tersebut, dan segera tersenyum "Tidak Tuan Park, Saya hanya menunggunya agar sedikit lebih dingin" Setelah berkata seperti itu Ia langsung memakannya mencoba mengabaikan rasa kesalnya. Sial dia ingin pulang secepatnya.

Beberapa waktu berlalu, kemudian Junghwan membuka suara "Oh iya, Tuan Park. Sebelumnya maaf, seharusnya yang menjadi ketua divisi Team Jepang adalah Tuan Choi, namun beliau mendadak di pindah tugaskan ke cabang yang ada di China. Maaf kami tidak memberitahukan sebelumnya. Namun tenang saja, Tuan Park Jeongwoo ini tidak kalah hebatnya dengan Tuan Choi. Betulkan kan?" Ucap Junghwan sambil menyenggol lengan Jeongwoo dengan sikunya berniat bercanda. "Ya, tentu saja. Ku yakin 6 bulan kedepan akan banyak hal menarik terjadi" Balasnya sambil tersenyum penuh arti kearah Jihoon.

Jihoon diam sesaat dan kemudian mencondongkan badannya sedikit kearah Jeongwoo sambil tersenyum manis "Ya Tuan Park, aku sangat menantikan hal menarik tersebut" Asahi dan Junghwan saling bertatapan dan kemudian tertawa kikuk. "Ya, ya sudah. Mari kita makan makanan penutup, Kau tau eskrim disini sangat..." Suara Junghwan maupun Asahi sudah tidak terdengar oleh Jihoon, Ia hanya fokus ke lelaki di hadapannya ini yang sedang berbincang dengan para rekan kerjanya. Baik bila itu maumu, akan ku kembalikan memori menyedihkanmu agar kau tahu posisimu Park Jeongwoo.

tbc.

story about us -Treasure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang