CHAPTER 8. BORING 🏴‍☠️

24 14 0
                                    

Vote Author maksa nih..

°°°

"Refanza anggap aja rumah sendiri ya."

"I-Iya makasih Tante."

"Oh iya kamu bisa kok tidur di sini dulu."

"Oh gak usah tan Refanza bisa sendiri kok."

"Ih gak boleh gitu, Bima apa? Kamu sudah pindah ke rumah itu?" tanya ibu Gilang.

"Sudah."

"Oh kalo gitu, Nak..." Teriak ibunya Gilang.

"Ya."

"Tolong ya kamu jagain Refanza."ucap Mama Gilang.

Gilang menatap Refanza yang ada di pugung ibunya, Refanza mulai tersenyum lebar sambil mengacuhkan jarinya.

°°°

"Fanza kalo ada apa-apa kamu langsung pergi ke rumah Tante Gilang ya."

"Ya."

"Nak Gilang tolong jaga putri saya."

Gilang hanya mengaguk, Refanza segera merangkul lengan Gilang. Membuat Gilang menatap dirinya dengan tatapan tajam, Bima tercengang saat melihat keduanya.

"Apa kalian berdua memang sudah saling kenal?"

"Iya Papa Fanza udah kenal sama Gilang, Iya kan Gilang." Menolog Refanza sambil mengedipkan sebelah matanya dengan centilnya.

"Oh ya udah Dadah sayang." ucap Ayah Refanza dan segera pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lepasin tangan Lo."

"Gak, gak mau."

"Lepas gak."

"Gak mau, Eh Lo gak denger ucap mama Lo buat jagain Gue."

"Lo kira gue bodyguard gitu?" menolognya dan hanya di anggukkan oleh Refanza, Refanza segera merangkul lagi lengan Gilang dan membawanya agar masuk ke rumah. Gilang hanya pasrah ia pun, harus mengikuti langkah Refanza yang terbilang cepat.

°°°

"Lo pada ada yang Liat Gilang?" Tanya seorang cowok yaitu Zain.

"Gak tuh."

"Kenapa emang...." Belum sempat Uzi bertanya tiba-tiba, suara nada dering membuat mereka melihat satu sama lain.

"Hp siapa tuh yang bunyi."

"Punya gue."

"yaudah angkat bego."

"Sabar anjing."

"Bisa gak sih gak usah nyebutin nama hewan gue." ujar Alaska.

"Eh ini Gilang lagi sama Refanza." ucap Uzi yang membuat mereka berlima tercengang.

"Refanza bukan cewek yang cantik itu gak sih." ucap Alaska.

"Lah iya ya, sumpah gue gak bisa lepas dari matanya njir."

"Pengen gue kokop Mulutnya." menolog Alaska sambil mengigit Kalungnya membayangkan saja ia Sudah ingin sekali melakukan yang tidak-tidak terhadap Refanza.

"Gila Gilang njirrr, kalo gue di posisi itu udah gak usah di tebak." Ucap Zul.

"Udah diem." Ucap Zain wakil ketua, mereka hanya diam tidak ada yang berani berbicara lagi jika Zain atau Gilang yang sudah membuka suara maka seisi anggota akan terdiam.

°°°

Di sebuah rumah yang terbilang mewah terdapat dua insan yang berbeda, yaitu Gilang yang mulai bosan di tempat itu dikarenakan Refanza yang hanya terus menerus duduk di samping Gilang sambil bergandengan seperti orang yang akan melintasi jalan raya.

"Gue mohon sama Lo lepasin tangan gue, gue mau balik."

"Balik kemana sih Lo buru-buru amat." tanya Refanza, sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Gilang.

"Bukan urusan Lo."

"Ih gak boleh gitu, masa calon suami dari anak-anakku bilang gitu sama istrinya." menolognya membuat Gilang ingin muntah.

Gilang mulai menatap terus menerus Refanza, ia masih terus menatapnya sampai ia berbicara "gak usah kepedean."

"Asal Lo tau ya, pede itu penting lagi pula ya gue nih cantik berbakat dalam bidang apapun." ucap Refanza dengan pedenya membuat Gilang ingin sekali menusuk-nusuk wajahnya dengan belati.

"Gue gak perduli, sekarang lepasin gue." Ucap Gilang.

"Gak, gak mau Lo Harus Jagain gue. Kalo gue ken—" Belum sempat Refanza menyelesaikan kata, kata-katanya sudah di potong oleh Gilang.

"Gue gak perduli mau Lo di culik atau Lo di Bunuh gue gak perduli." ucap Gilang dan mulai melepaskan tangan Refanza.

Gilang segera pergi meninggalkan Refanza, yang terdiam di tempat itu sambil menunduk.
...

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang