CHAPTER 10. HAVE A GUARD🏴‍☠️

26 13 13
                                    

Vote yuk Author maksa nih...

°°°

Sesampainya mereka berdua di supermarket, Refanza segera mengambil troli dan mulai membelok-membelokkan ke sana Kamari.

Gilang hanya menatap terus menerus Refanza yang masih setia, memilih-milih buah-buahan. Sampai pada akhirnya Refanza meminta tolong kepada Gilang untuk mengambilkan mie instan, Gilang mulai mengambil mie sambil bertanya kepada Refanza. "Yang mana?"

"Yang itu."

"Sebelah mana?"

"Sebelah Kanan."

"Yang ini???"

"Bukan sebelah Kiri." ucap Refanza yang membuat Gilang, berhenti dan menatap tajam ke arah Refanza.

"EH LO BILANG SEBELAH KANAN BUKAN KIRI." teriak Gilang, Gilang akui ia ingin sekali memukul otak Refanza yang terbilang tolol.

"Sejak kapan gue bilang sebelah kanan?" menolog Refanza sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Udah gue males berdebat sama Lo." menolognya dan mulai mengambil mie sebelah kiri.

"Yang ini gak sih?" tanyanya lagi akan tetapi ia melihat, Refanza yang menggelengkan kepalanya dengan kuat bahwa bukan itu.

Gilang mulai pasrah karena sedari tadi ia terus menanyakan, kepada Refanza sambil memegang bungkus mie akan tetapi jawaban Refanza tetap sama yaitu bukan itu.

"Za yang mana?"

"Yang warna Ungu."

"Za warna ungu Banyak bukan cuman satu, Lo sebutin aja namanya."

"Ya gimana? Itu bahasa inggris."

"Ya bilang aja."

"Yaudah, namanya tuh My is gejedar and gejedur." menolog Refanza, Gilang yang mulai menatap wajah Refanza. ia pun mengambil sebuah bungkusan kue dan menggeplak ke kepala Refanza, Kini kesabaran Gilang hanya seperti tisu yang di bagi menjadi dua.

"Sakittt." teriak Refanza kepada Gilang.

"Diem mulut Lo bau jigong."

"Enak aja Lo."

"Yang mana????"

"Eh yang itu."

"Udah stop." ujar Gilang dan mulai mengambil semua bungkus mie ia sekarang tidak perduli dengan Refanza yang sudah syok di buatnya, setelah selesai ia mengambil banyaknya bungkus mie instan dan segera pergi ke kasir. Betapa terkejutnya kasir saat melihat banyaknya mie instan, Gilang segera mengeluarkan black cardnya dan memberikan kepada sang kasir.

°°°

Gilang mulai melajukan, kecepatan 75 km. Membuat Refanza harus memeluk terus menerus tubuh Gilang dengan erat membuat Gilang geli, Gilang mulai menambahkan kecepatan Refanza mulai berteriak-teriak seperti orang gila.

"Weh udah wehhh." teriak Refanza.

"Apa?"

"Hah??"

"Dahlah budek anjing." menolog Gilang.

Tak butuh berapa lama mereka berdua sudah sampai, Gilang mulai memberhentikan motor sportnya sampai.

Brak...

Helm Gilang bertubrukan, dengan Refanza. "Arghh sakit anjing."

"sorry, Gilang sakit gak?"

"Udah tau sakit pake nanya."

"Hehehe sorry."

"Gilang.."

"Hm."

"Gue heran deh sama Lo."

"Heran kenapa?"

"Kata orang-orang, Lo gak suka Deket sama cewek." ucap Refanza yang membuat Gilang, menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Terus?"

"Ya, kenapa bisa Lo mau dekat sama gue."

"Huft, sini deh...." ucap Gilang membuat Refanza patuh dan mulai mendekat, Gilang mulai berbisik di telinga Refanza.

"Soalnya Lo tolol, ceroboh, sinting, Gila." ucap Gilang.

"Eh gue gak ceroboh anjing."

"Hm, mumpung gue baik Lo mau masuk ke rumah biar gue masakin."

"Gak perlu rumah gue Deket."

"Ih ayolah sekali aja Lo nginap di sini."

"Yaudah Lo gak mau gak papa, nanti gue aduin sama nyokap Lo."

"Okay fine gue nginep." ucap Gilang yang mulai pasrah.

"Yeah." menolog Refanza dengan gembiranya, ia segera menarik lengan Gilang untuk masuk ke rumah.

°°°

"Alaska." teriak Zul dengan lantangnya.

"Apa?"

"Lo gak ada cewek lagi??"

"Gue bosan."

"Ada nih Lo mau."

"Mana?"

"Sabar." Menolog Alaska.

Zul mulai melihat notifikasi, dari Alaska.

Alaska:
Nih nomornya 081244823xxx

Zul:
Okay, thanks bro

°°°

Refanza mulai menghidangkan makanan, kepada Gilang membuat Gilang melotot. Refanza mulai memperkenalkan nama makanannya seperti ala restoran "Ini Ikan tumis, ini ikan kuah, ini ikan asam, ini ikan asam manis, ini ikan bakar."

"Serius ini semua Ikan?"

"Ya kenapa??"

"Lo gak mau masak yang lain?"

"Gilang gak boleh pilih-pilih, Atok dalang aja makan ikan biar tambah gede." menolognya.

"Gede apaan?"

"Ya gede anu—" pletak, belum sempat Refanza menyelesaikan ucapannya. Dahinya sudah di jitak oleh Gilang, membuat ia meringis kesakitan.

"Udah ya Gilang makan aja, gak usah banyak cincong, kalo sekali lagi Lo banyak cincong gue pel muka Lo." Menolognya membuat Gilang pasrah.

“Siapapun, tolong gue Batinnya.”
...

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang