15.Tetap tinggal

1.3K 232 15
                                    

.
.
.

Suara jeritan jeritan membuat semua orang kalang kabut.

"Ade sama mbok dulu ya" lembut Al kebetulan semua sudah berada di tempat para siswi kerasukan itu yang sekarang semakin bertambah jumlahnya di tambah hawa juga terasa semakin mencekam.

Edza menggeleng sambil memeluk erat tubuh sang Abang pertanda tidak mau, Al ingin pergi ke sana dan melihat lebih dekat, namun karena ia membawa sang adik membuat Al khawatir terlebih adiknya masih kecil.

"Nak Al?..."

"Mbok" ucap Al tersenyum

"Sini Ade sama mbok dulu ya Abang nya mau bantuin pak RT sama pak kiai dulu boleh?" tanya mbok lembut sambil mengelus Surai Edza sayang.

Edza menggeleng ribut dan melihat sekeliling para mahluk halus yang tengah menggoda dan juga berkeliaran mencari mangsa di sana.

"Edza liat apa hmm?...kita pulang yu sayang ini sudah malam" lembut mbok ia cukup khawatir tentang kondisi Edza pasti Edza ketakutan melihat banyak nya mahluk mahluk tak kasat mata mbok tentu tahu meskipun ia tak melihatnya terbukti dari banyaknya para siswa siswi yang kerasukan di sana.

Edza menggeleng kembali lalu menunduk melihat Iki polos dengan raut tanya nya.

"De bantu Abang kalau gini terus mereka bisa bisa bakal bawa para jiwa siswi di sana nanti" ucap Iki menjeda ucapannya.

"Ade pergi ke tenda warna biru di sana ada tas warna pink dengan gantungan beruang nanti Ade buka di sana bakal ada kalung Ade ambil terus tunjukin ke pak kiai ade ngerti kan"lanjut panjang lebar Iki sambil menatap Edza serius.

"Ade ngga usah khawatir ada Abang nanti okke" lembut Iki tersenyum sembari mengangguk meyakinkan.

Edza mengangguk samar.
"Aban..Aban Ulun Aban" Edza bergerak gusar di gendongan Al. Al yang takut adik nya terjatuh pun langsung menurunkan sang adik hati-hati.

Setelah turun Edza langsung berlari membuat Al dan mbok Narti panik karena Edza tiba tiba berlari ke arah kerumunan itu. Al dan mbok langsung mengejar Edza meskipun sulit karena sang adik begitu lincah Al tak pernah berfikir adiknya akan selincah dan segesit itu.

Edza masuk ke dalam tenda yang sudah tidak ada siapapun di dalamnya itu lalu melihat sebuah tas yang tadi di jelaskan Iki.

"Bagus de buka yang itu yang paling kecil" ucap Iki Edza menurut langsung membukanya dan mengambil kalung dengan bandrol sebuah batu giok berwarna hijau.

"Sekarang Sono lari ke pak kiai cepetan!" Iki dan Edza tentu langsung berlari menghindari para kerumunan dan kejaran sang Abang begitupun mbok nya.

"Edza!" Teriak Al.

Hap

"Ade mau ke mana?" Tanya pak kiai menangkap Edza yang hampir saja terjatuh.

"Pa kia-i ni" Edza memberikan kalung itu kepada pak kiai. Pak kiai, pak RT  begitupun Al, mbok Narti yang baru sampai pun di buat bingung dengan apa yang di pegang Edza.

Pak kiai menerimanya dengan baik "Edza dapet ini dari mana nak hmm?" Tanya pak kiai. Edza langsung menunjuk ke arah tenda yang tadi sempat ia masuki.

Al maju mengangkat tubuh gempal sang adik ke gendongan koalanya, pak kiai memejamkan mata menerawang apa yang ia lihat kebetulan pak kiai memang orang yang cukup peka terhadap mahluk mahluk halus terlebih di kampung nya.

"Aaaaaa!! lepaskan!! Itu milik ku kembalikan sialan!!" Teriak seorang siswi yang meraung sembari berucap menggunakan bahasa Jawa Ledok nya menunjuk sebuah kalung yang pak kiai pegang.

Baby Edzario✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang